Mahasystem
Chapter
5: First Contact
Raya masih tidak percaya dengan apa
yang dialaminya. Ketika mobil Lamborghini itu menembus tubuhnya begitu saja.
Bagaimana bisa? Pikirnya. Sampai akhirnya ia melihat sepedanya yang ringsek dan
tubuhnya yang lain yang dikerumuni banyak orang... telah menjadi mayat. Apakah
itu artinya dia telah mati? Lalu Raya mulai sadar bahwa ia tidak mengenakan
pakaian apapun. Ia telanjang. Yang benar saja. Di jalanan seramai ini ia
berdiri tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya... hanya ada warna
tipis, warna merah jambu yang melapisi tubuhnya seperti bayangan pelangi. Uniknya,
Raya juga menyadari bahwa tak ada seorang pun yang peduli dengan keberadaannya.
Orang-orang hanya berlalu lalang melewatinya seolah dia tidak ada. Ia bahkan
tidak bisa menyentuh benda apapun yang ada di sekitarnya. Kini dia tahu bahwa
mungkin inilah jiwanya. Inilah ruhnya. Ruhnya yang selama ini terbungkus raga.
Raganya yang tak abadi dan begitu rapuh. Sementara cahaya terang benderang itu
masih menyinarinya. Mengikutinya kemanapun ia pergi. Cahaya itu berasal dari
sebuah ruang yang tak berpintu. Sebuah lubang berbentuk persegi panjang
setinggi lebih dari 2 meter. Tak jelas apa yang berada di dalamnya. Hanya warna
putih dan cahayanya yang merebak keluar.
Kesanakah
ia harus pergi? Ke ruang yang selama ini menjadi misteri. Ke tempat dimana
setiap orang berusaha menggambarkannya dengan berbagai cara namun kenyataannya
tak ada pembuktian bahwa mereka telah mengalaminya. Namun kini Raya
mengalaminya. Ia mengalami kematian yang kata orang hanya bisa dirasakan sekali
dalam seumur hidup. Sekali untuk menjadi akhir dari hidup. Raya menyentuh
dadanya. Ia rasakan sakit disana. Meski ia telah terpisah dari raga namun sakit
itu masih ada dalam ruhnya. Penyesalan, bahwa hidup ini harus berakhir tanpa
sebuah kebaikan apapun yang ia tinggalkan. Apakah orang akan mengingatnya?
Apakah ibunya, kakeknya dan neneknya akan mengingatnya? Sementara mungkin ia
akan menyusul ayahnya yang telah pergi lebih dulu. Raya hanya tahu bahwa ia
hanya harus melangkah kesana. Ke ruang bercahaya itu. Dan menemukan sebuah
jawaban. Sebuah mahahakekat yang menjelaskan isi dari segala rahasia.
Perlahan
Raya melangkah kesana. Dimana didalamnya terdapat cahaya. Lalu ia mulai masuk
ke dalamnya. Cahaya itu menelan tubuhnya. Dan begitu Raya menginjakkan kakinya,
lubang persegi panjang itupun tertutup dengan sendirinya. Dan inilah. Alam itu.
Apakah ini akhirat? Begitu pikir Raya. Ia menapaki tanahnya yang semuanya
berwarna putih. Apakah ini surga? Raya mulai bertanya lagi. Tanah itu begitu
lembut. Berwarna putih bersih tanpa noda. Raya tidak bisa memastikan dengan
pasti seperti apa tekstur lembut dari tanah itu. Lalu ia mulai memperhatikan
sekelilingnya. Ia masih bisa melihat langit berwarna biru cerah di atasnya. Ya,
disana bahkan ada langit. Apakah itu artinya surga masih berada dibawah langit?
Sebuah pertanyaan mulai muncul kembali di benaknya. Lalu suara debur ombak
mulai menyapanya. Ini pasti surga. Begitu pikir Raya. Surga dengan debur
ombak... mungkin ini agak berbeda dari bayangan Raya yang beranggapan bahwa di
dalam surga ada kebun buah-buahan dan sungai yang isinya sirup yang mengalir.
Tapi ini adalah laut. Yang Raya lihat disini adalah tanah putih lembut dengan
bentangan laut yang menghampar dan juga... beberapa ekor pinguin.
Pinguin?
Sedang apa pinguin di surga? Oke. Kuakui ini agak aneh. Tapi bisa saja kan itu
berada disana. Maksudku siapa yang tahu surga itu seperti apa? Mungkin pinguin
itu berperan sebagai penghias dekorasi atau semacamnya. Tapi ini aneh, apa
disini benar-benar tidak ada orang? Apa hanya aku yang berada di tempat ini?
Pikiran Raya mulai dihantui berbagai pertanyaan.
“Are
you lookin’ for something kid?”
Tiba-tiba
Raya mendengar seseorang bertanya. Ia menoleh, dan akhirnya dia menemukan
sumber suara itu. Seorang bapak-bapak berusia sekitar diatas 40-an. Kepalanya
botak. Berkulit putih. Berbadan besar dan sedikit gemuk. Meski begitu tingginya
sekitar diatas 180 cm, mungkin 185 atau 187. Berbeda 20 cm dari Raya yang
tingginya hanya 165. Membuatnya mendapat julukan bocah di komunitasnya. Pria
itu mengenakan jaket tebal yang sangat panjang dan sepatu bot bulu layaknya
orang eskimo. Dia juga membawa semacam peralatan memancing. Raya pun mulai
berpikir... apakah orang ini adalah malaikat? Yang dia tahu dari cerita ibunya
malaikat hanya akan bertanya tentang siapa tuhannya, nabinya dan sebagainya.
Tapi orang ini bertanya dengan bahasa inggris... apakah karena bahasa inggris
telah dijadikan bahasa global, sehingga malaikat ini menggunakan bahasa
inggris? Dan dia pergi ke surga untuk memancing? Yang benar saja.
“Euh
where am i? What is this place... i mean... is this heaven or... what?” Raya
bertanya.
“Heaven
huh? No. This is North Pole. What can i do for you?” jawab orang itu.
Kutub
utara. Jadi ini adalah kutub utara. Ini bukan surga tapi kutub utara. Bagaimana
bisa dia di kutub utara? Telanjang bulat tanpa merasa kedinginan sama sekali.
Mungkin karena ia telah terpisah dari tubuhnya makanya ia tidak bisa merasakan
dinginnya es yang meliputi seluruh daratan itu.
“Euh
ok. This is awkward. My name is Raya. I come from Indonesia... and you know
Indonesia right? Its so far away from here, and i got an accident right there.
So i dont know how it started, but i found my body was dead. And here i am. Im
a ghost now... or whisper, i dunno, im not really sure and i think i was lost.
Did my english sounds good for ya?”
“Its
ok. The name is John. John McKinley. Americans. Yeah i know Indonesia.
Terorism, drugs dealing, Bali, what ever. So you are ghost huh? But can you put
something on, please? Like pants, underwear or somethin’? I know your size is...
large, maybe good for ladies but still, iam a man and its so disgusting to see
you naked. Especially in north pole... with ice...”
“Yeah
im sorry. But i have left my shirt and pants on my dead body, and i can’t use
it because im a ghost. I can’t even touch it. So please... forgive me to be a
ghost... but Mr. John? Why you can see me here anyway...? You are human right?”
“No.
Im bubbles. Talkin bubbles and i can dance. Of course im human, what else?”
“So
i was wrong. I though you are angel or somethin like that”
“Who?
Me? An angel? No no no. Im human and im still alive. Here. Take it” lalu pria
bernama John itu melemparkan sesuatu ke arah Raya. Raya yang berpikir bahwa tak
ada benda yang bisa ia sentuh, merasa terkejut karena ketika ia mencoba
menerimanya, anehnya benda yang dilemparkan John itu bisa dengan mudah ia
tangkap. Sebuah bungkusan. Entah apa isinya.
“What
is this Mr. John?”
“Its
food. You must be hungry i think.”
“But
iam a ghost. Ghost cant eat. I think...”
“Yeah
yeah. Just eat it.”
Raya
pun membuka bungkusan itu. Isinya adalah roti bagel yang cukup besar. Raya
berpikir bahwa seandainya dia bukan dalam wujud hantu atau roh sekalipun, ia
pasti tidak akan bisa menghabiskannya sendirian. Tapi rasa penasaran Raya
membuatnya membuka mulutnya dan mencoba melahap roti itu... satu gigitan. Dan
rupanya ia bisa merasakannya. Rasa dari roti itu. Begitu digigit roti itu
langsung lumer di mulutnya, teksturnya yang lembut meninggalkan rasa manis di
lidahnya...
“Wo.
This is good...” ujar Raya.
“Haha.
Delicious right?”
“Really.
This is too damn enak sekali!”
“Tentu
saja”
“Kau
tahu Mr. John? Seandainya ada roti seperti ini di negeriku aku pasti akan
membeli banyak sekali...”
“Yah
sayangnya roti itu tidak diperjualbelikan...”
“Oh
ya? Apa nama untuk roti seenak ini?”
“Namanya
roti penterjemah...”
“Hahah
kau pasti bercanda. Seperti alat Doraemon saja”
“Apa
itu Doraemon? Bahan dasar dari roti itu adalah ilmu pengetahuan, mekanismenya
bekerja saat kau menghisap, menyerap or... dengan kata lain memakannya.”
“Eh...
apa barusan aku mendengarmu berbicara bahasa Indonesia?”
“Seperti
yang kubilang tadi. Itu roti penterjemah, apa yang kudengar dan apa yang kau
ucapkan semuanya menjadi sama seperti yang diinginkan penggunanya. Dengan
begitu kamu jadi bisa berbicara dengan siapapun dengan bahasa universal... aku
menyebutnya sebagai bahasa sukma”
“Maksudmu?
Aku tidak mengerti...” ujar Raya keheranan
“Wie
hab du? Woher komenen
du?” sambung Mr. John lagi
“Bukankah
sudah kukatakan bahwa namaku adalah Raya dan aku berasal dari Indonesia?”
“See?
Kau bahkan mengerti bahasa Jerman sekarang...”
“Aku...
bagaimana kau melakukannya?”
“Itulah
yang sesungguhnya. Bahwa kau tidak harus selalu tahu dan mengerti karena di
dunia ini ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan... seperti bagaimana kau
bisa berada disini”
Mendengar
hal itu Raya hanya terdiam. Dia masih bingung tentang apa yang terjadi, dimana
tempat ini dan siapa orang itu. Bagaimanapun Raya telah menyaksikan sendiri
bagaimana ia mati, dan bagaimana ia muncul dalam bentuk yang lain... tubuh
telanjang dengan lapisan selubung warna merah muda yang tipis, Raya berpikir
bahwa ia adalah hantu, namun ternyata ia bisa berkomunikasi dengan orang ini
dan juga mampu menerima sesuatu darinya. Sesuatu yang aneh. Sesuatu yang
membuatnya mengerti seluruh bahasa dalam sekejap. Apa ini? Mengapa ia berada di
sini? Dan apa ini benar-benar terjadi? Ini terlalu membingungkan dan berjalan
terlalu cepat. Bukankah dia baru sebulan sadar dari komanya? Apa ini
benar-benar kenyataan... atau seperti yang sudah-sudah... bahwa dia berada dalam
mimpinya? Bagaimanapun akhir-akhir ini Raya sering bermimpi aneh, tentang hantu
Jepang, dan sosok pria dengan jaket bermotif kulit ular...
“Hoo..
aku mengerti. Tampaknya aku sedang bermimpi...” Raya berucap.
“Kau
pikir begitu?” tukas John.
“Yah,
tentu saja. Semua keanehan ini, bahkan kematianku, ini pasti mimpi. Kau... Mr.
John. Dan juga tempat ini, semuanya adalah ilusi. Aku bahkan tidak pernah
merasa bahwa anuku bisa sebesar yang kulihat ini...” ujar Raya.
“Hoo
kau menyadarinya? Tentu saja. Itu adalah gambaran dari hasrat dan pikiran
kotormu saja sehingga ukurannya berubah. Tapi tentu kau akan bilang bahwa ini
adalah mimpi, jadi tolong lanjutkan teorimu itu”
“Hanya
sekedar uji coba saja, kau tahu, aku adalah seorang ahli dalam mengendalikan
mimpi. Jadi biar kutunjukkan sesuatu yang menarik...” Raya lalu membuka kedua
telapak tangannya, mengacungkannya kedepan. Ia memejamkan mata dan mulai
berkhayal... dan seketika itu juga di hadapan raya muncul dua sosok wanita
cantik dan mereka hanya mengenakan lingerie dan pakaian dalam. “See? Sudah
kubilang aku akan menunjukan sesuatu yang menarik...” ujar Raya dengan bangga.
Kedua wanita itu mulai menghampiri Raya. Di sisi lain Mr. John tampak panik dan
hidungnya mulai mengeluarkan darah...
“Kurang
ajar... dasar mesum!” seru John.
“Hey...
Mr. John, jangan mimisan dulu... aku masih bisa melakukan hal yang lebih baik
dari ini”
“He...
hentikan...” jawab John.
“Ladies...
you know what to do...” Raya pun mulai mengatur sosok imajinya dengan berbagai
rupa, bentuk dan gerakan, namun sebelum semua bisa berjalan sesuai yang dia
inginkan, tubuh Raya terlanjur terjatuh lemah dalam tumpukan salju. Dan kedua
gadis imajinasinya itu pun mulai menghilang, memudar kemudian pecah menjadi
partikel-partikel cahaya.
“Ada
apa Raya? Apa kamu mulai merasa lemah? Merasa tak berdaya? Atau jangan-jangan
kamu sudah keluar ya? Hahahaha” ujar John seraya tertawa.
“Aku
tidak tahu Mr. John... aku tidak pernah merasakan selemah ini sebelumnya...
yah, mungkin saat aku bangun nanti aku harus mencuci celana dan sepraiku...
kenapa aku tidak setangguh dulu ya?”
“Tentu
saja kamu akan kehabisan energi jika harus membayangkan dan mewujudkan semua
itu disini. Haaah. Sudahlah tampaknya percuma berbasa-basi denganmu terlalu
lama. Biar kujelaskan semuanya padamu”
“Jelaskan...
jelaskan apa?”
“Semuanya.
Sebagai contoh aku akan melakukan ini”
“Aw.
Sakit!”
“Aku
mencubit lenganmu dan kamu bisa merasakan sakit. Dengan begitu teorimu yang
mengatakan bahwa ini adalah alam mimpi sudah kupatahkan...”
“Tidak.
Bahkan dalam mimpi otak bisa memanipulasi rasa sakit... jadi yang kau lakukan
itu juga bagian dari ilusi dan tempat ini bukanlah kutub utara seperti yang kau
katakan... Mr. John...”
“Baiklah
bocah keras kepala. Kamu benar. Ini bukan kutub utara...” jawab John. Dan seketika
itu juga dataran salju itu berguncang, semua tebing es mulai terbelah. Semua
pecahannya terbang ke langit, butiran air, laut dan bahkan pinguin... seolah
ada sesuatu yang menghisap semua itu. Meski begitu Raya masihlah terbaring dan
John hanya berdiri menatapnya.
“Apa
yang terjadi?” Raya bertanya.
“Aku
akan menunjukanmu esensi”
“Esen...
apa?”
Dan
seketika saat semua benda dan semua hal yang terlihat itu terhisap ke langit...
langit itu sendiri mulai berputar lalu menciut dan mengecil, layaknya taplak
meja yang bagian tengahnya diputar dan ditarik ke tempat lain... langit itu pun
menghilang. Yang tersisa disana hanya Raya, John dan kehampaan. Semua yang
terlihat hanyalah warna putih yang tak terbatas. Bahkan bayangan mereka berdua
pun tak hadir disini.
“Begitulah
Raya. Itu benar, yang kau lihat tadi itu adalah ilusi. Ilusi ciptaanku. Buah
pemikiranku. Ini adalah dimensi dimana kau bisa bebas menciptakan apapun yang
kau inginkan... semesta yang belum terisi... seperti dalam mimpimu, hanya saja
untuk menciptakan dua sosok gadis yang bisa melakukan apapun seperti tadi akan
menguras banyak energi, terutama untuk pemula sepertimu. Tapi intinya kau bisa
menghidupkan imajinasimu disini, tentu saja itu seperti asumsimu tentang tempat
ini yaitu surga. Tapi ini bukan surga. Maka aku akan bertanya padamu seperti
apakah kekekalan itu? Kekekalan berarti tak ada waktu yang berjalan, tak ada ruang
yang membatasi, tak ada medan gaya dan yang tersisa hanyalah hakekatnya yaitu
kehampaan. Kau akan berpikir bahwa apa yang kukatakan dan apa yang ada disini
adalah sebuah kebohongan namun kehadiranku sebagai manusia dan juga kematianmu
itu adalah benar terjadi...”
“A-Apa?
Apa maksudmu? Ti-tidak! Itu tidak benar! Kau bohong!”
“Kebohonganlah
yang selama ini kamu saksikan dalam hidup ini Raya...”
“Aku...
aku belum mati... itu tidak benar!”
“Dalam
semesta yang kau kenal selama ini, entah itu di hutan, gunung, benua, samudra,
bumi, luar angkasa, planet-planet, galaksi dan alam kosmis di langit sana sebenarnya
masih ada hal yang terpisah namun lebih luas lagi yaitu dimensi. Sejauh ini ada
tiga dimensi yang bisa dijamah oleh manusia dalam keadaan normal dan
selebihnya... itu diluar kemampuan jiwa kita... dimensi yang pertama adalah
dimensi pasif... dimensi yang hanya berada dalam pikiranmu. Kau bisa melakukan
apa saja di dalamnya tapi tak ada satupun yang akan berakibat langsung pada
tubuh fisikmu dan kehidupanmu... itu adalah dimensi mimpi. Seperti halusinasi saat orang-orang menghisap
marijuana atau mabuk minuman keras. Mungkin zat yang dikonsumsinya merusak
tubuh, namun halusinasinya tidak menyentuhmu sama sekali. Terkurung di dalam
otakmu. Dimensi kedua disebut dimensi aktif... dimensi dimana kau menjalani
kehidupan didalamnya. Kehidupan yang kau sebut kenyataan... namun hakekatnya
kau terpenjara dalam ragamu. Gerakanmu dan kemampuanmu terbatas oleh ruang dan
juga waktu yang menggerogoti ragamu yang tak abadi. Kau termanjakan oleh apa
yang kau lihat, apa yang kau sentuh, kau cium dan apa yang kau rasakan...
sehingga kau tidak menyadari bahwa semua benda disana hanyalah
partikel-partikel atom yang terbentuk oleh propaganda logika. Kesepakatan tak
tertulis yang membuatmu melakukan banyak hal sesuai dogma benar dan salah.
Menjalani kehidupanmu yang begitu kecil dan singkat. Apa saat kau menikmati
secangkir kopi kau berpikir bahwa rasanya akan seperti jus stroberi? Tidak. Kau
akan berpikir bahwa rasanya sama seperti rasa kopi saat pertama kali kau
merasakannya. Seperti semua asumsi orang-orang di sekitarmu. Yang mengatakan
ada sensasi pahit dan manisnya krimer di dalamnya. Dan itulah yang terjadi
Raya. Kau merasakan sesuai seperti yang orang lain rasakan. Setiap manusia pasti
pernah bertanya sejak kapan mereka mulai pertama kali mengingat dalam hidupnya.
Dan tak ada yang mengingat pasti seperti apa pemikiran mereka saat mereka
dilahirkan. Manusia merasa paham tentang semua orang dan banyak hal. Namun
kenyataannya manusia memandang kehidupan ini dalam sudut pandang mereka
masing-masing. Yang membuat mereka larut... larut dalam mahasystem, hiruk pikuk
kehidupan yang harus mereka jalani dengan tuntutan-tuntutan di dalamnya...
padahal... mereka tidak tahu esensi dari diri mereka sendiri... tentang jiwa
mereka, suara mereka sendiri yang terdengar oleh hatinya namun tak teraba oleh
telinga. Tak ada yang bertanya tujuan dari kehidupan mereka, yang mereka tahu
hanyalah memupuk kekayaan di dunia dan menjalani hidup sebaik-baiknya. Hidup
mereka yang sebenarnya tak mereka pahami dan masih misteri. Namun mereka sibuk.
Sibuk untuk diri mereka masing-masing... begitulah dimensi aktif. Dimensi yang
membuatmu melakukan sesuatu dan yang kau lakukan itu akan bertimbal balik
langsung ke padamu”
“Baiklah
Mr. know everything. Jika tempat ini bukanlah dimensi pasif atau mimpi...
whatever... dan juga bukan dimensi kehidupan, bukan pula surga lalu dimensi apa
ini?”
“Ini
adalah dimensi kehampaan... dimensi hyper. Seperti yang kubilang ini seperti semesta
yang tak terisi, atau tepatnya masih ada banyak ruang kosong disini”
“Entahlah.
Tapi ini mengingatkanku pada film The Matrix... mungkin aku berhalusinasi
tentang semua ini melalui sugesti-sugesti dari film yang pernah kutonton”
“Haha
lucu sekali. Jadi menurutmu aku adalah sekumpulan data dan kenyataannya adalah
kita hidup di dunia mesin, dengan robot dan istilah program komputer yang tak
kumengerti, begitu?”
“Ya
baiklah, itu memang konyol. Lalu apakah menurutmu semua orang mati dikumpulkan
disini begitu? Apa kau juga Mr. John?”
“Tidak.
Tidak seperti itu. Terkadang memang ada jiwa yang tersesat dan muncul disini
tapi mereka belum mati. Atau tepatnya... kau pun belum sepenuhnya mati... ok
kau memang mati tapi hanya sementara dan aku? Aku juga adalah manusia, sama
sepertimu. Dan seperti yang kubilang aku masih hidup. Intinya adalah hanya raga
non-fisik atau orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu yang bisa memasuki
dimensi ini. Tubuhmu. Itu adalah tubuh bioplasmik. Cetakan dari tubuh fisikmu.
Dengan kata lain itu jiwamu. Dan bentuk jiwa tergantung juga pada pemikiran dan
kecenderungannya dalam kehidupan, itu yang menyebabkan mengapa orang-orang yang
terbiasa melakukan kejahatan bisa tergambarkan dari sorot mata atau wajahnya
saja, itu karena mata dan wajah adalah salah satu cerminan bagi jiwa. Ibaratnya
raga fisikmu itu hanya casing, hanya
wadah. Jiwamulah yang membuatnya hidup, membuatnya berekspresi, yang
menginstruksikan otaknya untuk berpikir. Apa itu cukup menjelaskan bagaimana
anumu ‘that thing’ disini terlihat lebih besar dibanding kenyataannya?”
“Hah.
Yang benar saja. Aku ini orang baik! Aku mungkin mesum tapi itu hanya
pemikiranku saja, itu bukan alasan kuat anuku bisa seperti ini... ini
menjijikan. Sekaligus keren.”
“Dan
pemikiran kotormu itu membentuk jiwamu... kau bahkan mempresentasikannya
padaku. Kamu ingat? Setidaknya masih ada cahaya di sekitar tubuh bioplasmikmu
ini. Jadi mungkin kau benar. Mungkin kamu memang sedikit memiliki kebaikan. Dan
warna pink yang berada di sekitarmu itulah yang disebut dengan aura... dan
auramu berwarna pink... warna yang... tidak umum.”
“Sebentar...
tadi kau bilang bahwa kematianku hanya sementara... apa maksudnya? Apa aku
hanya mati suri dan bisa kembali hidup begitu?”
“Begitulah...
yang perlu kamu lakukan adalah membuka gerbang chakra dalam tubuhmu dan
membiarkan tubuh fisikmu menghisap kembali tubuh bioplasmikmu ini”
“Chakra...
rasanya aku pernah mendengarnya... apa itu semacam sebutan untuk energi sama
seperti dalam cerita komik atau animasi Jepang? You know, pukulan tenaga dalam
dan sebagainya”
“Hmmm.
Tidak. Meskipun benar itu berkaitan dengan energi psikis, tapi chakra bukanlah
energi. Dan chakra diambil dari istilah hindi. Bukan seperti dalam komik konyol
yang kau baca. Seperti yang kubilang chakra ibarat gerbang. Pada dasarnya itu
adalah titik-titik syaraf kecil dalam tubuh bioplasmik. Jumlahnya ada ratusan.
Seperti pori-pori. Namun hanya tujuh chakra yang fungsinya paling utama. Fungsi
dari chakra yaitu menerima dan mengeluarkan energi. Teknisnya sederhana,
chakra terbuka, maka energi bisa bebas
mengalir, keluar dan masuk. Chakra tertutup, energi tertahan di dalam, atau
energi dari luar tak bisa masuk”
“Intinya
itu berkaitan dengan energi bukan? Aku sering membacanya di komik dan mendengarnya
di film-film... jadi itu semacam gerbang tenaga dalam?”
“Yah,
sayangnya aku tak bisa menjelaskan itu lebih lanjut. Karena ini waktunya kau
pulang ke tubuhmu Raya”
“Apa
benar aku bisa kembali ke tubuhku? Bagaimana bisa? Aku telah melihat sendiri
luka-luka yang kualami. Tampaknya aku tak bisa diselamatkan”
“Salah
satu temanku adalah seorang soulrunner yang ahli dalam penyembuhan. Dia bisa
mengatasi semua masalah pada tubuhmu dengan syarat ketujuh chakramu dan juga
otakmu masih bisa berfungsi dengan baik dan jiwamu tidak terlalu lama berada
disini. Aku akan mengantarmu ke dimensi aktif dan mengajari cara memasuki
tubuhmu kembali”
“Benarkah?
Kau punya teman seperti itu? Artinya masih ada banyak orang dengan kemampuan
aneh sepertimu di dunia ini? Maksudku seperti menciptakan kutub utara dalam
dimensi asing ini misalnya? Soulrunner... apa itu?”
“Soulrunner
adalah sebutan bagi orang-orang seperti kami. Mr. Raya. Kami adalah orang-orang
yang mampu keluar dari raga fisik kami dan menggunakan tubuh bioplasmik untuk
melakukan perjalanan lintas dimensi. Kami juga mampu mengoptimalkan kemampuan
raga fisik kami sehingga kami bisa melakukan hal-hal yang melebihi kemampuan
manusia normal. Kamu juga mungkin punya potensi sebagai soulrunner Mr. Raya...
bagaimanapun jiwamu masih bisa bertahan setelah mengalami kecelakaan hebat
seperti itu. Dan tugas kami adalah menyelamatkan jiwa-jiwa sepertimu sebelum
kau tak bisa kembali ke tubuhmu selamanya”
“Kami?
Artinya... kalian bekerja secara terorganisir begitu?”
“Aku
tak bisa menjelaskan itu lebih lanjut. Kemarilah. Ikuti aku”
Lalu
John mengepalkan tangan kanannya yang besar. Tak berapa lama tangan itu pun
mulai diselubungi warna jingga yang akhirnya melapisi tubuhnya secara
keseluruhan. Sama seperti aura pink yang dimiliki oleh Raya, hanya saja aura
milik John tampak bergerak lebih liar, berputar seperti angin... Raya hanya
bisa memperhatikan apa yang dilakukan oleh John. Lalu John mulai mengayunkan
lengannya layaknya hendak memukul udara. Dan setelah John ayunkan tinjunya,
Raya pun melihat suatu retakan muncul di udara... sebuah lubang. Lalu John
menarik setiap sisi dari lubang itu hingga ukurannya membesar.
“Ini
adalah portal menuju dimensi aktif. Kita akan melewati lubang ini untuk
mengembalikanmu ke dalam raga fisikmu”
“Mr.
John... aku melihat sebuah tulisan di dahimu... apa itu sebenarnya?” ujar Raya
setelah melihat sesuatu tertulis di dahi John. Tulisan itu tampak menyala...
dan dahi itu bertuliskan “HAND”
“Cool
isn’t it? Hand. Thats my codename... here. I give you my hand...” lalu John
mengulurkan tangannya. “Hand? Codename? Jadi itu nama julukanmu? John si
tangan? Itu aneh sekali Mr. John” ujar Raya lagi. Raya pun memegang tangan itu
dan seketika itu John menariknya. Hingga akhirnya Raya sadar bahwa ia tengah
terbang melayang di atas gedung-gedung pencakar langit...
“Bagaimana
kita bisa terbang seperti ini Mr. John? Apa yang kau lakukan?” ujar Raya seraya
berpegangan pada lengan John yang besar...
“Kita
berada di ketinggian 656 kaki diatas permukaan tanah... apa kau ingin
mencobanya?”
“Mencoba
apa?”
“Mencoba
terbang sendiri...” jawab John seraya melempar tubuh bioplasmik Raya. Raya yang
panik tak tahu harus berbuat apa saat ia terpelanting begitu saja menuju
permukaan aspal jalan raya. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa tubuhnya
melayang...
“Apa...
apa yang terjadi...?” ujar Raya keheranan.
“Tubuh
bioplasmik berbeda dengan tubuh fisikmu... tubuh bioplasmik tidak memiliki masa
jenis... artinya tidak memiliki berat sama sekali. Kau bisa mengandalkan
kekuatan pikiranmu untuk bergerak ke arah manapun yang kau sukai. Dan satu
lagi... bioplasmik, sesuai namanya yang diambil dari kata plasma yaitu zat ke 4
dalam unsur fisika setelah padat, cair, dan gas, kini dengan tubuh itu kau bisa
menembus benda apapun yang ada di dimensi ini”
“Benarkah?
Baiklah aku akan mencobanya...” ujar Raya dan tak lama Raya mulai mencoba untuk
terbang, tubuhnya meliuk-liuk di udara... ia berputar, melakukan manuver lalu
menembus area perkantoran tanpa ada seorang pun yang menyadari keberadaannya...
lalu ia mulai mencari kesenangannya sendiri dan memasuki apartemen mewah
berharap bisa menemukan gadis cantik yang tengah mandi... namun ia menemukan
sesuatu yang lebih baik... yaitu pasangan muda yang tengah bercinta di
kamarnya. Ia termenung sejenak dan berkata “Wow...” lalu kemudian ia melintas
begitu cepat, menembus apapun yang ia mau.
“Wow.
This is awesome Mr. John! Aku merasa seperti menjadi hantu diantara mereka”
“Ya
ya ya. Kau sudah mengatakan itu sebelumnya. Dan kecepatan terbangmu itu...
itulah kecepatan jiwa. Terbentuk dari semangat dan motivasi. Sekarang, mari
kita cari tubuhmu itu”
“Bisakah
kita tunda urusan itu? Karena aku masih ingin menikmati ini”
“Tidak
bisa. Tubuh bioplasmikmu itu bagaimanapun masih terhubung dengan tubuh fisikmu.
Masing-masing dari keduanya memancarkan gelombang energi sehingga tubuh bioplasmikmu
masih terjaga inderanya. Dan jika jalinan antara tubuh fisikmu itu sudah
benar-benar terputus... jiwamu akan musnah. Menjadi partikel dan terhisap
menuju jalur energi kosmis yang tak bisa kita lalui... dan tubuhmu itu akan
benar-benar mati... jadi kita harus bergegas”
“Hah.
Mr. John... kau ini semakin banyak bicara, semakin aku tidak mengerti. Baiklah
ikuti aku”
Raya
pun terbang melesat menuju lokasi dimana ia mengalami kecelakaan... kini mayat
itu sudah dikelilingi oleh banyak orang. Polisi dan wartawan pun sudah berada
disana.
“Bagaimana
ini Mr. John? Begitu banyak orang disana... bagaimana caraku kembali ke tubuhku
yang telah mati disana itu? Apa yang harus kukatakan pada mereka saat aku
tersadar nanti?”
“Setidaknya
belum ada petugas medis disini. Jadi tubuhmu masih belum dipindahkan, akan
repot sekali jika ada yang membawa jasad itu ke rumah sakit dan kita tidak
mengetahuinya...”
“Apa
yang harus kulakukan?”
“Kau
cukup mencocokan dirimu pada tubuhmu itu... seperti memakai baju... dengan
sendirinya chakra pada bioplasmik akan terbuka dan begitu bioplasmik telah
masuk dengan cocok pada tubuhmu maka cakhra akan mengunci jiwa dan ragamu
secara otomatis. Sehingga keduanya tidak akan terpisah lagi. Kecuali jika
organ-organmu terutama otak dan jantungmu sudah tidak mampu berfungsi lagi maka
itu artinya kamu telah mati secara mutlak. Hanya saja...”
“Hanya
saja?”
“Hanya
saja apa benar kau ingin kembali?”
“Apa
maksudmu? Tentu saja aku ingin kembali! Apakah kau tahu Mr. John? Betapa
menyesalnya aku ketika mengira aku telah benar-benar mati? Karena aku tidak
punya hal baik yang kutinggalkan di dunia ini? Aku... aku masih ingin berarti!
Untuk keluargaku! Untuk masyarakatku, bangsaku dan bumi ini!”
“Begitu
ya? Hm. Ya sudah terserah kau saja... tadinya kupikir kamu masih tertarik
dengan kemampuanmu mengendalikan tubuh bioplasmik tapi jika kau sudah tak
menginginkannya... ya sudah kembalilah...”
“Eh?
Apakah saat aku kembali hidup nanti kemampuan seperti tadi akan menghilang?”
“Tentu
saja. Bagaimanapun jiwamu tidak akan bisa keluar dari tubuhmu seenaknya karena
begitu kau kembali chakramu akan terkunci dan bukan itu saja. Kau pikir orang
yang sudah mengalami luka yang cukup parah akan hidup kembali dengan keadaan
yang sama? Bahkan ada kemungkinan kau sadar kembali dalam keadaan menjadi
sedikit idiot atau mengalami sedikit gangguan kejiwaan, mungkin juga akan ada
beberapa patah tulang...”
“Apa?!
Hah... yang benar saja. Apa itu ibarat gitar yang telah patah lalu kusambung
kembali menggunakan lem maka kualitas suaranya akan berubah?”
“Analogi
yang bagus. Ya, kurang lebih seperti itu” jawab John.
“Haaah...
ayolah yang benar saja mengapa ini semua terjadi padaku? Apa tidak ada cara
lain agar aku bisa kembali dalam keadaan normal?”
“Tentu
saja ada”
“Hah?
Benarkah? Lalu bagaimana caranya?”
“Bergabung
dengan kami sebagai seorang soulrunner. Itu syaratnya”
“Syarat?
Itu artinya kau bisa menyembuhkanku kapan saja jika aku mau bergabung? Bukankah
ini sedikit memaksa?”
“Yah,
begitulah... sebetulnya bukan aku yang akan menyembuhkanmu. Aku sudah bilang
bahwa aku memiliki teman seorang soulrunner yang ahli dalam penyembuhan bukan?
Jika kau menolak untuk bergabung, maka aku tidak akan menyuruhnya untuk
menyembuhkanmu dan membiarkan kau sadar dalam keadaan seadanya. Bagaimana?”
“Apakah
ini ancaman? Mengapa begitu? Apa tujuan kalian sebenarnya? Mengapa harus aku?
Apa untungnya bagiku?”
“Mr.
Raya... bukankah sudah kubilang kalau kau memiliki potensi itu? Sebagai seorang
soulrunner... kau harus tahu, tidak semua orang bisa mengendalikan tubuh
bioplasmik. Keuntungannya bagimu adalah kau bisa melanjutkan hidupmu sekaligus
bisa mengintip gadis mandi tanpa diketahui...”
“Euh...
kupikir kepentingannya tidak akan jadi sepersonal itu... baiklah... hehehe...
lalu apa untungnya bagi kalian jika kalian merekrutku?”
“Kami
membutuhkanmu. Kemampuanmu. Seluruh dunia ini membutuhkanmu”
“A...
apa maksudnya? Apa hubungannya dengan dunia ini?”
“Dunia
sedang berada di masa sulit Mr. Raya, perang terjadi dimana-mana, entah itu
secara kasat mata atau hanya dibalik meja. Masih ingat dengan kejadian teror
bom di Paris tempo hari? Kamu pikir bagaimana hal itu bisa terjadi? Jika
menurutmu latar belakangnya adalah agama maka kamu salah, karena bagi beberapa
pihak... teror adalah pendapatan. Dan bagi beberapa negara, perang adalah
kebutuhan untuk mensejahterakan rakyatnya. Konyol bukan? Namun dengan
kemampuanmu mengendalikan tubuh bioplasmikmu dan juga kemampuan kami sebagai
tim, kita masih bisa meminimalisir setiap aksi teror atau bahkan perang
sekalipun.”
“Yah
itu konyol. Mengapa kau menjelaskan ini padaku sekarang sementara kau bilang
aku tidak memiliki waktu banyak dan harus segera kembali ke tubuhku. Satu lagi,
kamu pikir aku akan percaya begitu saja kepadamu? Jika kemampuanku ini begitu
penting, mengapa harus sampai sejauh ini... maksudku. Kecelakaan ini... insiden
ini, pasti ulah kalian juga bukan?”
“Tidak.
Jika kau menuduh kami sebagai dalang dari kecelakaan ini, maka aku akan
membantahnya. Genesis tidak pernah sekalipun berupaya untuk mencelakai
soulrunner yang hendak direkrutnya. Dan
kami tidak berharap kau mengalami ini. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada
beberapa pihak yang menginginkan kematianmu dan mencegahmu untuk bergabung
dengan kami. Satu hal lagi. Menjadi soulrunner bukanlah pilihan. Kau ingin
menjadi baik atau jahat... itu adalah pilihan. Namun menjadi soulrunner, itu
adalah nasibmu. Takdirmu. Kau memiliki kemampuan itu sejak kau dilahirkan.
Empatimu dan caramu mengendalikan jiwa, saat kau belajar terbang tadi, aku
sudah tahu bahwa kami tidak salah pilih”
“Kalian
memilihku? Sejak kapan? Genesis... itukah nama kelompok kalian? Lalu mengapa
ada pihak yang tidak senang jika aku bergabung dengan kalian?”
“Kami
menamakan diri kami sebagai Genesis, begitulah. Kami adalah organisasi
perkumpulan soulrunner yang membawa misi perdamaian dunia. Kami mengawasimu
sejak lama. Mr. Raya. Kami berusaha untuk mengirimkan pesan kepadamu melalui
mimpi namun itu tidak berhasil karena kau selalu menganggapnya sebagai mimpi
biasa saja. Kami juga tahu bahwa kau adalah seorang pengendali mimpi... dan itu
akan sangat berguna saat kau menjadi soulrunner nanti. Mengenai pihak-pihak
yang tidak menyukai kami, mereka juga adalah para soulrunner. Yap. Tidak semua
soulrunner itu menggunakan kemampuannya untuk kebaikan. Teror-teror itu.
Perang, perpecahan politik, kekacauan ekonomi, semua adalah ulah mereka. Namun
jangan khawatir... selama masih ada soulrunner yang memiliki empati dalam
hatinya, maka kita pasti bisa mengatasi masalah-masalah itu”
“Entahlah.
Jadi mimpi-mimpi aneh belakangan ini adalah ulah kalian ya? Aku bingung. Selama
ini aku hanya tertarik mengatasi permasalahan sosial di sekitarku saja.
Mengajari anak-anak jalanan membaca atau sekedar terlibat dalam komunitas
sosial... tapi untuk mengatasi permasalahan dunia yang kau sebutkan itu...
rasanya itu terlalu berat Mr. John... aku tidak tahu apakah aku bisa
melakukannya atau tidak... baiklah jadi berapa sisa waktuku?”
“Kau
masih memiliki waktu sekitar 10 menit lagi. Jadi pikirkanlah ini baik-baik. Aku
juga tidak akan memaksamu terus jika kau memang tidak mau. Kau bisa kembali ke
tubuhmu sekarang dan melupakan semua yang kukatakan”
“Apa
yang terjadi jika saat sadar nanti aku menceritakan pengalamanku ini pada semua
orang?”
“Itu
terserah padamu... tidak akan ada yang percaya. Afterall”
“Aku
hanya perlu mencocokan diriku pada tubuh ini saja kan?” ujar Raya seraya
melangkah menuju jasadnya.
“Sebagai
catatan, ketika kau memasuki tubuhmu kembali tanpa menyepakati ini, maka
kesempatanmu untuk menjadi seorang soulrunner yang berarti bagi dunia ini akan
hilang”
Raya
tidak menoleh ia tetap melanjutkan langkahnya.
“Soulrunner...
soulrunner lainnya. The bad ones. Kau tahu, para penjahat dengan kemampuan
super... mereka pasti menginginkanmu juga”
Raya
sama sekali tidak menghentikan kakinya.
“Ya
ya. Sounds like bullshit hah? Kau bahkan tidak takut sama sekali... apa yang
harus kukatakan padamu agar kau mau bergabung?” seru Mr. John lagi.
“Tidak
ada. Mr. John, aku lebih menyukai kehidupanku yang sederhana dan berarti dengan
cara yang sederhana pula, kau tak perlu repot-repot menguji keinginanku dengan
menawarkan dongeng seperti cerita dalam komik...”
“Kau
bahkan tidak tahu potensi kemampuanmu itu seperti apa... apa kau tahu bahwa ada
beberapa soulrunner dengan kategori tertentu yang mirip sepertimu, yang
memiliki kemampuan mengendalikan tubuh orang lain semau mereka?”
“Mengendalikan...
mengendalikan apa katamu?”
“Mengendalikan
tubuh orang lain... kau tahu, dengan tubuh bioplasmik, seorang soulrunner
dengan kategori tertentu bisa merasuki tubuh orang lain dan mengendalikannya.
Dengan kata lain mengambil alih hidupnya. Now thats how the bad guys
controlling the world. Dont you understand? Kau dan kemampuanmu itu benar-benar
kami butuhkan”
“So...
you are the bad guys...? Dan kalian menginginkanku untuk mengendalikan seseorang
seperti lets say, presiden Amerika misalnya?”
“No!
Thats not what i mean... aaarrgh. Bagaimana aku harus...”
“Lalu
apa prosedurnya?”
“Eh?”
“Prosedur...
you know, formulir pendaftaran or something... bagaimana prosedurnya jika aku
ingin bergabung?”
“Ah...
euh... ok. Pertama. Kau... euh... harus mencocokan tubuhmu dulu pada jasadmu
itu cepat... cepat... sebelum paramedis datang...”
“Itu
yang sedang kuusahakan dari tadi. Hah. Kau ini”
Raya
pun mencoba untuk memasuki tubuh itu kembali. Ia menginjakan kakinya pada perut
tubuh fisiknya lalu kemudian mengikuti postur tubuh itu ia pun ikut berbaring,
dan seketika itu juga saat kedua tubuh itu mulai cocok, Raya merasakan rasa
sakit yang sangat luar biasa. Sensasinya bagaikan disengat listrik. Raya
merasakan kesemutan. Mungkin sepuluh kali rasa sakitnya kesemutan dan ia
rasakan itu pada seluruh tubuhnya. Tubuhnya mulai kejang-kejang... melihat itu,
para polisi dan wartawan dan juga para warga yang mengira bahwa Raya sudah
mati, segera menjauh. Dari ketinggian, John merogoh sakunya. Sebuah ponsel. Dan
ia mulai menghubungi seseorang.
“Mary...
hows the status?” ujar John.
“Clear.
I got him”
jawab seseorang di telpon. Suara perempuan.
“Bocah
itu mulai meragukan kita, dia berpikir bahwa kitalah dalang kecelakaan ini.
Mengenai itu apa ada petunjuk? Apa ada tanda-tanda dari Zion?”
“Negatif.
Pelaku kecelakaan ini hanya orang sipil biasa. Tidak ada sangkut pautnya dengan
Zion”
jawab perempuan itu.
“Baiklah
kalau begitu. The situation is... aku tidak tahu apakah bocah ini adalah orang
yang benar-benar kita cari. Look, jika orang ini mengacau kau bereskan saja
dia. Saat ini dia sudah memasuki jasadnya kembali, kemungkinan itu akan sulit
baginya untuk tersadar secara normal dan dia akan butuh bantuanmu”
“Yeah,
you know me John. Dont worry ‘bout that” jawab perempuan itu lagi. Dan tiba-tiba
saja sebuah motor sport berwarna hitam melintas menembus garis polisi. Para
polisi berusaha untuk menghentikan laju kendaraan tersebut namun pengemudi
sepeda motor tersebut tidak dapat dihentikan. Sampai akhirnya setelah ia menuju
kerumunan orang-orang yang mengelilingi Raya yang masih kejang-kejang, barulah
motor itu berhenti. Pengemudi itu melepaskan helm fullfacenya. Rambut panjang
berwarna merah tersibak dari baliknya, menunjukan wajah cantik berparas Eropa.
Tubuh molek tampak jelas terlihat dari jaket spandex kulitnya yang berwarna
hitam mengkilat dan sangat ketat. Beberapa polisi berusaha menghentikan gadis
itu tapi...
“Nona...
kami mohon jangan meng...” ujar salah seorang polisi, namun kata-kata itu
terhenti saat perempuan itu melirik dan menatap para polisi itu.
“Sssh...
aku kekasih pria ini. Izinkan aku melihatnya please...” jawab perempuan itu.
Dan seketika itu juga para polisi dan seluruh orang disitu tampak membeku.
“Wo...
Mary. Look at you... hows you do dat?” seru
John. Perempuan itu hanya menekan sesuatu di telinganya seraya berkata;
“Quaaludes, Trazepam dan Ketamine. Aku membekukan mereka dengan pesonaku dan
gas yang bercampur dengan obat-obatan itu. Mereka akan terpana pada kejadian
ini selama beberapa menit tanpa bisa melakukan apa-apa. Tapi itu tidak penting,
yang paling penting adalah bagaimana aku bisa menyembuhkan lelaki ini jika
tubuhnya kejang-kejang seperti ini? Any idea?” seru perempuan itu.
“I
dunno Mary. Dont ask me. Ini keahlianmu” jawab
John lagi.
“Hah sial... forgive me Jet.” Mary pun
mendekap tubuh Raya yang kejang-kejang tidak karuan... ia mendekapnya kencang,
lalu saat itu juga ia... mencium bibirnya.
Dan sesaat pupil Raya kembali menunjukan
kesadaran. Matanya terbuka. Tampaknya ciuman Mary itu cukup berpengaruh. Dan tubuh
itu kini hanya terkulai lemah dalam pangkuan perempuan yang bernama Mary tadi.
Namun kini Raya telah sadar sepenuhnya. Lalu entah dengan kekuatan apa Mary
lalu mengangkat tubuh Raya dan kemudian mendudukannya di motor sport itu.
“Dengar Raya. Untuk saat ini hal terpenting
yang harus kau lakukan adalah memelukku. But dont enjoy this too much. Aku
sudah punya pacar... got it?” ujar Mary. Raya yang merasa terlalu lemah untuk
bicara hanya bisa mengangguk dan menurut ketika ia dibonceng oleh perempuan
itu. Dengan kecepatan tinggi motor itu melaju dan Raya benar-benar harus
memeluknya jika ia tidak ingin terpental. Dan seiring mereka meninggalkan
tempat itu, para polisi dan orang-orang yang berkumpul di lokasi kejadian tadi
mulai tersadar dari kebekuan mereka. Mereka seolah merasa terhipnotis dengan
apa yang terjadi.
Tak lama sepeda motor itupun berhenti didepan
sebuah bangunan apartemen tua. Mungkin bangunan itu lebih pantas disebut rumah
susun. Rumah susun dengan sedikit aksen dan gaya.
“Hey kita sudah sampai. Cepat turun” seru
Mary.
Raya hanya menatap Mary dengan tatapan sayu
yang kosong.
“Apa? Apa kau ingin aku menggendongmu begitu?
Jangan manja. Cepatlah” seru Mary lagi.
Tak lama mata Raya tertutup. Kali ini ia
pingsan dan tubuhnya langsung terjatuh dari motor itu. Gadis itu hanya bisa
menggerutu lalu turun seraya membanting motornya.
“Fuck!” ujarnya seraya berkacak pinggang.
Beberapa jam berlalu. Raya membuka matanya.
Yang ia tahu ia tengah berbaring di ranjang empuk dengan sinar matahari senja
menyinarinya dari luar jendela. Disampingnya ada sebuah meja dengan lampu tidur
dan segelas air putih. Tanpa ragu Raya meminumnya. Ingatannya tentang hal-hal
aneh mulai terbayang dan perlahan ia mendengar keributan di sekitarnya. Dengan
berbagai bahasa yang menurutnya sangat asing. Namun lambat laun bahasa itu
mulai ia mengerti.
“Kap! Jadi kau harus melakukan itu karena
harus menyelamatkannya? Kap!” tiba-tiba suara itu terdengar. Suara laki-laki
dan tampaknya ia sedang marah.
“Tentu saja aku melakukan ini karena aku
seorang profesional! Jadi hentikan sifat kekanak-kanakanmu itu!” ujar suara
yang satunya. Suara perempuan.
“Kekanak-kanakan? Apa menciumnya seperti itu
merupakan bagian dari masa kanak-kanakmu? Hah? Professional kisser?”
Raya pun akhirnya melihat sosok itu. Seorang
pemuda muncul dari balik ruang, tengah bertengkar dengan seseorang. Tampaknya
ia belum sadar bahwa Raya, sudah sadar dan tengah memperhatikannya. Pemuda itu
memiliki rambut pendek dengan cat berwarna perak. Berwajah indocina,
bertelanjang dada dengan tubuh kekar dan tato kepala gajah di lengan kirinya.
“Hoooh. Jet. Dont do this ok? Seharusnya kau
melihat bocah itu dengan tubuh bioplasmiknya. Anunya benar-benar besar
melebihi anu milikmu!” ujar sang perempuan dan ia pun muncul. Sosok itu.
Sosok berwajah cantik dengan rambut panjang berwarna merah. Perempuan itu.
Perempuan yang menyelamatkan Raya dan dipanggil dengan nama Mary.
“Wo. Jadi begitu? Kau mulai jujur sekarang...
jadi semua ini adalah tentang anuku?” ujar pemuda itu lagi. Raya yang
kebingungan hanya bisa sedikit melambaikan tangannya.
“Euh... maaf memotong pertengkaran kalian,
tapi apa ada yang bisa jelaskan mengapa saya ada disini?” ujar Raya. Sementara
pemuda dan gadis itu hanya bisa menatapnya kosong.
“Good. Bocah itu sadar... ayo jelaskan pada
anggota baru kita itu” ujar sang pemuda.
“Jelaskan apa Jet? Sebagai lelaki mengapa tak
kau bicarakan sendiri saja padanya?”
“Jelaskan bahwa kau itu pacarku. Dan dia tidak
boleh berharap apapun pada ciuman tadi!” ujar sang pemuda lagi.
“Enough Jet! Enough! Ok?” jawab sang gadis.
Raya yang bingung, tak tahu harus berkata apa menyaksikan pertengkaran sepasang
kekasih itu.
“Dont listen to him. Raya. Sebelumnya
perkenalkan namaku Mary Milosevich. Aku teman John. Anggota Genesis, aku juga
seorang soulrunner... dari Ukraina... dan orang disana itu dia...”
“Namaku Jatorai Pangmanagabatarangat
Sinawat... dari Thailand dan aku pacarnya!”
“Jator... Jatorai... maaf siapa namamu tadi?”
ujar Raya yang kesulitan mengeja nama itu.
“Astaga panggil saja aku Jet. Ok?” jawab
pemuda tadi.
“So, apa John mengatakan sesuatu tentangku
atau tentang kondisimu tadi?” tanya Mary.
“Yah, dia hanya bilang bahwa dia memiliki
teman yang bisa menyembuhkan luka-lukaku, jadi itu adalah dirimu? Aku masih
tidak mengerti dengan apa yang terjadi... tapi terima kasih banyak” jawab Raya.
“Sama-sama. Lalu apa kau menyetujuinya...?”
Mary bertanya lagi
“Menyetujui apa?”
“See? Bocah ini bahkan tidak tahu mengapa dia
harus diselamatkan!” pemuda bernama Jet itu mulai meracau lagi.
“Jet. Tenanglah. Please. Jadi apa kau sudah
menyetujui kesepakatan untuk bergabung dengan kami sebagai seorang soulrunner?”
tanya Mary.
“Entahlah. Tadi Mr. John tidak menjelaskan
syarat apapun untuk menjadi soulrunner jadi...” ujar Raya sedikit terhenti.
“Hwat? Syarat untuk menjadi soulrunner
katanya? Pfft...” ujar Jet. “Jet!” Mary memelototi Jet dan Jet pun mengangguk
”Baiklah... aku akan diam, teruskan nona suster” jawab Jet lagi.
“Raya. Menjadi soulrunner bukanlah pilihan.
Itu takdirmu. Tidak ada syarat kecuali ketulusan hatimu saja. Itulah mengapa
kau harus bergabung dengan kami... agar kemampuanmu tidak disalahgunakan,
beberapa soulrunner yang ada menggunakan kemampuannya untuk mengacaukan dunia
demi kepentingannya sendiri... dan kami... Genesis, harus menghentikan semua
itu”
“Oh ya, mengenai soulrunner, apa kalian juga
memiliki...”
“Apa?”
“Entahlah... John menyebutnya sebagai
codename... seperti tulisan menyala di bagian dahi...”
“Seperti ini?” lalu Mary menyibakan rambut
depannya, menunjukan dahinya yang tiba-tiba memunculkan sebuah tulisan. Huruf
demi huruf muncul layaknya bara api yang terbakar. Menyala terang dan tulisan
itu terbaca; ‘BLOOD’
“Mary the blood. Codenameku adalah blood. Keahlianku
adalah di bidang medis dan warna auraku adalah hijau... kelak saat kau sah
menjadi anggota kami kau juga akan memiliki codename...”
“Lalu... apakah...” Raya melirik ke arah Jet.
Jet pun tersenyum dan menunjukan codename di dahinya. “Tentu saja” gumam Jet.
Lalu secara tiba-tiba tulisan itu muncul di dahinya. Kali ini tulisan itu
terbaca ‘BONE’
“Blood and Bone... kita pasangan yang serasi
bukan?” ujar Jet seraya merangkul pinggang Mary.
“Apakah saat aku bergabung dengan kalian nanti
kepalaku akan dibedah dan dipasangi lampu-lampu agar bisa memunculkan codename
di dahiku seperti kalian?” Raya bertanya.
“Hahaha... tentu saja tidak. Jangan khawatir,
ini murni menggunakan kekuatan psikis. Dan lagi bukan kami yang menentukan apa
codename milikmu, karena semua itu bergantung pada kode genetik yang ada pada
DNA-mu dan juga sifat inti dari dirimu. Intinya codename ini akan muncul dengan
sendirinya saat kau mulai mengeluarkan energi psikis... ah kau pasti tidak
mengerti” jawab Mary
“Itu benar. Aku masih tidak mengerti... lalu
apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Raya lagi.
“Untuk saat ini kau boleh pulang dan
beristirahat karena besok kau harus membuat pernyataan...” ujar Mary.
“Pernyataan?”
“Ya. Pernyataan... atas kecelakaan yang
menimpamu, para wartawan itu pasti memburumu dan kau harus yakinkan mereka
bahwa kau baik-baik saja”
“Mengenai ini, apa kalian tahu siapa pelakunya?
Kecelakaan tadi?”
“Yang kami tahu dia hanya orang sipil biasa.
Polisi sedang menyelidiki identitasnya
termasuk dirimu, karena itu ketika mereka menemukanmu, kau harus bersikap
seolah tak ada yang harus dikhawatirkan karena kau baik-baik saja dan jangan
ceritakan hal-hal konyol seperti kau sembuh karena aku menciummu”
“Hanya itu saja?”
“Ya hanya itu. Selebihnya kami akan
menghubungimu lagi nanti dan aku sudah mengambil ponselmu tadi. Here, ambil kembali.
Aku sudah menyimpan nomorku dan pin blackberry milikku di kontakmu jika terjadi
sesuatu yang aneh atau diluar kewajaran pada dirimu, kau hubungi saja aku.
Selebihnya kami akan menemuimu lagi” ujar Mary.
“Apa aku harus kembali kemari jika aku ingin mencari
kalian?” Tanya Raya.
“Itu tidak perlu. Kami akan meninggalkan
tempat ini. Kami yang akan menemukanmu. Santai saja” Jet menjawab.
Dalam kebimbangannya Raya masih tidak percaya
dengan apa yang terjadi. Semua berjalan begitu cepat dan ia masih menyimpan
penyesalan itu. Penyesalan bahwa ia belum pernah menciptakan sebuah kebaikan
yang akan membuatnya dikenang. Selama ini ia hidup sebagai orang yang
biasa-biasa saja, sama sekali tidak istimewa. Keputusannya yang keras kepala
untuk meyakinkan teman-temannya sebagai tim penyelamat banjir kala itu justru
berujung kematian sosok penting baginya. Sosok pak David. Sosok yang sangat ia
kagumi sebagai orang yang bersahaja dan sangat mencintai lingkungan. Melalui
pertemuannya dengan John, Mary dan Jet hari ini, ia merasakan sesuatu yang baru
menyentuhnya. Membuatnya merasa istimewa dan dibutuhkan. Dibalik semua itu Raya
melihat sebuah harapan, bahwa kegelisahannya selama ini, tentang duka umat
manusia di bumi... ia merasa dengan bergabung dengan orang-orang yang baru
dikenalnya ini, ia bisa menorehkan senyuman pada wajah semua orang...
Mahasystem Chapter Five
“First Contact”
End.