Jumat, 04 Desember 2015

Mahasystem Chapter 5

Mahasystem
Chapter 5: First Contact

            Raya masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Ketika mobil Lamborghini itu menembus tubuhnya begitu saja. Bagaimana bisa? Pikirnya. Sampai akhirnya ia melihat sepedanya yang ringsek dan tubuhnya yang lain yang dikerumuni banyak orang... telah menjadi mayat. Apakah itu artinya dia telah mati? Lalu Raya mulai sadar bahwa ia tidak mengenakan pakaian apapun. Ia telanjang. Yang benar saja. Di jalanan seramai ini ia berdiri tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya... hanya ada warna tipis, warna merah jambu yang melapisi tubuhnya seperti bayangan pelangi. Uniknya, Raya juga menyadari bahwa tak ada seorang pun yang peduli dengan keberadaannya. Orang-orang hanya berlalu lalang melewatinya seolah dia tidak ada. Ia bahkan tidak bisa menyentuh benda apapun yang ada di sekitarnya. Kini dia tahu bahwa mungkin inilah jiwanya. Inilah ruhnya. Ruhnya yang selama ini terbungkus raga. Raganya yang tak abadi dan begitu rapuh. Sementara cahaya terang benderang itu masih menyinarinya. Mengikutinya kemanapun ia pergi. Cahaya itu berasal dari sebuah ruang yang tak berpintu. Sebuah lubang berbentuk persegi panjang setinggi lebih dari 2 meter. Tak jelas apa yang berada di dalamnya. Hanya warna putih dan cahayanya yang merebak keluar.
Kesanakah ia harus pergi? Ke ruang yang selama ini menjadi misteri. Ke tempat dimana setiap orang berusaha menggambarkannya dengan berbagai cara namun kenyataannya tak ada pembuktian bahwa mereka telah mengalaminya. Namun kini Raya mengalaminya. Ia mengalami kematian yang kata orang hanya bisa dirasakan sekali dalam seumur hidup. Sekali untuk menjadi akhir dari hidup. Raya menyentuh dadanya. Ia rasakan sakit disana. Meski ia telah terpisah dari raga namun sakit itu masih ada dalam ruhnya. Penyesalan, bahwa hidup ini harus berakhir tanpa sebuah kebaikan apapun yang ia tinggalkan. Apakah orang akan mengingatnya? Apakah ibunya, kakeknya dan neneknya akan mengingatnya? Sementara mungkin ia akan menyusul ayahnya yang telah pergi lebih dulu. Raya hanya tahu bahwa ia hanya harus melangkah kesana. Ke ruang bercahaya itu. Dan menemukan sebuah jawaban. Sebuah mahahakekat yang menjelaskan isi dari segala rahasia.
Perlahan Raya melangkah kesana. Dimana didalamnya terdapat cahaya. Lalu ia mulai masuk ke dalamnya. Cahaya itu menelan tubuhnya. Dan begitu Raya menginjakkan kakinya, lubang persegi panjang itupun tertutup dengan sendirinya. Dan inilah. Alam itu. Apakah ini akhirat? Begitu pikir Raya. Ia menapaki tanahnya yang semuanya berwarna putih. Apakah ini surga? Raya mulai bertanya lagi. Tanah itu begitu lembut. Berwarna putih bersih tanpa noda. Raya tidak bisa memastikan dengan pasti seperti apa tekstur lembut dari tanah itu. Lalu ia mulai memperhatikan sekelilingnya. Ia masih bisa melihat langit berwarna biru cerah di atasnya. Ya, disana bahkan ada langit. Apakah itu artinya surga masih berada dibawah langit? Sebuah pertanyaan mulai muncul kembali di benaknya. Lalu suara debur ombak mulai menyapanya. Ini pasti surga. Begitu pikir Raya. Surga dengan debur ombak... mungkin ini agak berbeda dari bayangan Raya yang beranggapan bahwa di dalam surga ada kebun buah-buahan dan sungai yang isinya sirup yang mengalir. Tapi ini adalah laut. Yang Raya lihat disini adalah tanah putih lembut dengan bentangan laut yang menghampar dan juga... beberapa ekor pinguin.
Pinguin? Sedang apa pinguin di surga? Oke. Kuakui ini agak aneh. Tapi bisa saja kan itu berada disana. Maksudku siapa yang tahu surga itu seperti apa? Mungkin pinguin itu berperan sebagai penghias dekorasi atau semacamnya. Tapi ini aneh, apa disini benar-benar tidak ada orang? Apa hanya aku yang berada di tempat ini? Pikiran Raya mulai dihantui berbagai pertanyaan.
“Are you lookin’ for something kid?”
Tiba-tiba Raya mendengar seseorang bertanya. Ia menoleh, dan akhirnya dia menemukan sumber suara itu. Seorang bapak-bapak berusia sekitar diatas 40-an. Kepalanya botak. Berkulit putih. Berbadan besar dan sedikit gemuk. Meski begitu tingginya sekitar diatas 180 cm, mungkin 185 atau 187. Berbeda 20 cm dari Raya yang tingginya hanya 165. Membuatnya mendapat julukan bocah di komunitasnya. Pria itu mengenakan jaket tebal yang sangat panjang dan sepatu bot bulu layaknya orang eskimo. Dia juga membawa semacam peralatan memancing. Raya pun mulai berpikir... apakah orang ini adalah malaikat? Yang dia tahu dari cerita ibunya malaikat hanya akan bertanya tentang siapa tuhannya, nabinya dan sebagainya. Tapi orang ini bertanya dengan bahasa inggris... apakah karena bahasa inggris telah dijadikan bahasa global, sehingga malaikat ini menggunakan bahasa inggris? Dan dia pergi ke surga untuk memancing? Yang benar saja.
“Euh where am i? What is this place... i mean... is this heaven or... what?” Raya bertanya.
“Heaven huh? No. This is North Pole. What can i do for you?” jawab orang itu.
Kutub utara. Jadi ini adalah kutub utara. Ini bukan surga tapi kutub utara. Bagaimana bisa dia di kutub utara? Telanjang bulat tanpa merasa kedinginan sama sekali. Mungkin karena ia telah terpisah dari tubuhnya makanya ia tidak bisa merasakan dinginnya es yang meliputi seluruh daratan itu.
“Euh ok. This is awkward. My name is Raya. I come from Indonesia... and you know Indonesia right? Its so far away from here, and i got an accident right there. So i dont know how it started, but i found my body was dead. And here i am. Im a ghost now... or whisper, i dunno, im not really sure and i think i was lost. Did my english sounds good for ya?”
“Its ok. The name is John. John McKinley. Americans. Yeah i know Indonesia. Terorism, drugs dealing, Bali, what ever. So you are ghost huh? But can you put something on, please? Like pants, underwear or somethin’? I know your size is... large, maybe good for ladies but still, iam a man and its so disgusting to see you naked. Especially in north pole... with ice...”
“Yeah im sorry. But i have left my shirt and pants on my dead body, and i can’t use it because im a ghost. I can’t even touch it. So please... forgive me to be a ghost... but Mr. John? Why you can see me here anyway...? You are human right?”
“No. Im bubbles. Talkin bubbles and i can dance. Of course im human, what else?”
“So i was wrong. I though you are angel or somethin like that”
“Who? Me? An angel? No no no. Im human and im still alive. Here. Take it” lalu pria bernama John itu melemparkan sesuatu ke arah Raya. Raya yang berpikir bahwa tak ada benda yang bisa ia sentuh, merasa terkejut karena ketika ia mencoba menerimanya, anehnya benda yang dilemparkan John itu bisa dengan mudah ia tangkap. Sebuah bungkusan. Entah apa isinya.
“What is this Mr. John?”
“Its food. You must be hungry i think.”
“But iam a ghost. Ghost cant eat. I think...”
“Yeah yeah. Just eat it.”
Raya pun membuka bungkusan itu. Isinya adalah roti bagel yang cukup besar. Raya berpikir bahwa seandainya dia bukan dalam wujud hantu atau roh sekalipun, ia pasti tidak akan bisa menghabiskannya sendirian. Tapi rasa penasaran Raya membuatnya membuka mulutnya dan mencoba melahap roti itu... satu gigitan. Dan rupanya ia bisa merasakannya. Rasa dari roti itu. Begitu digigit roti itu langsung lumer di mulutnya, teksturnya yang lembut meninggalkan rasa manis di lidahnya...
“Wo. This is good...” ujar Raya.
“Haha. Delicious right?”
“Really. This is too damn enak sekali!”
“Tentu saja”
“Kau tahu Mr. John? Seandainya ada roti seperti ini di negeriku aku pasti akan membeli banyak sekali...”
“Yah sayangnya roti itu tidak diperjualbelikan...”
“Oh ya? Apa nama untuk roti seenak ini?”
“Namanya roti penterjemah...”
“Hahah kau pasti bercanda. Seperti alat Doraemon saja”
“Apa itu Doraemon? Bahan dasar dari roti itu adalah ilmu pengetahuan, mekanismenya bekerja saat kau menghisap, menyerap or... dengan kata lain memakannya.”
“Eh... apa barusan aku mendengarmu berbicara bahasa Indonesia?”
“Seperti yang kubilang tadi. Itu roti penterjemah, apa yang kudengar dan apa yang kau ucapkan semuanya menjadi sama seperti yang diinginkan penggunanya. Dengan begitu kamu jadi bisa berbicara dengan siapapun dengan bahasa universal... aku menyebutnya sebagai bahasa sukma”
“Maksudmu? Aku tidak mengerti...” ujar Raya keheranan
“Wie hab du? Woher komenen du?” sambung Mr. John lagi
“Bukankah sudah kukatakan bahwa namaku adalah Raya dan aku berasal dari Indonesia?”
“See? Kau bahkan mengerti bahasa Jerman sekarang...”
“Aku... bagaimana kau melakukannya?”
“Itulah yang sesungguhnya. Bahwa kau tidak harus selalu tahu dan mengerti karena di dunia ini ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan... seperti bagaimana kau bisa berada disini”
Mendengar hal itu Raya hanya terdiam. Dia masih bingung tentang apa yang terjadi, dimana tempat ini dan siapa orang itu. Bagaimanapun Raya telah menyaksikan sendiri bagaimana ia mati, dan bagaimana ia muncul dalam bentuk yang lain... tubuh telanjang dengan lapisan selubung warna merah muda yang tipis, Raya berpikir bahwa ia adalah hantu, namun ternyata ia bisa berkomunikasi dengan orang ini dan juga mampu menerima sesuatu darinya. Sesuatu yang aneh. Sesuatu yang membuatnya mengerti seluruh bahasa dalam sekejap. Apa ini? Mengapa ia berada di sini? Dan apa ini benar-benar terjadi? Ini terlalu membingungkan dan berjalan terlalu cepat. Bukankah dia baru sebulan sadar dari komanya? Apa ini benar-benar kenyataan... atau seperti yang sudah-sudah... bahwa dia berada dalam mimpinya? Bagaimanapun akhir-akhir ini Raya sering bermimpi aneh, tentang hantu Jepang, dan sosok pria dengan jaket bermotif kulit ular...
“Hoo.. aku mengerti. Tampaknya aku sedang bermimpi...” Raya berucap.
“Kau pikir begitu?” tukas John.
“Yah, tentu saja. Semua keanehan ini, bahkan kematianku, ini pasti mimpi. Kau... Mr. John. Dan juga tempat ini, semuanya adalah ilusi. Aku bahkan tidak pernah merasa bahwa anuku bisa sebesar yang kulihat ini...” ujar Raya.
“Hoo kau menyadarinya? Tentu saja. Itu adalah gambaran dari hasrat dan pikiran kotormu saja sehingga ukurannya berubah. Tapi tentu kau akan bilang bahwa ini adalah mimpi, jadi tolong lanjutkan teorimu itu”
“Hanya sekedar uji coba saja, kau tahu, aku adalah seorang ahli dalam mengendalikan mimpi. Jadi biar kutunjukkan sesuatu yang menarik...” Raya lalu membuka kedua telapak tangannya, mengacungkannya kedepan. Ia memejamkan mata dan mulai berkhayal... dan seketika itu juga di hadapan raya muncul dua sosok wanita cantik dan mereka hanya mengenakan lingerie dan pakaian dalam. “See? Sudah kubilang aku akan menunjukan sesuatu yang menarik...” ujar Raya dengan bangga. Kedua wanita itu mulai menghampiri Raya. Di sisi lain Mr. John tampak panik dan hidungnya mulai mengeluarkan darah...
“Kurang ajar... dasar mesum!” seru John.
“Hey... Mr. John, jangan mimisan dulu... aku masih bisa melakukan hal yang lebih baik dari ini”
“He... hentikan...” jawab John.
“Ladies... you know what to do...” Raya pun mulai mengatur sosok imajinya dengan berbagai rupa, bentuk dan gerakan, namun sebelum semua bisa berjalan sesuai yang dia inginkan, tubuh Raya terlanjur terjatuh lemah dalam tumpukan salju. Dan kedua gadis imajinasinya itu pun mulai menghilang, memudar kemudian pecah menjadi partikel-partikel cahaya.
“Ada apa Raya? Apa kamu mulai merasa lemah? Merasa tak berdaya? Atau jangan-jangan kamu sudah keluar ya? Hahahaha” ujar John seraya tertawa.
“Aku tidak tahu Mr. John... aku tidak pernah merasakan selemah ini sebelumnya... yah, mungkin saat aku bangun nanti aku harus mencuci celana dan sepraiku... kenapa aku tidak setangguh dulu ya?”
“Tentu saja kamu akan kehabisan energi jika harus membayangkan dan mewujudkan semua itu disini. Haaah. Sudahlah tampaknya percuma berbasa-basi denganmu terlalu lama. Biar kujelaskan semuanya padamu”
“Jelaskan... jelaskan apa?”
“Semuanya. Sebagai contoh aku akan melakukan ini”
“Aw. Sakit!”
“Aku mencubit lenganmu dan kamu bisa merasakan sakit. Dengan begitu teorimu yang mengatakan bahwa ini adalah alam mimpi sudah kupatahkan...”
“Tidak. Bahkan dalam mimpi otak bisa memanipulasi rasa sakit... jadi yang kau lakukan itu juga bagian dari ilusi dan tempat ini bukanlah kutub utara seperti yang kau katakan... Mr. John...”
“Baiklah bocah keras kepala. Kamu benar. Ini bukan kutub utara...” jawab John. Dan seketika itu juga dataran salju itu berguncang, semua tebing es mulai terbelah. Semua pecahannya terbang ke langit, butiran air, laut dan bahkan pinguin... seolah ada sesuatu yang menghisap semua itu. Meski begitu Raya masihlah terbaring dan John hanya berdiri menatapnya.
“Apa yang terjadi?” Raya bertanya.
“Aku akan menunjukanmu esensi”
“Esen... apa?”
Dan seketika saat semua benda dan semua hal yang terlihat itu terhisap ke langit... langit itu sendiri mulai berputar lalu menciut dan mengecil, layaknya taplak meja yang bagian tengahnya diputar dan ditarik ke tempat lain... langit itu pun menghilang. Yang tersisa disana hanya Raya, John dan kehampaan. Semua yang terlihat hanyalah warna putih yang tak terbatas. Bahkan bayangan mereka berdua pun tak hadir disini.
“Begitulah Raya. Itu benar, yang kau lihat tadi itu adalah ilusi. Ilusi ciptaanku. Buah pemikiranku. Ini adalah dimensi dimana kau bisa bebas menciptakan apapun yang kau inginkan... semesta yang belum terisi... seperti dalam mimpimu, hanya saja untuk menciptakan dua sosok gadis yang bisa melakukan apapun seperti tadi akan menguras banyak energi, terutama untuk pemula sepertimu. Tapi intinya kau bisa menghidupkan imajinasimu disini, tentu saja itu seperti asumsimu tentang tempat ini yaitu surga. Tapi ini bukan surga. Maka aku akan bertanya padamu seperti apakah kekekalan itu? Kekekalan berarti tak ada waktu yang berjalan, tak ada ruang yang membatasi, tak ada medan gaya dan yang tersisa hanyalah hakekatnya yaitu kehampaan. Kau akan berpikir bahwa apa yang kukatakan dan apa yang ada disini adalah sebuah kebohongan namun kehadiranku sebagai manusia dan juga kematianmu itu adalah benar terjadi...”
“A-Apa? Apa maksudmu? Ti-tidak! Itu tidak benar! Kau bohong!”
“Kebohonganlah yang selama ini kamu saksikan dalam hidup ini Raya...”
“Aku... aku belum mati... itu tidak benar!”
“Dalam semesta yang kau kenal selama ini, entah itu di hutan, gunung, benua, samudra, bumi, luar angkasa, planet-planet, galaksi dan alam kosmis di langit sana sebenarnya masih ada hal yang terpisah namun lebih luas lagi yaitu dimensi. Sejauh ini ada tiga dimensi yang bisa dijamah oleh manusia dalam keadaan normal dan selebihnya... itu diluar kemampuan jiwa kita... dimensi yang pertama adalah dimensi pasif... dimensi yang hanya berada dalam pikiranmu. Kau bisa melakukan apa saja di dalamnya tapi tak ada satupun yang akan berakibat langsung pada tubuh fisikmu dan kehidupanmu... itu adalah dimensi mimpi. Seperti  halusinasi saat orang-orang menghisap marijuana atau mabuk minuman keras. Mungkin zat yang dikonsumsinya merusak tubuh, namun halusinasinya tidak menyentuhmu sama sekali. Terkurung di dalam otakmu. Dimensi kedua disebut dimensi aktif... dimensi dimana kau menjalani kehidupan didalamnya. Kehidupan yang kau sebut kenyataan... namun hakekatnya kau terpenjara dalam ragamu. Gerakanmu dan kemampuanmu terbatas oleh ruang dan juga waktu yang menggerogoti ragamu yang tak abadi. Kau termanjakan oleh apa yang kau lihat, apa yang kau sentuh, kau cium dan apa yang kau rasakan... sehingga kau tidak menyadari bahwa semua benda disana hanyalah partikel-partikel atom yang terbentuk oleh propaganda logika. Kesepakatan tak tertulis yang membuatmu melakukan banyak hal sesuai dogma benar dan salah. Menjalani kehidupanmu yang begitu kecil dan singkat. Apa saat kau menikmati secangkir kopi kau berpikir bahwa rasanya akan seperti jus stroberi? Tidak. Kau akan berpikir bahwa rasanya sama seperti rasa kopi saat pertama kali kau merasakannya. Seperti semua asumsi orang-orang di sekitarmu. Yang mengatakan ada sensasi pahit dan manisnya krimer di dalamnya. Dan itulah yang terjadi Raya. Kau merasakan sesuai seperti yang orang lain rasakan. Setiap manusia pasti pernah bertanya sejak kapan mereka mulai pertama kali mengingat dalam hidupnya. Dan tak ada yang mengingat pasti seperti apa pemikiran mereka saat mereka dilahirkan. Manusia merasa paham tentang semua orang dan banyak hal. Namun kenyataannya manusia memandang kehidupan ini dalam sudut pandang mereka masing-masing. Yang membuat mereka larut... larut dalam mahasystem, hiruk pikuk kehidupan yang harus mereka jalani dengan tuntutan-tuntutan di dalamnya... padahal... mereka tidak tahu esensi dari diri mereka sendiri... tentang jiwa mereka, suara mereka sendiri yang terdengar oleh hatinya namun tak teraba oleh telinga. Tak ada yang bertanya tujuan dari kehidupan mereka, yang mereka tahu hanyalah memupuk kekayaan di dunia dan menjalani hidup sebaik-baiknya. Hidup mereka yang sebenarnya tak mereka pahami dan masih misteri. Namun mereka sibuk. Sibuk untuk diri mereka masing-masing... begitulah dimensi aktif. Dimensi yang membuatmu melakukan sesuatu dan yang kau lakukan itu akan bertimbal balik langsung ke padamu”
“Baiklah Mr. know everything. Jika tempat ini bukanlah dimensi pasif atau mimpi... whatever... dan juga bukan dimensi kehidupan, bukan pula surga lalu dimensi apa ini?”
“Ini adalah dimensi kehampaan... dimensi hyper. Seperti yang kubilang ini seperti semesta yang tak terisi, atau tepatnya masih ada banyak ruang kosong disini”
“Entahlah. Tapi ini mengingatkanku pada film The Matrix... mungkin aku berhalusinasi tentang semua ini melalui sugesti-sugesti dari film yang pernah kutonton”
“Haha lucu sekali. Jadi menurutmu aku adalah sekumpulan data dan kenyataannya adalah kita hidup di dunia mesin, dengan robot dan istilah program komputer yang tak kumengerti, begitu?”
“Ya baiklah, itu memang konyol. Lalu apakah menurutmu semua orang mati dikumpulkan disini begitu? Apa kau juga Mr. John?”
“Tidak. Tidak seperti itu. Terkadang memang ada jiwa yang tersesat dan muncul disini tapi mereka belum mati. Atau tepatnya... kau pun belum sepenuhnya mati... ok kau memang mati tapi hanya sementara dan aku? Aku juga adalah manusia, sama sepertimu. Dan seperti yang kubilang aku masih hidup. Intinya adalah hanya raga non-fisik atau orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu yang bisa memasuki dimensi ini. Tubuhmu. Itu adalah tubuh bioplasmik. Cetakan dari tubuh fisikmu. Dengan kata lain itu jiwamu. Dan bentuk jiwa tergantung juga pada pemikiran dan kecenderungannya dalam kehidupan, itu yang menyebabkan mengapa orang-orang yang terbiasa melakukan kejahatan bisa tergambarkan dari sorot mata atau wajahnya saja, itu karena mata dan wajah adalah salah satu cerminan bagi jiwa. Ibaratnya raga fisikmu itu hanya casing, hanya wadah. Jiwamulah yang membuatnya hidup, membuatnya berekspresi, yang menginstruksikan otaknya untuk berpikir. Apa itu cukup menjelaskan bagaimana anumu ‘that thing’ disini terlihat lebih besar dibanding kenyataannya?”
“Hah. Yang benar saja. Aku ini orang baik! Aku mungkin mesum tapi itu hanya pemikiranku saja, itu bukan alasan kuat anuku bisa seperti ini... ini menjijikan. Sekaligus keren.”
“Dan pemikiran kotormu itu membentuk jiwamu... kau bahkan mempresentasikannya padaku. Kamu ingat? Setidaknya masih ada cahaya di sekitar tubuh bioplasmikmu ini. Jadi mungkin kau benar. Mungkin kamu memang sedikit memiliki kebaikan. Dan warna pink yang berada di sekitarmu itulah yang disebut dengan aura... dan auramu berwarna pink... warna yang... tidak umum.”
“Sebentar... tadi kau bilang bahwa kematianku hanya sementara... apa maksudnya? Apa aku hanya mati suri dan bisa kembali hidup begitu?”
“Begitulah... yang perlu kamu lakukan adalah membuka gerbang chakra dalam tubuhmu dan membiarkan tubuh fisikmu menghisap kembali tubuh bioplasmikmu ini”
“Chakra... rasanya aku pernah mendengarnya... apa itu semacam sebutan untuk energi sama seperti dalam cerita komik atau animasi Jepang? You know, pukulan tenaga dalam dan sebagainya”
“Hmmm. Tidak. Meskipun benar itu berkaitan dengan energi psikis, tapi chakra bukanlah energi. Dan chakra diambil dari istilah hindi. Bukan seperti dalam komik konyol yang kau baca. Seperti yang kubilang chakra ibarat gerbang. Pada dasarnya itu adalah titik-titik syaraf kecil dalam tubuh bioplasmik. Jumlahnya ada ratusan. Seperti pori-pori. Namun hanya tujuh chakra yang fungsinya paling utama. Fungsi dari chakra yaitu menerima dan mengeluarkan energi. Teknisnya sederhana, chakra  terbuka, maka energi bisa bebas mengalir, keluar dan masuk. Chakra tertutup, energi tertahan di dalam, atau energi dari luar tak bisa masuk”
“Intinya itu berkaitan dengan energi bukan? Aku sering membacanya di komik dan mendengarnya di film-film... jadi itu semacam gerbang tenaga dalam?”
“Yah, sayangnya aku tak bisa menjelaskan itu lebih lanjut. Karena ini waktunya kau pulang ke tubuhmu Raya”
“Apa benar aku bisa kembali ke tubuhku? Bagaimana bisa? Aku telah melihat sendiri luka-luka yang kualami. Tampaknya aku tak bisa diselamatkan”
“Salah satu temanku adalah seorang soulrunner yang ahli dalam penyembuhan. Dia bisa mengatasi semua masalah pada tubuhmu dengan syarat ketujuh chakramu dan juga otakmu masih bisa berfungsi dengan baik dan jiwamu tidak terlalu lama berada disini. Aku akan mengantarmu ke dimensi aktif dan mengajari cara memasuki tubuhmu kembali”
“Benarkah? Kau punya teman seperti itu? Artinya masih ada banyak orang dengan kemampuan aneh sepertimu di dunia ini? Maksudku seperti menciptakan kutub utara dalam dimensi asing ini misalnya? Soulrunner... apa itu?”
“Soulrunner adalah sebutan bagi orang-orang seperti kami. Mr. Raya. Kami adalah orang-orang yang mampu keluar dari raga fisik kami dan menggunakan tubuh bioplasmik untuk melakukan perjalanan lintas dimensi. Kami juga mampu mengoptimalkan kemampuan raga fisik kami sehingga kami bisa melakukan hal-hal yang melebihi kemampuan manusia normal. Kamu juga mungkin punya potensi sebagai soulrunner Mr. Raya... bagaimanapun jiwamu masih bisa bertahan setelah mengalami kecelakaan hebat seperti itu. Dan tugas kami adalah menyelamatkan jiwa-jiwa sepertimu sebelum kau tak bisa kembali ke tubuhmu selamanya”
“Kami? Artinya... kalian bekerja secara terorganisir begitu?”
“Aku tak bisa menjelaskan itu lebih lanjut. Kemarilah. Ikuti aku”
Lalu John mengepalkan tangan kanannya yang besar. Tak berapa lama tangan itu pun mulai diselubungi warna jingga yang akhirnya melapisi tubuhnya secara keseluruhan. Sama seperti aura pink yang dimiliki oleh Raya, hanya saja aura milik John tampak bergerak lebih liar, berputar seperti angin... Raya hanya bisa memperhatikan apa yang dilakukan oleh John. Lalu John mulai mengayunkan lengannya layaknya hendak memukul udara. Dan setelah John ayunkan tinjunya, Raya pun melihat suatu retakan muncul di udara... sebuah lubang. Lalu John menarik setiap sisi dari lubang itu hingga ukurannya membesar.
“Ini adalah portal menuju dimensi aktif. Kita akan melewati lubang ini untuk mengembalikanmu ke dalam raga fisikmu”
“Mr. John... aku melihat sebuah tulisan di dahimu... apa itu sebenarnya?” ujar Raya setelah melihat sesuatu tertulis di dahi John. Tulisan itu tampak menyala... dan dahi itu bertuliskan “HAND”
“Cool isn’t it? Hand. Thats my codename... here. I give you my hand...” lalu John mengulurkan tangannya. “Hand? Codename? Jadi itu nama julukanmu? John si tangan? Itu aneh sekali Mr. John” ujar Raya lagi. Raya pun memegang tangan itu dan seketika itu John menariknya. Hingga akhirnya Raya sadar bahwa ia tengah terbang melayang di atas gedung-gedung pencakar langit...
“Bagaimana kita bisa terbang seperti ini Mr. John? Apa yang kau lakukan?” ujar Raya seraya berpegangan pada lengan John yang besar...
“Kita berada di ketinggian 656 kaki diatas permukaan tanah... apa kau ingin mencobanya?”
“Mencoba apa?”
“Mencoba terbang sendiri...” jawab John seraya melempar tubuh bioplasmik Raya. Raya yang panik tak tahu harus berbuat apa saat ia terpelanting begitu saja menuju permukaan aspal jalan raya. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa tubuhnya melayang...
“Apa... apa yang terjadi...?” ujar Raya keheranan.
“Tubuh bioplasmik berbeda dengan tubuh fisikmu... tubuh bioplasmik tidak memiliki masa jenis... artinya tidak memiliki berat sama sekali. Kau bisa mengandalkan kekuatan pikiranmu untuk bergerak ke arah manapun yang kau sukai. Dan satu lagi... bioplasmik, sesuai namanya yang diambil dari kata plasma yaitu zat ke 4 dalam unsur fisika setelah padat, cair, dan gas, kini dengan tubuh itu kau bisa menembus benda apapun yang ada di dimensi ini”
“Benarkah? Baiklah aku akan mencobanya...” ujar Raya dan tak lama Raya mulai mencoba untuk terbang, tubuhnya meliuk-liuk di udara... ia berputar, melakukan manuver lalu menembus area perkantoran tanpa ada seorang pun yang menyadari keberadaannya... lalu ia mulai mencari kesenangannya sendiri dan memasuki apartemen mewah berharap bisa menemukan gadis cantik yang tengah mandi... namun ia menemukan sesuatu yang lebih baik... yaitu pasangan muda yang tengah bercinta di kamarnya. Ia termenung sejenak dan berkata “Wow...” lalu kemudian ia melintas begitu cepat, menembus apapun yang ia mau.
“Wow. This is awesome Mr. John! Aku merasa seperti menjadi hantu diantara mereka”
“Ya ya ya. Kau sudah mengatakan itu sebelumnya. Dan kecepatan terbangmu itu... itulah kecepatan jiwa. Terbentuk dari semangat dan motivasi. Sekarang, mari kita cari tubuhmu itu”
“Bisakah kita tunda urusan itu? Karena aku masih ingin menikmati ini”
“Tidak bisa. Tubuh bioplasmikmu itu bagaimanapun masih terhubung dengan tubuh fisikmu. Masing-masing dari keduanya memancarkan gelombang energi sehingga tubuh bioplasmikmu masih terjaga inderanya. Dan jika jalinan antara tubuh fisikmu itu sudah benar-benar terputus... jiwamu akan musnah. Menjadi partikel dan terhisap menuju jalur energi kosmis yang tak bisa kita lalui... dan tubuhmu itu akan benar-benar mati... jadi kita harus bergegas”
“Hah. Mr. John... kau ini semakin banyak bicara, semakin aku tidak mengerti. Baiklah ikuti aku”
Raya pun terbang melesat menuju lokasi dimana ia mengalami kecelakaan... kini mayat itu sudah dikelilingi oleh banyak orang. Polisi dan wartawan pun sudah berada disana.
“Bagaimana ini Mr. John? Begitu banyak orang disana... bagaimana caraku kembali ke tubuhku yang telah mati disana itu? Apa yang harus kukatakan pada mereka saat aku tersadar nanti?”
“Setidaknya belum ada petugas medis disini. Jadi tubuhmu masih belum dipindahkan, akan repot sekali jika ada yang membawa jasad itu ke rumah sakit dan kita tidak mengetahuinya...”
“Apa yang harus kulakukan?”
“Kau cukup mencocokan dirimu pada tubuhmu itu... seperti memakai baju... dengan sendirinya chakra pada bioplasmik akan terbuka dan begitu bioplasmik telah masuk dengan cocok pada tubuhmu maka cakhra akan mengunci jiwa dan ragamu secara otomatis. Sehingga keduanya tidak akan terpisah lagi. Kecuali jika organ-organmu terutama otak dan jantungmu sudah tidak mampu berfungsi lagi maka itu artinya kamu telah mati secara mutlak. Hanya saja...”
“Hanya saja?”
“Hanya saja apa benar kau ingin kembali?”
“Apa maksudmu? Tentu saja aku ingin kembali! Apakah kau tahu Mr. John? Betapa menyesalnya aku ketika mengira aku telah benar-benar mati? Karena aku tidak punya hal baik yang kutinggalkan di dunia ini? Aku... aku masih ingin berarti! Untuk keluargaku! Untuk masyarakatku, bangsaku dan bumi ini!”
“Begitu ya? Hm. Ya sudah terserah kau saja... tadinya kupikir kamu masih tertarik dengan kemampuanmu mengendalikan tubuh bioplasmik tapi jika kau sudah tak menginginkannya... ya sudah kembalilah...”
“Eh? Apakah saat aku kembali hidup nanti kemampuan seperti tadi akan menghilang?”
“Tentu saja. Bagaimanapun jiwamu tidak akan bisa keluar dari tubuhmu seenaknya karena begitu kau kembali chakramu akan terkunci dan bukan itu saja. Kau pikir orang yang sudah mengalami luka yang cukup parah akan hidup kembali dengan keadaan yang sama? Bahkan ada kemungkinan kau sadar kembali dalam keadaan menjadi sedikit idiot atau mengalami sedikit gangguan kejiwaan, mungkin juga akan ada beberapa patah tulang...”
“Apa?! Hah... yang benar saja. Apa itu ibarat gitar yang telah patah lalu kusambung kembali menggunakan lem maka kualitas suaranya akan berubah?”
“Analogi yang bagus. Ya, kurang lebih seperti itu” jawab John.
“Haaah... ayolah yang benar saja mengapa ini semua terjadi padaku? Apa tidak ada cara lain agar aku bisa kembali dalam keadaan normal?”
“Tentu saja ada”
“Hah? Benarkah? Lalu bagaimana caranya?”
“Bergabung dengan kami sebagai seorang soulrunner. Itu syaratnya”
“Syarat? Itu artinya kau bisa menyembuhkanku kapan saja jika aku mau bergabung? Bukankah ini sedikit memaksa?”
“Yah, begitulah... sebetulnya bukan aku yang akan menyembuhkanmu. Aku sudah bilang bahwa aku memiliki teman seorang soulrunner yang ahli dalam penyembuhan bukan? Jika kau menolak untuk bergabung, maka aku tidak akan menyuruhnya untuk menyembuhkanmu dan membiarkan kau sadar dalam keadaan seadanya. Bagaimana?”
“Apakah ini ancaman? Mengapa begitu? Apa tujuan kalian sebenarnya? Mengapa harus aku? Apa untungnya bagiku?”
“Mr. Raya... bukankah sudah kubilang kalau kau memiliki potensi itu? Sebagai seorang soulrunner... kau harus tahu, tidak semua orang bisa mengendalikan tubuh bioplasmik. Keuntungannya bagimu adalah kau bisa melanjutkan hidupmu sekaligus bisa mengintip gadis mandi tanpa diketahui...”
“Euh... kupikir kepentingannya tidak akan jadi sepersonal itu... baiklah... hehehe... lalu apa untungnya bagi kalian jika kalian merekrutku?”
“Kami membutuhkanmu. Kemampuanmu. Seluruh dunia ini membutuhkanmu”
“A... apa maksudnya? Apa hubungannya dengan dunia ini?”
“Dunia sedang berada di masa sulit Mr. Raya, perang terjadi dimana-mana, entah itu secara kasat mata atau hanya dibalik meja. Masih ingat dengan kejadian teror bom di Paris tempo hari? Kamu pikir bagaimana hal itu bisa terjadi? Jika menurutmu latar belakangnya adalah agama maka kamu salah, karena bagi beberapa pihak... teror adalah pendapatan. Dan bagi beberapa negara, perang adalah kebutuhan untuk mensejahterakan rakyatnya. Konyol bukan? Namun dengan kemampuanmu mengendalikan tubuh bioplasmikmu dan juga kemampuan kami sebagai tim, kita masih bisa meminimalisir setiap aksi teror atau bahkan perang sekalipun.”
“Yah itu konyol. Mengapa kau menjelaskan ini padaku sekarang sementara kau bilang aku tidak memiliki waktu banyak dan harus segera kembali ke tubuhku. Satu lagi, kamu pikir aku akan percaya begitu saja kepadamu? Jika kemampuanku ini begitu penting, mengapa harus sampai sejauh ini... maksudku. Kecelakaan ini... insiden ini, pasti ulah kalian juga bukan?”
“Tidak. Jika kau menuduh kami sebagai dalang dari kecelakaan ini, maka aku akan membantahnya. Genesis tidak pernah sekalipun berupaya untuk mencelakai soulrunner yang hendak  direkrutnya. Dan kami tidak berharap kau mengalami ini. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa pihak yang menginginkan kematianmu dan mencegahmu untuk bergabung dengan kami. Satu hal lagi. Menjadi soulrunner bukanlah pilihan. Kau ingin menjadi baik atau jahat... itu adalah pilihan. Namun menjadi soulrunner, itu adalah nasibmu. Takdirmu. Kau memiliki kemampuan itu sejak kau dilahirkan. Empatimu dan caramu mengendalikan jiwa, saat kau belajar terbang tadi, aku sudah tahu bahwa kami tidak salah pilih”
“Kalian memilihku? Sejak kapan? Genesis... itukah nama kelompok kalian? Lalu mengapa ada pihak yang tidak senang jika aku bergabung dengan kalian?”
“Kami menamakan diri kami sebagai Genesis, begitulah. Kami adalah organisasi perkumpulan soulrunner yang membawa misi perdamaian dunia. Kami mengawasimu sejak lama. Mr. Raya. Kami berusaha untuk mengirimkan pesan kepadamu melalui mimpi namun itu tidak berhasil karena kau selalu menganggapnya sebagai mimpi biasa saja. Kami juga tahu bahwa kau adalah seorang pengendali mimpi... dan itu akan sangat berguna saat kau menjadi soulrunner nanti. Mengenai pihak-pihak yang tidak menyukai kami, mereka juga adalah para soulrunner. Yap. Tidak semua soulrunner itu menggunakan kemampuannya untuk kebaikan. Teror-teror itu. Perang, perpecahan politik, kekacauan ekonomi, semua adalah ulah mereka. Namun jangan khawatir... selama masih ada soulrunner yang memiliki empati dalam hatinya, maka kita pasti bisa mengatasi masalah-masalah itu”
“Entahlah. Jadi mimpi-mimpi aneh belakangan ini adalah ulah kalian ya? Aku bingung. Selama ini aku hanya tertarik mengatasi permasalahan sosial di sekitarku saja. Mengajari anak-anak jalanan membaca atau sekedar terlibat dalam komunitas sosial... tapi untuk mengatasi permasalahan dunia yang kau sebutkan itu... rasanya itu terlalu berat Mr. John... aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya atau tidak... baiklah jadi berapa sisa waktuku?”
“Kau masih memiliki waktu sekitar 10 menit lagi. Jadi pikirkanlah ini baik-baik. Aku juga tidak akan memaksamu terus jika kau memang tidak mau. Kau bisa kembali ke tubuhmu sekarang dan melupakan semua yang kukatakan”
“Apa yang terjadi jika saat sadar nanti aku menceritakan pengalamanku ini pada semua orang?”
“Itu terserah padamu... tidak akan ada yang percaya. Afterall”
“Aku hanya perlu mencocokan diriku pada tubuh ini saja kan?” ujar Raya seraya melangkah menuju jasadnya.
“Sebagai catatan, ketika kau memasuki tubuhmu kembali tanpa menyepakati ini, maka kesempatanmu untuk menjadi seorang soulrunner yang berarti bagi dunia ini akan hilang”
Raya tidak menoleh ia tetap melanjutkan langkahnya.
“Soulrunner... soulrunner lainnya. The bad ones. Kau tahu, para penjahat dengan kemampuan super... mereka pasti menginginkanmu juga”
Raya sama sekali tidak menghentikan kakinya.
“Ya ya. Sounds like bullshit hah? Kau bahkan tidak takut sama sekali... apa yang harus kukatakan padamu agar kau mau bergabung?” seru Mr. John lagi.
“Tidak ada. Mr. John, aku lebih menyukai kehidupanku yang sederhana dan berarti dengan cara yang sederhana pula, kau tak perlu repot-repot menguji keinginanku dengan menawarkan dongeng seperti cerita dalam komik...”
“Kau bahkan tidak tahu potensi kemampuanmu itu seperti apa... apa kau tahu bahwa ada beberapa soulrunner dengan kategori tertentu yang mirip sepertimu, yang memiliki kemampuan mengendalikan tubuh orang lain semau mereka?”
“Mengendalikan... mengendalikan apa katamu?”
“Mengendalikan tubuh orang lain... kau tahu, dengan tubuh bioplasmik, seorang soulrunner dengan kategori tertentu bisa merasuki tubuh orang lain dan mengendalikannya. Dengan kata lain mengambil alih hidupnya. Now thats how the bad guys controlling the world. Dont you understand? Kau dan kemampuanmu itu benar-benar kami butuhkan”
“So... you are the bad guys...? Dan kalian menginginkanku untuk mengendalikan seseorang seperti lets say, presiden Amerika misalnya?”
“No! Thats not what i mean... aaarrgh. Bagaimana aku harus...”
“Lalu apa prosedurnya?”
“Eh?”
“Prosedur... you know, formulir pendaftaran or something... bagaimana prosedurnya jika aku ingin bergabung?”
“Ah... euh... ok. Pertama. Kau... euh... harus mencocokan tubuhmu dulu pada jasadmu itu cepat... cepat... sebelum paramedis datang...”
“Itu yang sedang kuusahakan dari tadi. Hah. Kau ini”
Raya pun mencoba untuk memasuki tubuh itu kembali. Ia menginjakan kakinya pada perut tubuh fisiknya lalu kemudian mengikuti postur tubuh itu ia pun ikut berbaring, dan seketika itu juga saat kedua tubuh itu mulai cocok, Raya merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa. Sensasinya bagaikan disengat listrik. Raya merasakan kesemutan. Mungkin sepuluh kali rasa sakitnya kesemutan dan ia rasakan itu pada seluruh tubuhnya. Tubuhnya mulai kejang-kejang... melihat itu, para polisi dan wartawan dan juga para warga yang mengira bahwa Raya sudah mati, segera menjauh. Dari ketinggian, John merogoh sakunya. Sebuah ponsel. Dan ia mulai menghubungi seseorang.
“Mary... hows the status?” ujar John.
“Clear. I got him” jawab seseorang di telpon. Suara perempuan.
“Bocah itu mulai meragukan kita, dia berpikir bahwa kitalah dalang kecelakaan ini. Mengenai itu apa ada petunjuk? Apa ada tanda-tanda dari Zion?”
“Negatif. Pelaku kecelakaan ini hanya orang sipil biasa. Tidak ada sangkut pautnya dengan Zion” jawab perempuan itu.
“Baiklah kalau begitu. The situation is... aku tidak tahu apakah bocah ini adalah orang yang benar-benar kita cari. Look, jika orang ini mengacau kau bereskan saja dia. Saat ini dia sudah memasuki jasadnya kembali, kemungkinan itu akan sulit baginya untuk tersadar secara normal dan dia akan butuh bantuanmu”
“Yeah, you know me John. Dont worry ‘bout that” jawab perempuan itu lagi. Dan tiba-tiba saja sebuah motor sport berwarna hitam melintas menembus garis polisi. Para polisi berusaha untuk menghentikan laju kendaraan tersebut namun pengemudi sepeda motor tersebut tidak dapat dihentikan. Sampai akhirnya setelah ia menuju kerumunan orang-orang yang mengelilingi Raya yang masih kejang-kejang, barulah motor itu berhenti. Pengemudi itu melepaskan helm fullfacenya. Rambut panjang berwarna merah tersibak dari baliknya, menunjukan wajah cantik berparas Eropa. Tubuh molek tampak jelas terlihat dari jaket spandex kulitnya yang berwarna hitam mengkilat dan sangat ketat. Beberapa polisi berusaha menghentikan gadis itu tapi...
“Nona... kami mohon jangan meng...” ujar salah seorang polisi, namun kata-kata itu terhenti saat perempuan itu melirik dan menatap para polisi itu.
“Sssh... aku kekasih pria ini. Izinkan aku melihatnya please...” jawab perempuan itu. Dan seketika itu juga para polisi dan seluruh orang disitu tampak membeku.
“Wo... Mary. Look at you... hows you do dat?” seru John. Perempuan itu hanya menekan sesuatu di telinganya seraya berkata; “Quaaludes, Trazepam dan Ketamine. Aku membekukan mereka dengan pesonaku dan gas yang bercampur dengan obat-obatan itu. Mereka akan terpana pada kejadian ini selama beberapa menit tanpa bisa melakukan apa-apa. Tapi itu tidak penting, yang paling penting adalah bagaimana aku bisa menyembuhkan lelaki ini jika tubuhnya kejang-kejang seperti ini? Any idea?” seru perempuan itu.
“I dunno Mary. Dont ask me. Ini keahlianmu” jawab John lagi.
“Hah sial... forgive me Jet.” Mary pun mendekap tubuh Raya yang kejang-kejang tidak karuan... ia mendekapnya kencang, lalu saat itu juga ia... mencium bibirnya.
Dan sesaat pupil Raya kembali menunjukan kesadaran. Matanya terbuka. Tampaknya ciuman Mary itu cukup berpengaruh. Dan tubuh itu kini hanya terkulai lemah dalam pangkuan perempuan yang bernama Mary tadi. Namun kini Raya telah sadar sepenuhnya. Lalu entah dengan kekuatan apa Mary lalu mengangkat tubuh Raya dan kemudian mendudukannya di motor sport itu.
“Dengar Raya. Untuk saat ini hal terpenting yang harus kau lakukan adalah memelukku. But dont enjoy this too much. Aku sudah punya pacar... got it?” ujar Mary. Raya yang merasa terlalu lemah untuk bicara hanya bisa mengangguk dan menurut ketika ia dibonceng oleh perempuan itu. Dengan kecepatan tinggi motor itu melaju dan Raya benar-benar harus memeluknya jika ia tidak ingin terpental. Dan seiring mereka meninggalkan tempat itu, para polisi dan orang-orang yang berkumpul di lokasi kejadian tadi mulai tersadar dari kebekuan mereka. Mereka seolah merasa terhipnotis dengan apa yang terjadi.
Tak lama sepeda motor itupun berhenti didepan sebuah bangunan apartemen tua. Mungkin bangunan itu lebih pantas disebut rumah susun. Rumah susun dengan sedikit aksen dan gaya.
“Hey kita sudah sampai. Cepat turun” seru Mary.
Raya hanya menatap Mary dengan tatapan sayu yang kosong.
“Apa? Apa kau ingin aku menggendongmu begitu? Jangan manja. Cepatlah” seru Mary lagi.
Tak lama mata Raya tertutup. Kali ini ia pingsan dan tubuhnya langsung terjatuh dari motor itu. Gadis itu hanya bisa menggerutu lalu turun seraya membanting motornya.
“Fuck!” ujarnya seraya berkacak pinggang.
Beberapa jam berlalu. Raya membuka matanya. Yang ia tahu ia tengah berbaring di ranjang empuk dengan sinar matahari senja menyinarinya dari luar jendela. Disampingnya ada sebuah meja dengan lampu tidur dan segelas air putih. Tanpa ragu Raya meminumnya. Ingatannya tentang hal-hal aneh mulai terbayang dan perlahan ia mendengar keributan di sekitarnya. Dengan berbagai bahasa yang menurutnya sangat asing. Namun lambat laun bahasa itu mulai ia mengerti.
“Kap! Jadi kau harus melakukan itu karena harus menyelamatkannya? Kap!” tiba-tiba suara itu terdengar. Suara laki-laki dan tampaknya ia sedang marah.
“Tentu saja aku melakukan ini karena aku seorang profesional! Jadi hentikan sifat kekanak-kanakanmu itu!” ujar suara yang satunya. Suara perempuan.
“Kekanak-kanakan? Apa menciumnya seperti itu merupakan bagian dari masa kanak-kanakmu? Hah? Professional kisser?”
Raya pun akhirnya melihat sosok itu. Seorang pemuda muncul dari balik ruang, tengah bertengkar dengan seseorang. Tampaknya ia belum sadar bahwa Raya, sudah sadar dan tengah memperhatikannya. Pemuda itu memiliki rambut pendek dengan cat berwarna perak. Berwajah indocina, bertelanjang dada dengan tubuh kekar dan tato kepala gajah di lengan kirinya.
“Hoooh. Jet. Dont do this ok? Seharusnya kau melihat bocah itu dengan tubuh bioplasmiknya. Anunya benar-benar besar melebihi anu milikmu!” ujar sang perempuan dan ia pun muncul. Sosok itu. Sosok berwajah cantik dengan rambut panjang berwarna merah. Perempuan itu. Perempuan yang menyelamatkan Raya dan dipanggil dengan nama Mary.
“Wo. Jadi begitu? Kau mulai jujur sekarang... jadi semua ini adalah tentang anuku?” ujar pemuda itu lagi. Raya yang kebingungan hanya bisa sedikit melambaikan tangannya.
“Euh... maaf memotong pertengkaran kalian, tapi apa ada yang bisa jelaskan mengapa saya ada disini?” ujar Raya. Sementara pemuda dan gadis itu hanya bisa menatapnya kosong.
“Good. Bocah itu sadar... ayo jelaskan pada anggota baru kita itu” ujar sang pemuda.
“Jelaskan apa Jet? Sebagai lelaki mengapa tak kau bicarakan sendiri saja padanya?”
“Jelaskan bahwa kau itu pacarku. Dan dia tidak boleh berharap apapun pada ciuman tadi!” ujar sang pemuda lagi.
“Enough Jet! Enough! Ok?” jawab sang gadis. Raya yang bingung, tak tahu harus berkata apa menyaksikan pertengkaran sepasang kekasih itu.
“Dont listen to him. Raya. Sebelumnya perkenalkan namaku Mary Milosevich. Aku teman John. Anggota Genesis, aku juga seorang soulrunner... dari Ukraina... dan orang disana itu dia...”
“Namaku Jatorai Pangmanagabatarangat Sinawat... dari Thailand dan aku pacarnya!”
“Jator... Jatorai... maaf siapa namamu tadi?” ujar Raya yang kesulitan mengeja nama itu.
“Astaga panggil saja aku Jet. Ok?” jawab pemuda tadi.
“So, apa John mengatakan sesuatu tentangku atau tentang kondisimu tadi?” tanya Mary.
“Yah, dia hanya bilang bahwa dia memiliki teman yang bisa menyembuhkan luka-lukaku, jadi itu adalah dirimu? Aku masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi... tapi terima kasih banyak” jawab Raya.
“Sama-sama. Lalu apa kau menyetujuinya...?” Mary bertanya lagi
“Menyetujui apa?”
“See? Bocah ini bahkan tidak tahu mengapa dia harus diselamatkan!” pemuda bernama Jet itu mulai meracau lagi.
“Jet. Tenanglah. Please. Jadi apa kau sudah menyetujui kesepakatan untuk bergabung dengan kami sebagai seorang soulrunner?” tanya Mary.
“Entahlah. Tadi Mr. John tidak menjelaskan syarat apapun untuk menjadi soulrunner jadi...” ujar Raya sedikit terhenti.
“Hwat? Syarat untuk menjadi soulrunner katanya? Pfft...” ujar Jet. “Jet!” Mary memelototi Jet dan Jet pun mengangguk ”Baiklah... aku akan diam, teruskan nona suster” jawab Jet lagi.
“Raya. Menjadi soulrunner bukanlah pilihan. Itu takdirmu. Tidak ada syarat kecuali ketulusan hatimu saja. Itulah mengapa kau harus bergabung dengan kami... agar kemampuanmu tidak disalahgunakan, beberapa soulrunner yang ada menggunakan kemampuannya untuk mengacaukan dunia demi kepentingannya sendiri... dan kami... Genesis, harus menghentikan semua itu”
“Oh ya, mengenai soulrunner, apa kalian juga memiliki...”
“Apa?”
“Entahlah... John menyebutnya sebagai codename... seperti tulisan menyala di bagian dahi...”
“Seperti ini?” lalu Mary menyibakan rambut depannya, menunjukan dahinya yang tiba-tiba memunculkan sebuah tulisan. Huruf demi huruf muncul layaknya bara api yang terbakar. Menyala terang dan tulisan itu terbaca; ‘BLOOD’
“Mary the blood. Codenameku adalah blood. Keahlianku adalah di bidang medis dan warna auraku adalah hijau... kelak saat kau sah menjadi anggota kami kau juga akan memiliki codename...”
“Lalu... apakah...” Raya melirik ke arah Jet. Jet pun tersenyum dan menunjukan codename di dahinya. “Tentu saja” gumam Jet. Lalu secara tiba-tiba tulisan itu muncul di dahinya. Kali ini tulisan itu terbaca ‘BONE’
“Blood and Bone... kita pasangan yang serasi bukan?” ujar Jet seraya merangkul pinggang Mary.
“Apakah saat aku bergabung dengan kalian nanti kepalaku akan dibedah dan dipasangi lampu-lampu agar bisa memunculkan codename di dahiku seperti kalian?” Raya bertanya.
“Hahaha... tentu saja tidak. Jangan khawatir, ini murni menggunakan kekuatan psikis. Dan lagi bukan kami yang menentukan apa codename milikmu, karena semua itu bergantung pada kode genetik yang ada pada DNA-mu dan juga sifat inti dari dirimu. Intinya codename ini akan muncul dengan sendirinya saat kau mulai mengeluarkan energi psikis... ah kau pasti tidak mengerti” jawab Mary
“Itu benar. Aku masih tidak mengerti... lalu apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Raya lagi.
“Untuk saat ini kau boleh pulang dan beristirahat karena besok kau harus membuat pernyataan...” ujar Mary.
“Pernyataan?”
“Ya. Pernyataan... atas kecelakaan yang menimpamu, para wartawan itu pasti memburumu dan kau harus yakinkan mereka bahwa kau baik-baik saja”
“Mengenai ini, apa kalian tahu siapa pelakunya? Kecelakaan tadi?”
“Yang kami tahu dia hanya orang sipil biasa. Polisi sedang menyelidiki  identitasnya termasuk dirimu, karena itu ketika mereka menemukanmu, kau harus bersikap seolah tak ada yang harus dikhawatirkan karena kau baik-baik saja dan jangan ceritakan hal-hal konyol seperti kau sembuh karena aku menciummu”
“Hanya itu saja?”
“Ya hanya itu. Selebihnya kami akan menghubungimu lagi nanti dan aku sudah mengambil ponselmu tadi. Here, ambil kembali. Aku sudah menyimpan nomorku dan pin blackberry milikku di kontakmu jika terjadi sesuatu yang aneh atau diluar kewajaran pada dirimu, kau hubungi saja aku. Selebihnya kami akan menemuimu lagi” ujar Mary.
“Apa aku harus kembali kemari jika aku ingin mencari kalian?” Tanya Raya.
“Itu tidak perlu. Kami akan meninggalkan tempat ini. Kami yang akan menemukanmu. Santai saja” Jet menjawab.
Dalam kebimbangannya Raya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Semua berjalan begitu cepat dan ia masih menyimpan penyesalan itu. Penyesalan bahwa ia belum pernah menciptakan sebuah kebaikan yang akan membuatnya dikenang. Selama ini ia hidup sebagai orang yang biasa-biasa saja, sama sekali tidak istimewa. Keputusannya yang keras kepala untuk meyakinkan teman-temannya sebagai tim penyelamat banjir kala itu justru berujung kematian sosok penting baginya. Sosok pak David. Sosok yang sangat ia kagumi sebagai orang yang bersahaja dan sangat mencintai lingkungan. Melalui pertemuannya dengan John, Mary dan Jet hari ini, ia merasakan sesuatu yang baru menyentuhnya. Membuatnya merasa istimewa dan dibutuhkan. Dibalik semua itu Raya melihat sebuah harapan, bahwa kegelisahannya selama ini, tentang duka umat manusia di bumi... ia merasa dengan bergabung dengan orang-orang yang baru dikenalnya ini, ia bisa menorehkan senyuman pada wajah semua orang...

Mahasystem Chapter Five
“First Contact”
End.