Mahasystem
Chapter
7: Friend And Partner
Pagi ini langit begitu cerah dan
udara segar mulai merasuk ke paru-paru. Sigit mengetuk-ngetuk microphone dari
laptopnya dan webcam pun mulai merekam wajahnya di monitor... “Check check.
Ujicoba telepati nomor 127... or... ok, sebenarnya ini percobaan kami yang
kelima kalinya... lets see... hey, big bro apa kau sudah siap?” seru Sigit
seraya mengeluarkan kepalanya dari jendela. Sementara di pekarangan, Alex
melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya pertanda dia akan melakukannya.
“Baiklah
saat ini temanku... my big bro Alex, akan mengirimkan pesan telepati, its
really cool... berbeda dengan percobaan kami sebelumnya kali ini aku akan
mencoba menjawab pesan yang disampaikan oleh big bro dan... kita lihat apakah
kita bisa melakukan komunikasi dua arah”
“Hey Sigit, apa kau bisa mendengarku?”
“Sangat
jelas big bro, tentu saja aku bisa mendengar big bro, tapi apakah big bro bisa
mendengarku?”
“Hey Sigit, apa kau bisa mendengarku?
Sigit?”
Sigit
menghela nafasnya, dan mulai berbicara kembali pada monitor.
“Well,
mungkin aku telah melakukan kesalahan... saat ini suara big bro itu telah
sampai di kepalaku tapi sayangnya, aku sama sekali tidak dapat berkomunikasi
dengannya... atau... tentu saja, pasti itu. Seharusnya aku bisa
melakukannya...” Sigit termenung sejenak memperhatikan wajahnya sendiri di
monitor.
“Sigit? Apa ini tidak berhasil? Aku tidak
bisa mendengar sepatah katapun darimu...” suara Alex masih terdengar di
kepala Sigit, Sigit hanya memejamkan matanya dan...
“Baiklah big bro, apa suaraku ini cukup
jelas untukmu?”
“Tunggu Sigit, aku mendengarmu! Kita
berhasil! We did it buddy! We did it!”
“Yeah, tentu saja, rupanya satu-satunya
cara membalas pesan non-verbal adalah dengan cara non-verbal pula atau tepatnya
aku harus berbicara dalam hati, maksudku melalui pikiranku”
“Tunggu. apa itu menjadikanmu seorang
ahli telepati juga?”
“Aku meragukan itu big bro, satu-satunya
kemungkinan adalah aku menggunakan jalur koneksi pikiran big bro yang terhubung
padaku dan membalasnya dengan gelombang pikiran yang sama, dengan kata lain,
big bro harus memulai semuanya terlebih dahulu barulah jalur komunikasi dua
arah ini bisa terbuka”
“Itu artinya hanya aku yang bisa
melakukannya?”
“Well, tampaknya begitu... semua ini diawali
dari kemampuan big bro bukan?”
“Sounds pretty good. Tunggu, aku jadi
terpikir sebuah ide...”
“Apa? Apa yang akan big bro lakukan...?”
Alex
hanya tersenyum, melambaikan tangannya ke jendela sedangkan Sigit hanya
termenung tak mengerti. Ditempat lain, seorang gadis tampak baru selesai mandi
air hangat, berbalut kimono mandi dan handuk melilit di rambutnya, ia berdiri
menghadap cermin seraya melepas ikat pinggang kimononya...
“Hai Karin...”
Karina
yang terkejut karena merasa mendengar suara seseorang di kamarnya segera
menutupi tubuhnya kembali. Ia menoleh ke segala arah tapi ia tak bisa menemukan
siapapun...
“Siapa
disitu?”
“Dengar, sebenarnya aku tidak benar-benar
menyukaimu...”
“Alex?
Kak Alex?”
“Ketahuilah bahwa kau hanya sejenak
membaca pikiranku dan itu tidak benar, maksudku, aku tidak benar-benar
menyukaimu... aku hanya merasa bahwa saat kau menawarkan payung padaku untuk
pertama kali, aku berpikir bahwa kau adalah wanita yang berbeda... dan sekarang
aku tahu bahwa penilaianku salah... jaga dirimu karena bila sekarang kau
berpikir kau sedang mendengar suara Alex Rolland, maka itu benar... ini adalah
suara pikiranku...”
Karina
menoleh ke segala arah, ia buka pintu kamarnya, lalu ia masuk kembali dan
membuka pintu kamar mandi, ia membungkukan badan dan melihat kolong tempat
tidur, ia buka pintu kaca menuju balkon dan mendapati langit berwarna biru
cerah... Karina hanya bisa memegang kepalanya, tak yakin dengan apa yang
terjadi. Sementara Alex sendiri tak pernah berada disana.
Alex
menaiki tangga dan mulai memasuki kamarnya dimana disana sudah ada Sigit yang
terduduk di kursi seraya masih berkutat dengan laptopnya.
“Hey
ayolah, apa yang sedang kamu lakukan sebenarnya, aku memiliki banyak hal keren
disini, Playstation VR, Xbox, Nintendos, dan kau hanya sibuk dengan laptop
bututmu itu?” ujar Alex.
“Aku
merekamnya. Apa yang kita lakukan tadi... aku merekamnya”
“Merekam?
Kau pasti telihat bodoh karena merekam sesuatu yang tidak bisa didengar oleh
orang lain, kau tahu itu?”
“Yah,
aku tahu... tapi aku yakin bahwa suatu hari akan ada orang yang percaya pada
kekuatan psikis... maksudku, aku telah melakukan beberapa penelitian dan aku
menemukan hal-hal yang mengejutkan...”
“Oh,
ayolah, lagipula aku tidak menginginkan kemampuanku ini bisa diketahui orang
banyak, bahkan asistenku sendiri belum mengetahuinya, bagiku cukup kau dan
Karin yang...”
“Karin?”
Sigit menoleh.
“Euh,
maksudku dia telah membaca pikiranku sebelumnya saat dia berusaha menolakku,
ingat? Euh... so, informasi apa yang kau dapat?”
“Dari
informasi yang kudapatkan kasus kemampuan khusus seperti big bro bukanlah
pertama kalinya, sejak era 80-an CIA berusaha untuk mendapatkan orang-orang ini
dan memanfaatkannya”
“CIA?
Are you kidding me?”
“Setidaknya
itu yang kuketahui, sejak era 80-an banyak orang yang menghilang secara
misterius dan diantara semua orang itu, mereka memiliki beberapa kesamaan...
semuanya adalah orang-orang yang mengklaim dirinya memiliki kemampuan
supranatural...”
“Huwat?”
Alex mengernyitkan dahi.
Sementara
itu beberapa meter dari luar pagar kediaman Alex, sebuah van hitam misterius
berisikan pria bersetelan hitam masih menyadap pembicaraan mereka.
“Kapten?”
ujar salah satu diantara mereka.
“Well,
well, well, bocah-bocah ini tidak terlalu buruk bukan?” ujar pria yang disapa
kapten. Tanpa menyadari hal itu Sigit dan Alex masih beradu argumen dengan
pendapatnya masing-masing...
“Tapi
itu hanya cerita di internet, mungkin itu hanyalah hoax...” ujar Alex sangsi.
“CIA
telah banyak melakukan pekerjaan kotor, kita sebut saja project Mk- ultra, sebuah
usaha pencucian otak, lalu percobaan substansi kimia dan biologi untuk
mengurangi populasi, project Mockingbird, Iron Mountain... project Prism, dan
terakhir... project The Eye”
“The
Eye?”
“The
Eye adalah sebuah program satelit yang dibocorkan oleh David Moses, berbeda
dengan project Prism yang dibongkar oleh mantan agen Edward Snowden, project
The Eye tak hanya meliputi bagian teknologi informasi dan telekomunikasi
melainkan keseluruhan hidup manusia secara global...”
“Aku
masih tidak mengerti...”
“Sebelumnya
Edward Snowden pernah membocorkan Prism Project dimana disebutkan bahwa Amerika
Serikat telah melakukan pelanggaran privasi dan penyadapan pada semua aspek
telekomunikasi dan teknologi, Facebook, Twitter, Instagram, G-mail, Yahoo,
CCTV, nomor telepon, kartu pengenal, ATM, semuanya, bahkan pengenalan wajah dan
suara. Dengan begitu semua informasi tentang orang-orang di dunia telah mereka
kuasai...”
“Lalu?”
“Beberapa
tahun setelahnya, muncul nama baru yaitu David Moses seorang mantan agen dari
CIA yang juga pernah bekerja untuk NSA menyebutkan bahwa Amerika telah
meluncurkan secara diam-diam sebuah satelit baru bernama The Eye...
keistimewaan dari satelit ini selain dipersenjatai oleh senjata nuklir, ia juga
bisa memproyeksikan pemetaan wilayah secara 3D, yang artinya kamera satelit ini
sanggup menembus objek padat, mendeteksi panas, lalu mengubahnya menjadi visual
yang jernih memutar proyeksi hingga kemiringan lurus 90 derajat atau dengan
kata lain ia bisa melihat big bro yang sedang melakukan buang air besar di
toilet lantai 35 sebuah apartemen dari berbagai sudut...”
“Huwat?”
“Itu
artinya... tidak ada yang bisa bersembunyi dari The Eye... dan saat ini satelit
itu tengah menatap negeri ini... Indonesia...”
“Indonesia?
Tapi darimana kau bisa mendapatkan semua informasi ini? Blog?”
“Wikileaks.
Atau tepatnya, Jimmy Harrison. Dialah yang mengatakan bahwa orang yang bernama
David Moses tengah menyamar menjadi seorang aktivis lingkungan di Indonesia,
tepat setelah David Moses dinyatakan buron. Beberapa minggu yang lalu sebuah
longsor terjadi saat sebuah kelompok relawan berusaha untuk menyelamatkan
korban banjir dan pemimpin dari kelompok itu adalah David Moses sendiri, dimana
tubuhnya tidak pernah ditemukan dan sejak saat itu spekulasi mulai beredar...”
“Menarik,
sayangnya aku tidak menemukan garis besar antara ceritamu dan juga
kemampuanku...”
“Apa
big bro masih ingat dengan kejadian ciuman seorang gadis bule yang mencium
pemuda bernama Raya yang membuatnya hidup kembali?”
“Yah,
aku masih ingat headline konyol itu...”
“Raya
adalah anggota relawan yang dipimpin oleh David Moses dan menurut dugaanku
gadis yang menciumnya itu ada hubungannya dengannya. Ditambah lagi sosok Jimmy
Harrison yang membongkar identitas David Moses pun dikabarkan bukanlah sosok
yang normal, dikatakan bahwa ia bisa mendengar semua isi pikiran manusia... dan
saat ini keberadaannya tidak diketahui”
“Tapi
itu konyol, untuk apa CIA harus repot-repot mengurus hal ini? Mereka bukan
paranormal... ditambah lagi, sebenernya siapa yang mengajarimu melakukan ini
semua? Maksudku data-data itu, jika itu adalah sebuah rahasia, bukankah itu
akan sangat berbahaya?”
“Saat
ini aku terhubung dengan seorang anonymous jenius dari China, dia dijuluki
Brain, dialah yang memberikanku semua trik untuk membuka semua akses di jalur
yang aman...”
“Brain?
Siapa Brain?”
Sekali
lagi van hitam misterius itu mulai riuh saat mendengar informasi yang baru saja
mereka dengar dari Sigit...
“Jadi
bocah itu juga terhubung dengan Brain?”
“Kapten,
kami baru saja mendapatkan alamat situs yang terkoneksi dengan internet di
dalam, besar kemungkinan itu berasal dari Brain...” ujar salah seorang pria.
Sementara pria yang disapa kapten itu pun segera memberikan instruksi pada anak
buahnya.
“Lacak
servernya! Jika kita juga bisa menangkap Brain setelah operasi ini, itu adalah
sebuah pencapaian besar, bahkan kenaikan jabatan hanya akan menjadi bonus kecil
jika ini berhasil...”
“Kapten,
saat ini kita sudah mendapatkannya... aku akan mencoba memunculkannya di layar...”
“Apa
maksud dari gambar-gambar ini?” monitor di dalam van menunjukan beberapa simbol.
“Itu
adalah lambang dari China Anonymous kapten...”
“Lalu
angka-angka persen yang sedang menghitung mundur ini?”
“Kapten?
Sepertinya orang ini... dia...”
“Apa?
Jelaskan semua ini padaku!”
“Maafkan
aku kapten, tapi sepertinya kita tengah dipermainkan... tampaknya Brain
berhasil mengirimkan virus pada database komputer kita...”
“Apa?”
“Aku
tidak bisa menghentikannya, jika kita mematikan komputer ini maka semua data
yang kita dapatkan selama ini akan hilang, dan jika kita membiarkannya maka
seluruh data ini akan diambil olehnya!” sang kapten tampak geram, ia rogoh saku
dalam jasnya dan... DOR!!! Sang kapten pun akhirnya melepaskan tembakan ke arah
CPU. Hardi yang saat itu tengah menyiapkan sarapan dan mendengar suara itu,
segera menengok ke arah jendela.
“Kapten?”
ujar pria didalam van.
“Lebih
baik kita kehilangan semua yang kita dapatkan daripada membiarkan orang lain
merebutnya...” ujar sang kapten. “Percayalah, saat ini aku sangat marah dan aku
akan melampiaskannya pada bocah-bocah itu!” ujarnya lagi. Sementara itu Hardi
dengan santai memasuki kamar Alex.
“Sarapannya
sudah siap bos... saatnya bos dan teman bos untuk turun... euh apa bos
mendengar sesuatu seperti suara letusan tadi?”
“Letusan...
aku? Tidak, aku tidak mendengarnya...” jawab Alex, Hardi menatap Sigit dan
Sigit pun mengangkat bahu seraya menggeleng. Tak lama setelahnya Alex pun
menyelesaikan sarapannya, mengenakan kemeja dan dasinya, memasang kacamata
hitamnya dan mulai bergegas.
“Hey,
Sigit, hari ini aku ada rapat yang harus kuhadiri, apa kau akan baik-baik saja
disini?”
“Santai
saja big bro, lagipula hari ini aku juga tidak ada kelas, jadi sepertinya aku
akan menikmati wifi super cepat di rumah ini lebih lama dan aku tidak akan
pulang sebelum big bro kembali...”
“Jika
ada sesuatu yang kau butuhkan kau bisa meminta para asisten rumah tangga untuk
menyiapkannya, saranku sebaiknya kau tidak terlalu banyak menatap monitor,
cobalah menikmati beberapa fasilitas di rumah ini sebagai penyegaran”
Hardi
pun segera menyiapkan mobil tuannya, Roll Royce kembali menjadi pilihan Alex.
“Baiklah tampaknya aku harus pergi... kau yakin kau tidak membutuhkan apapun
lagi?” ujar Alex “Aku baik-baik saja... selama ada internet, aku akan baik-baik
saja...” jawab Sigit “Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang...” roda-roda
mobil itu pun berputar dan pagar rumah itu pun terbuka, memasuki jalan dan
melintasi mobil van hitam yang selalu mengawasi mereka.
“Hey, Hardi, aku tidak pernah melihat van
hitam itu sebelumnya, apa mungkin ada penghuni baru di sekitar sini?” Alex
bertanya. Hardi menatap kaca spionnya.
“Apapun
mungkin bos, apapun itu mungkin...” Hardi sedikit mengerutkan alisnya, tampak
sinar matanya menaruh curiga, namun ia berusaha untuk tidak terlalu khawatir.
Sementara orang-orang didalam van mulai sibuk, beberapa orang diantaranya yang
tengah terlelap segera disadarkan oleh kawannya, mereka mengenakan kembali jas
mereka, mengencangkan dasi dan memeriksa amunisi pada magasin pistolnya. “I
dont believe this! Indonesia begitu panas, dan hampir dua hari ini kita belum
mandi, mengawasi mereka di mobil pengap berbau saus hotdog dan kita masih harus
menjalankan operasi ini dengan setelan lengkap? Yang benar saja!” ujar salah
satu diantara mereka “Yah... setidaknya kita akan segera keluar dari mobil ini
dan setelah ini selesai di rumah itu kita bisa mandi sepuasnya...” sahut
kawannya yang lain. “Hey. Stop your joke! Kenakan pakaian kalian serapi mungkin
agar kita terlihat tampan di kamera, siapkan serum yang disiapkan Dr. Jared,
kita akan membutuhkannya, kita akan lakukan ini sebaik mungkin” sang kapten
memberikan instruksinya dan segera pintu belakang van hitam itu pun terbuka dan
pria-pria bersetelan serba hitam itu pun keluar.
“Aku
menarik kata-kataku untuk membuat perusahaan ini go public!” seru Alex pada
pertengahan rapatnya.
“Tapi
Alex, saat ini perusahaan Fabian Jaya sangat menyambut baik idemu ini,
mereka...” salah seorang karyawan menyanggah.
“Begitukah?
Tapi tidak. Meskipun aku tidak menyukai ayahku, bukan berarti aku akan
membiarkan saham perusahaannya mudah untuk didapatkan begitu saja...”
Suasana
ruang rapat pun mulai riuh, semua bisik dan celoteh menyatu dan berubah menjadi
kegaduhan. “Enough! Jika ada yang tidak setuju dengan pendapatku, sampaikan
alasannya padaku sekarang!” Alex sedikit berteriak. Bisikan-bisikan itu pun
mulai memudar lalu ruang pun kembali sunyi, hingga seorang karyawan yang tadi
menyanggah Alex mulai berbicara kembali.
“Euh...
Alex, jika aku boleh bertanya apakah semua ini ada hubungannya dengan kekalahan
kita dalam perebutan akuisisi perusahaan migas waktu itu? Karena jika demikian,
sebenarnya saat perusahaan Fabian Jaya berhasil mendapatkannya kita bisa
menggunakan itu sebagai kesempatan untuk mengembangkan perusahaan Rolland...
maksudku, mereka memiliki semuanya... perkebunan, pertambangan, perusahaan
telekomunikasi, stasiun televisi, jalan bebas hambatan dan terakhir mereka
menguasai perusahaan migas dalam negeri... ditambah lagi kenyataan bahwa Rizal
Fabian adalah calon kuat dalam pemilu beberapa tahun lagi, sebentar lagi dia
mungkin akan menjadi presiden dan jika perusahaan Rolland bisa go public, kita
semua akan...”
“Hey,
Rudi... apa jabatanmu disini?” seru Alex memotong kata-kata karyawan itu dan
menatapnya. Pria yang disapa Rudi itu pun mulai kikuk.
“Ah...
a... aku... jabatanku adalah kepala seksi...”
“Hoo.
Seseksi apakah itu? Apakah karena kebotakan ditengah kepalamu itu sehingga kau
disebut kepala seksi?” ujar Alex lagi. Dan sontak kata-kata Alex mengundang
tawa karyawan yang lainnya, beberapa dari mereka berusaha untuk menahan tawa
itu namun mereka gagal melakukannya. Wajah Rudi memerah. Ia hanya bisa
memasukan kedua bibirnya ke mulutnya. Perlahan Alex berdiri dari kursinya menahan
kedua tangannya di meja dan menatap mata masing-masing karyawannya.
“Usiaku
saat ini adalah 23 tahun... dan mungkin butuh beberapa bulan lagi hingga usiaku
mencapai 24... dan itu tidak mengubah kenyataan bahwa usiaku masih terlalu muda
untuk memimpin perusahaan sebesar ini. Dan aku mengerti sinisme yang ingin
kalian sampaikan. Tapi aku masihlah seorang kepala direksi di perusahaan ini!
Seseorang yang telah diberi mandat oleh pemilik perusahaan untuk memimpin
kalian! Dan jika kau, Rudi... memanggil hanya dengan menyebut namaku sekali
lagi, aku tidak ragu untuk membuatmu berjalan keluar dari gedung ini. Mulai
saat ini kalian akan memanggilku dengan sebutan bapak! Aku tidak peduli dengan
usiaku tapi sebutan itu akan membuatku menganggap perusahaan ini sebagai anakku
sendiri. Dan kalian yang berada di ruangan ini adalah saudara dari orang tua
ini. Kita semua akan membesarkannya. Mengurusnya. Memberinya nutrisi.
Menyekolahkannya. Hingga perusahaan ini bisa naik ke level selanjutnya. Itu
benar. Kau dan kau... iya kau... dan dia juga, kalian adalah bapak” Alex
menunjuk salah satu karyawannya lalu berpindah ke karyawan yang lain... “Bapak”
Alex menunjuk karyawan disampingnya “Bapak” “Ibu” “Bapak” “Bapak” “Ibu” dan
begitu seterusnya hingga seluruh karyawan habis ia tunjuk. “Kalian semua...
bantu aku membesarkan anak yang telah membesarkan kita selama ini”
Mendengar
kata-kata Alex, para karyawan pun tertegun. Mata mereka berubah seperti bara.
Tak ada lagi tatapan meremehkan, tatapan itu berubah menjadi tatapan penuh
hormat. Meski begitu, masih saja ada beberapa orang yang menghembuskan nafas
penuh keraguan.
“Mengenai
kekalahan saat bersaing memperebutkan perusahaan migas, sejujurnya itu memang
salahku tapi aku tidak mengakui itu sebagai kekalahan. Karena saat itu aku yang
mengalah, bagiku mendapatkan kepercayaan publik jauh lebih penting daripada
sebuah ekspansi... saat ini, Rizal Fabian berlindung diantara perusahaan migas
dalam negeri untuk mendongkrak kampanyenya, mengendalikan harga BBM sebagai
senjata pencitraan... lalu dimana posisi kita saat ini? Rolland Corps adalah
perusahaan yang telah lama menggeluti dunia otomotif, kita memang tidak
memproduksi kendaraan, namun kita masihlah yang dicari saat seseorang
membutuhkan velg berdesain indah dengan kualitas yang terbaik, kita menjual
oli, ban, rem, karburator, ECU, mesin, tabung nitro, spoilers, spinner, dan
benda-benda kecil yang membuat semua bengkel modifikasi menggunakan produk
kita, kita adalah sponsor MotoGP, Gran Turismo, Rally Paris-Dakar... dan mereka
semua mempercayai produk kita... tapi pertanyaannya, apakah Indonesia
mempercayai kita? Kita hanyalah cabang perusahaan di sebuah negeri yang
berkembang... lalu kepada siapa kita memasarkan produk-produk kita selama ini?
Kepada orang-orang yang menyimpan supercar di garasinya, kepada para elit
politik, kepada anak-anak berandal yang dimanjakan orang tuanya, kepada
selebritis yang merasa terlahir sebagai seorang princess, kepada orang-orang
kaya itulah kita menjualnya. Lalu apakah Indonesia hanya terdiri dari mereka
saja? Tidak. Disini aku mencoba untuk meyakinkan kalian bahwa mulai saat ini
Rolland akan menyentuh mereka yang tidak disentuh...”
“Itu
artinya bapak akan mempresentasikan produk untuk kalangan ekonomi menengah ke
bawah begitu? Apakah langkah ini bagian dari pencitraan atau hanya balas dendam
pada perusahaan Fabian?”
“Benar
bahwa aku menggagas ini sebagai pencitraan tapi aku menolak jika harus menyebut
ini sebagai balas dendam. Hanya saja saat ini kita berada di Indonesia dan Indonesia
belum benar-benar mengakui kita, kita semua tahu bahwa ayahku bertugas di
Eropa, semua produknya ditulis sebagai buatan Eropa dan Indonesia mengenal kita
sebagai perusahaan dari China, or Tiongkok... apa bedanya? Mulai saat ini kita
akan membuat terobosan berbeda, bahwa perusahaan raksasa dengan standar
internasional yang dipercaya oleh dunia akan menciptakan produk yang terjangkau
dengan kualitas yang baik dan bertuliskan Made In Indonesia...”
“Maaf
sekali pak, tapi saya pikir orang Indonesia kurang begitu mempercayai produk
buatan lokal... ditambah lagi harga yang murah akan membuat mereka ragu”
“Kalau
begitu buat mereka percaya... mengenai harga, target kita saat ini memanglah
untuk menengah ke bawah dan kita telah lama membuka pabrik disini, so... just
make it fair”
Setelah
beberapa waktu yang cukup lama, Alex pun meninggalkan gedung perkantorannya,
seperti biasa Hardi yang tengah menunggu pun menyambutnya, membuka pintu bagi
tuannya dan bersiap mengendalikan kemudi.
“Jadi
bagaimana rapat hari ini bos...?” tanya Hardi membuka percakapan.
“Tampaknya
dugaanku benar, ada mata-mata Fabian di perusahaan. But, so far semuanya
berjalan lancar...”
“Tampaknya
juragan euh maksud saya ayah bos tidak salah untuk menunjuk bos Alex sebagai
pimpinan, saya bisa melihat mata penuh semangat dari bos, dulu bos tidak
menyukai pekerjaan ini, apa bos sudah mulai terbiasa?”
“Entahlah,
aku hanya mencoba melakukan yang seharusnya... euh, mengenai ayahku, aku jadi
ingat tentang adikku Rossa dan ibuku... apa kau sudah mengunjungi mereka?”
“Tiga
hari yang lalu, saya mengunjunginya bos, mereka semua baik-baik saja... Ayah
bos mengirimkan sejumlah uang untuk kehidupan mereka setiap bulannya, hanya
saja... mengapa bos Alex tidak mau melihat keadaan mereka secara langsung?”
“Aku...
takut, aku merasa bersalah... Rossa, dia mungkin membenciku karena menganggap
aku lebih memilih kekayaan dibanding hidup bersama dia dan ibuku...” mendengar
itu, Hardi terdiam sesaat, lalu ia kembali menoleh.
“Oh
iya bos, apa menurut bos tidak apa-apa meninggalkan mas Sigit sendirian di
rumah?”
“Tentu
saja, dia tak sendirian, ada para staf keamanan dan para pelayan, apa yang
harus dikhawatirkan?”
“Saya
hanya takut seorang peretas sepertinya tidak bisa menjaga lengannya bos...”
“Ha!
Jadi kau berpikir dia akan mencuri, begitu? Tidak tidak tidak, jika kau begitu cemas,
aku bisa menghubunginya sekarang” Alex memejamkan matanya dan mulai
berkonsentrasi, Hardi yang melihat dari spion penumpang, tampak bingung melihat
gelagat tuannya.
“Saya
kira bos akan menghubungi teman bos...”
“Aku
sedang berusaha menghubunginya...”
“Dengan
ponsel?”
“Tidak.
Dengan telepati.”
“Oh.
Come on...” Hardi tampak kesal dengan jawaban Alex dan dia mulai menancap gas.
“Hai Sigit. Bagaimana hari-harimu di
rumahku?”
“Big bro! Oh akhirnya! Thanks God kau
bisa menghubungiku dengan telepati... dengar, telah terjadi sesuatu disini...
mereka... oh tidak... tidak, sial!!”
“Hey. Apa semua baik-baik saja? Apa yang
terjadi?”
“Listen big bro... ini serius, saat ini
semuanya menjadi kacau, mereka... mereka mengikat para staf keamananmu dan juga
para pelayan... sebaiknya kau tidak datang sekarang, atau sebaiknya kau membawa
pasukan, polisi... atau para tentara jika tidak... mereka akan...”
“Mereka? Mereka siapa?”
“FBI... maksudku mungkin CIA or whatever...
mereka menemukanku... saat ini lenganku terikat dan saat ini ujung pistol
mereka menempel di kepalaku... mereka memaksaku untuk memberitahu identitas
temanku Brain, selain itu mereka mengincarmu juga!”
“Kau bercanda. Kau pikir setelah aku
mendengar cerita hoax yang kau ambil dari internet aku akan langsung percaya
padamu? Hah, yang benar saja... sekitar 20 menit lagi aku akan sampai disana...
tunggulah”
“Tidak! Tunggu! Jangan! Big bro! Alex!
You have to believe me! Jangan putuskan kontak telepati ini! Jangan! Alex!!!”
Alex
membuka matanya, tersenyum dan berbicara pada Hardi. “Hah, Temanku itu... tadi
pagi dia menceritakan tentang sebuah teori konspirasi dan kau tahu kan? CIA?
Sebuah agensi intelijen Amerika. Lalu bocah itu, Sigit menceritakan padaku
kebusukan-kebusukan CIA dan sebagai peretas dia mendapatkan informasi tidak
jelas itu dari internet, semacam situs rahasia... dan tadi saat aku
menghubunginya melalui telepati... kemampuanku yang tidak pernah kau percaya,
dia berkata bahwa para agen itu entah itu FBI atau CIA sekarang sudah berada
dirumahku... hahahahaha... dan mereka telah mengikat staf keamanan dan juga
para pelayan... hahahaha... kau percaya itu?” Hardi hanya menoleh namun
mulutnya tak bergeming. “Tidak, kali ini kau tidak perlu percaya... hahahaha ia
bahkan meyakini orang yang hidup kembali setelah kejadian tabrak lari yang
melibatkan Erik saat itu berkaitan dengan seorang mantan agen, kalau tidak
salah namanya David Mo... Mo... ah Mo apa ya?” Alex tampak kesulitan untuk
mengingat nama itu. “David Moses? Apa maksud bos David Moses?” seru Hardi.
“Ya... betul! Itu namanya! Tapi hey, bagaimana kau bisa tahu mengenai ini
Hardi? Kupikir ini...” namun mendengar itu Hardi sama sekali tidak tampak ingin
tersenyum, ia mulai teringat pada suara letusan tadi pagi dan sebuah van hitam
yang selalu berada diluar pagar rumah tuannya... dan dengan cepat ia membanting
stir dan memutar arah...
“Hey
Hardi, ada apa ini? Setahuku ini bukan jalan menuju rumah...”
“Saya
tahu jalan memotong bos...”
“Wa-Wait!
Apa jangan-jangan kau percaya kata-kata sigit? Maksudku telepati dan ceritaku?”
“Hanya
ada satu cara untuk membuat saya percaya bos...” Hardi menatap Alex “Kita harus
sampai lebih cepat... dan tolong buka kotak diantara tuas gigi ini bos...”
“Kotak?
Kotak ini? Aku tidak pernah tahu bahwa kotak ini ada isinya...”
“Isinya
selalu berada disana bos... bukalah...”
“Hardi,
ini...”
“Jika
sesuatu benar-benar terjadi di rumah bos... kita berdua harus bisa menggunakan
pistol itu. Jangan taruh jari bos di depan pelatuk jika bos tidak benar-benar
siap untuk menembak... saya akan melindungi bos apapun yang akan terjadi...”
Alex
hanya tertegun saat melihat isi kotak itu. Dua buah pistol... satu berwarna
hitam legam dengan pegangan bertekstur kasar dan yang lainnya memiliki dominasi
warna perak dengan warna hitam pada bagian grip pegangannya.
“Hardi,
ini... kau... darimana kamu bisa mendapatkan benda ini?”
“Hanya
sebagai jaga-jaga bos... dan lebih baik jika bos tidak menggunakannya...
seperti yang telah diperintahkan oleh ayah bos... saya akan melindungi bos
sekuat yang saya bisa, pistol hitam itu jenis SIG P250 untuk pegangan saya dan
untuk bos, saya menyiapkan jenis Dessert Eagle... saya mengerti bahwa bos tidak
nyaman dengan senjata ini karena tidak pernah menggunakannya, namun sebagai
jaga-jaga lebih baik jika bos membawanya”
“Tunggu,
Hardi ini berlebihan... seandainya kau mempercayai kemampuanku menggunakan
telepati, kita tidak pernah tahu apakah Sigit berbohong atau...” kata-kata Alex
terhenti saat ia dan mobilnya sampai di dekat kediamannya...
“Hardi,
sejak kapan aku pernah menyuruh mereka untuk selalu membuka pintu pagar rumahku
seperti itu?” ujar Alex saat mendapati pagar rumahnya yang terbuka lebar.
“Sejauh
ini, warga disini selalu menganggap anda sebagai orang yang sombong, kaku dan
tertutup jadi... euh, intinya pagar itu hanya terbuka jika anda keluar atau
memasuki rumah dan itupun biasanya para staf keamanan akan segera menutup pagar
tersebut, jadi, secara teknis pagar itu selalu tertutup, ditambah lagi apa bos
melihat van hitam di depan? Jika aku tidak salah menebak, sesuatu yang muncul
seperti antena diatasnya itu menyerupai pemancar... dan untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan saya akan memarkirkan mobil ini sedikit jauh di belakang
kebun disana, lalu setelah itu saya akan memeriksa sendiri keadaan di rumah...”
“Apa
kita harus menghubungi polisi?”
“Tidak,
jangan dulu... kita belum tahu seperti apa keadaan sebenarnya... jangan sampai
bos menyampaikan sebuah laporan yang belum pasti, disamping itu jika benar
orang-orang ini adalah FBI, seharusnya mereka hanya mengincar teman bos sebagai
seorang peretas dan kita bisa bicara baik-baik tanpa harus diketahui pihak
lain, bos tentu tidak mau jika nama baik bos tercemar karena diberitakan di
media hanya karena ulah bodoh dari teman bos... bagaimanapun bos adalah
pimpinan dari Rolland Corporation Indonesia dan bos bertanggung jawab untuk...”
“Baiklah
baiklah aku mengerti... jadi kau akan memeriksa kesana sendirian?”
“Maafkan
aku bos, tapi lebih baik jika bos menunggu disini...”
Perlahan
Hardi berjalan menuju ke arah rumah besar itu, namun sebelumnya ia memeriksa
keadaan sekitar. Ia mendekat ke arah van hitam, dan ia dapati sebuah lubang
menembus dinding mobil itu. Ia melirik ke arah aspal dan ia mendapati serpihan
peluru. Di dalam van ia tak menemukan apapun selain beberapa monitor dan
kabel-kabel yang begitu semrawut. Hardi menengok ke arah pagar. Ada CCTV
disana. Hanya jika Hardi mendekati pagar barulah ia akan terlihat oleh kamera.
Namun Hardi jauh lebih tahu sistem keamanan yang diterapkannya, jika ada
seseorang yang bisa melewati semua sistem keamanan tanpa diketahui maka orang
itu adalah Hardi. Hardi pun akhirnya menyelipkan pistolnya dibelakang
celananya. Perlahan ia menyusuri tepian samping rumah itu. Di ujung tepian, ada
sebuah lampu yang digunakan untuk menerangi jalan. Bentuknya seperti huruf L
yang dibalik. Tinggi tiangnya sekitar empat meter dan tanpa pikir panjang lagi,
Hardi mengambil ancang-ancang dan ia pun melompat. Kurang lebih ia hanya menginjakan
kakinya sebanyak dua kali di tiang seolah ia sedang berjalan vertikal, dan pada
saat gravitasi memutar tubuhnya, ia mengaitkan kakinya pada lampu dan perlahan
ia melipat tubuhnya dan berdiri diatas tiang lampu. Hardi merasa menjadi
seperti monyet. Dan monyet itu tengah menatap sebuah pohon, pohon yang tumbuh
di taman kediaman Alex. Jarak antara tiang dan pohon itu sekitar lima meter.
Hardi menghisap nafasnya, menahannya sebentar dan saat ia hembuskan nafasnya
saat itulah ia melompat. Sebuah batang pohon menghantam dadanya dan ia pun
jatuh berguling diantara semak-semak. Hardi menoleh ke arah pos keamanan. Tak
ada siapapun disana sedangkan televisi didalamnya masih menyala. Hardi
mengendap-endap menuju pintu belakang, perlahan namun pasti, kini ia sudah
memasuki dapur. Disanalah ia mendapati para pelayan dan staf keamanan di rumah
itu dalam keadaan terikat dan mulut tertutup. Para staf keamanan dan pelayan
yang melihat Hardi pun tampak panik, Hardi mengacungkan telunjuk diatas
bibirnya untuk membuat mereka tenang. Hardi menyiapkan pistolnya, mengintip ke
sebuah ruang yang terdengar begitu gaduh. Ia melihat Sigit terduduk di kursi.
Tangan dan kakinya terikat. Wajahnya penuh luka lebam. Sementara beberapa orang
bersetelan jas serba hitam mengelilinginya dan salah satunya menodong kepala
Sigit dengan pistol. Hardi pun menarik kokang pistolnya, ia harus melakukannya
secara perlahan agar tidak menarik perhatian... “Treeek” kokang pun ditarik.
Beberapa orang bersetelan itu pun mulai menoleh. Hardi menahan nafasnya, ia
menahan kokang agar tidak menimbulkan lebih banyak suara. Perlahan ia kembalikan kokang itu hingga ujung kokang
mencapai ujung laras pistolnya. “Ckliik...” suara kecil dari kokang itu pun
terdengar. Hardi tidak yakin apakah orang-orang itu juga mendengarnya tapi ia
harus siap menghadapinya. Hardi mengatur nafasnya. Tubuhnya mulai berbalik
dan...
“Put
your gun down...”
Terlambat.
Salah satu dari orang-orang bersetelan itu telah berada di belakangnya dan
menodong Hardi tepat di kepala. Hardi mengangkat tangannya. Ia jauhkan
jemarinya dari pelatuk. Dan perlahan sebelah lengannya menaruh pistol itu di
lantai.
“So
where is your master? He’s not with you?” ujar salah satu dari mereka. Hardi
hanya terdiam, menatap matanya tajam. Sementara Alex yang menunggu di kebun
didalam mobilnya mulai gelisah.
“Lebih
baik jika aku menunggu disini, huh? Lagipula ini sudah terlalu lama...”
Sekali
lagi, Alex mencoba untuk melakukan telepati. Namun kali ini Hardi yang menjadi
target penerimanya.
“Hardi? Apa semuanya baik-baik saja? Apa
yang terjadi?”
“Bos...
rupanya kau...” seru Hardi tertahan. Ia masih tidak mengerti dengan suara Alex
yang secara tiba-tiba muncul di pikirannya... namun kini ia bisa benar-benar
percaya bahwa Alex memang bisa melakukan telepati.
“Yeah
your fuckin boss! Where is he? Tell me or ill blow up your head and that little
fuckin hacker too!” ujar seorang bersetelan hitam yang menodong Hardi. Hardi
sangat ingin menjawab pesan telepati yang disampaikan Alex namun ia tak
mengerti bagaimana caranya... sementara mobil yang diparkir di kebun tampak
telah ditinggalkan.
“CIA
huh? Aku tahu bagaimana FBI bekerja dan yang kutahu ini bukan gaya mereka,
menerobos masuk mansion orang seenaknya dan menodongkan pistol...” jawab Hardi.
Namun tak lama seorang agen yang lain melangkah mendekat. Dialah sang kapten.
“Well
well well. Mr. Hardi... kami juga tidak melakukan seperti apa yang CIA
lakukan... mereka lebih suka untuk menyamar sebagai petugas jasa asuransi lalu
merusak pipa ledeng di rumah ini dan mereka muncul keesokan harinya untuk
memperbaiki. Kami tidak. Aku tidak melakukan hal bertele-tele seperti itu. So
jika aku harus memperkenalkan aku adalah kapten Davis Farraday, dari Anommaly
Inteligent Incident Secret Service or... disingkat NOISE. Subdivisi dari CIA.
Kami kemari untuk menjemput tuanmu... there is something special about him...
so now, tell me where he is and ill give you a chance to smell a fresh air,
because if you refuse... ill take it back every breath on your lungs.”
“Im
sorry captain Davis, but, aku tidak pernah mendengar bahwa CIA memiliki
subdivisi, Amerika begitu konyol jika harus memiliki kalian...”
“For
your information, Mr. Hardi. Kami tidak bekerja untuk pentagon. NOISE hanya
menganggap Amerika tidak lebih dari tempat singgah. Dan aku tidak bisa
memberimu lebih banyak petunjuk, karena itu artinya aku harus membunuhmu...”
sang kapten pun mengarahkan laras pistolnya ke kepala Hardi.
“Pak
Hardi... aku minta maaf, semua ini terjadi karena aku dan kau harus...” ujar
Sigit.
“Tidak
apa-apa. Mas Sigit... aku juga bertanggung jawab atas keamanan di rumah ini”
“Hey...
hey. Tidak ada chit-chat disini. And you! Peretas sepertimu takan kubiarkan
hidup begitu saja, hari ini adalah hari terakhirmu, kau tahu itu?” seru Davis
seraya mengacungkan pistolnya ke arah sigit.
“DZZZING!”
tiba-tiba sebuah peluru menyasar sebuah hiasan perunggu lalu menyerempet
pelipis kapten Davis. Peluru itu berasal dari pistol Dessert Eagle yang
dipegang Alex. Seketika itu juga para agen itu menembaki Alex yang muncul dari balik
dinding dan melompat berlindung diantara sofa. Bulu-bulu angsa yang mengisi
sofa itu pun terburai dihujani rentetan peluru. Davis tampak marah melihat
darah menetes di keningnya. “Cease Fire!! Dont shoot him!!! We need him alive!!
You understand?” seru Davis memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan
tembakan.
“What
do you want?!” ujar Alex seraya tetap berlindung di balik sofa.
“Easy...
Mr. Alex... we can talk... really. Kami semua telah menyuntikan serum ajaib
yang membuat kami bisa berbicara banyak bahasa. So. Lets speak Indonesian. Kau
lihat alat suntik yang kupegang ini? Ini adalah sebuah serum formula yang
meningkatkan kemampuan kerja otot dan otak kami. Atau sebenarnya ini adalah
nanochip yang bisa larut dalam darah dan terinstall dalam DNA, itu semacam...
kepandaian instan. Thanks to our doctor, Jared Cohen yang membuat serum ini
berfungsi dengan baik dan membuat kita bisa melakukan kesepakatan lebih
mudah... dan yang kami inginkan adalah...”
“Dengar,
jika kalian melepaskan temanku dan juga asistenku, kalian akan kumaafkan...”
“Wo
wo wo. Tampaknya tuan kita ini tidak mengerti posisinya sendiri ya... ahahaha”
Davis tertawa diikuti dengan tawa anak buahnya yang lain. “Mr. Alex, saat ini
anda tidak berada dalam posisi untuk melakukan tawar menawar, kau tahu itu? So
lets make a deal... aku menginginkanmu untuk bekerja bersama kami dengan CIA
dan tadaa... surprise, kami sudah tahu bahwa kau memiliki kemampuan semacam
telepati dan kami membutuhkannya. Orang sepertimu. So, kesepakatannya adalah...
kau ikut dengan kami dan aku akan melepaskan Mr. Hardi...”
“Lalu
bagaimana dengan temanku Sigit?”
“Kami
tidak punya pilihan banyak Mr. Alex... he just know too much. Temanmu ini
berbahaya, kami hanya punya satu pilihan yaitu membunuhnya. Atau....”
“Atau
apa?”
“Jika
saja temanmu mau memberitahu kami dimana buronan kami, Brain berada, mungkin
kami bisa mempertimbangkan kebebasannya atau bahkan menawarinya gaji.
Bagaimana? Bukankah kalian berteman... kalian bisa bekerja dengan kami di
agensi paling terkemuka di dunia... bukankah itu kesempatan yang langka? Untuk
menjadi seorang James Bond?”
“Tapi
big bro, aku benar-benar tidak mengetahuinya! Aku tidak tahu siapa Brain! Kami
para Anonymous tidak berbagi mengenai identitas pribadi! Aku... aku sudah
bilang kalau aku tidak tahu... aku... aku akan menutup mulut atas kejadian ini
jadi tolong biarkan aku hidup!” seru Sigit lagi, namun teriakan itu hanya
membuatnya dipukuli para agen.
Ini
buruk. Pikir Alex, kali ini Alex tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia berdiri
dan berhenti bersembunyi dibalik sofa, berusaha untuk membaca keadaan. Dan ia
pun melihat bahwa Hardi tidak diam, ia melihat perlahan Hardi mencoba mendekat
menuju pistolnya yang tergeletak di lantai... Alex mengangkat tangannya.
Bertingkah seolah dia hendak menyerah.
“Hardi... dengarkan aku, saat ini aku
sedang menghubungkan pikiranku denganmu... kau harus berbicara dalam hati agar
mereka tidak mengetahui bahwa kita sedang berkomunikasi...”
“Bos kau... ah, saat ini aku berencana
untuk menarik perhatian mereka dan saat itu terjadi bos harus segera lari dari
sini... ambil Lamborghini Egoista di garasi. Mobil itu hanya muat untuk satu
orang dan berkecepatan tinggi... kupikir hanya ini satu-satunya cara...”
“Jangan konyol Hardi, lupakan ide itu...
aku punya rencana... saat ini aku tengah berjalan ke arahmu dan saat kita berpapasan,
gunakan pistolmu untuk membereskan dua agen di dekatmu dan aku akan mengambil
replika pedang katana yang dipajang di dekat sana... dengan pedang itu aku bisa
membereskan tiga orang sekaligus dan segera membebaskan Sigit...”
“Tapi bos... itu sangat berbahaya dan
beresiko tinggi... lagipula masih ada enam agen lagi yang mungkin masih tersisa, terlebih lagi... itu pedang
buatan Garut...”
“Sudah, lakukan saja!”
Alex
pun perlahan berjalan mendekat seraya mengangkat kedua tangannya dan menaruhnya
di belakang kepala. Kapten Davis yang melihat itu segera tersenyum.
“Well
well, rupanya Mr. Alex jauh lebih bijak dari yang aku kira...” ujar Davis.
“Apa
kau tahu kapten Davis? Ceritamu tentang James Bond kurang merepresentasikan
kalian... James Bond bekerja untuk MI6, bukan CIA... tapi aku ingat sebuah film
tentang agen CIA yang cukup bagus... apakah kau tahu film Jason Bourne? Kupikir
itu cocok denganmu...”
“Wow.
Ya. Bourne... identity, supremacy, ultimatum, legacy, aku menonton semuanya.
Ceritanya tentang mantan agen yang dikhianati oleh agensinya setelah mengalami
percobaan cuci otak menggunakan obat-obatan... dalam kisah Bourne Legacy bahkan
diceritakan bahwa obat-obatan itu mampu menambah kemampuan fisik dan otaknya.
Dan wow. Kau tahu Mr. Alex? Kisah itu memang benar-benar terjadi. Dalam
MK-Ultra ataupun Bluebird yang berjalan sejak tahun 1953... kami menggunakan
LSD untuk menciptakan agen tanpa rasa takut. Tapi seriously Mr. Alex, are you
sure we have to talk about this right now?” jawab Davis lagi. Alex hanya
tersenyum.
“Hanya
mengingatkan, kapten Davis... kalau mungkin saja serum yang kau suntikkan itu
memiliki efek samping...” ujar Alex seraya mendekat ke arah Hardi. Rupanya Alex
menyembunyikan pistol Dessert Eaglenya dibalik kerah kemejanya dan menutupinya
dengan kedua tangannya dan begitu ia mendekat ke arah Hardi ia langsung
melemparkan pistol itu.
“Hardi
sekarang!!” seru Alex. Hardi pun segera menjatuhkan diri di lantai dan
menangkap pistol itu dan seraya meluncur di lantai ia pun menangkap pistol SIG
miliknya. Dan dengan kedua pistol di tangannya Hardi meluncur menuju meja besi
dapur seraya menembaki para agen.
“God
damn it!!” seru Davis panik. Selama ini ia belum sempat mengokang pistolnya dan
saat ia berusaha melakukannya, Alex melompat diantara terjangan peluru lalu
mengambil katana pajangan pemberian ayahnya dan berlari ke arah Sigit. Para
agen yang tengah berada di sekitar Sigit pun berusaha menghentikannya dengan
beberapa tembakan. Dan sesuatu terjadi... sesuatu yang baru dialami oleh Alex untuk
pertama kalinya. Mata pucat albino milik Alex secara refleks mampu melihat
semua peluru yang terbang ke arahnya. Dan seolah ia menyatu bersama momentum,
Alex mengayunkan pedangnya, memotong setiap butir peluru yang menerjang...
butiran peluru yang terbelah itu pun terjatuh diantara kakinya... dan entah
sejak kapan, tali yang mengikat Sigit pun terputus... para agen pun berjalan
mundur... lengan yang memegang pistol itu pun bergetar ketakutan... sementara
Sigit segera berlindung di belakang Alex.
“Kapten...
itu... kemampuan itu... tidak salah lagi itu adalah kemampuan seorang
soulrunner... kemampuannya telah diaktifkan!” ujar salah seorang agen.
“Oh
ya? Soulrunner huh? Dengan kekuatan itu dia bisa menggunakan pedang pajangan
layaknya pedang star wars. Lantas kenapa? Apa kau takut?”
Dor!!
Sebuah peluru dilepaskan Davis, namun Alex bisa menghalaunya dengan satu ayunan
pedang. “Well, guys. I presume now is the right time untuk kita menyuntikan serum
yang kedua...” ujar Davis seraya mengambil alat suntik lain dari saku jasnya,
serum itu berwarna bening dan para agen pun menyuntikan serum-serum tersebut
pada leher mereka. “Dengan serum ini, kecepatan kita akan sebanding dengan para
soulrunner, setidaknya itu yang dikatakan Jared... dan kau Alex... aku tidak
pernah ingin membunuhmu tapi kau telah membuatku benar-benar marah...”
“Coba
saja...” ujar Alex. Sekali lagi tembakan demi tembakan dilancarkan para Agen.
Sigit pun menghindar seraya merangkak diantara sofa dan furnitur di ruangan
itu. Sementara Hardi berusaha untuk melindungi para asisten dan staf keamanan
yang berada di dapur... lalu sekali lagi, Alex merasakannya. Ia merasakan
seluruh inderanya bekerja lebih tajam dari biasanya, penglihatan maupun
pendengarannya... dan secepat kilat Alex mendekati Davis namun begitu ia hendak
mengayunkan pedangnya, Davis menghilang.
“You
cant stop me” seru Davis yang secara tiba-tiba berada dibelakang Alex. Beberapa
tembakan kembali dilancarkan Davis namun Alex sekali lagi mampu menghalaunya.
“Now lets see... apakah kau bisa menghentikan peluruku yang satu ini...” Davis
pun mengarahkan pistolnya lagi ke arah Alex. Alex bersiap dengan kuda-kuda
layaknya seorang samurai... namun, tiba-tiba Davis merubah arah pistolnya, kini
pistol itu mengarah ke arah sofa dimana dibelakangnya Sigit berusaha
bersembunyi seraya memegang erat kepalanya. Alex yang mengetahui itu berusaha
berlari secepat yang ia bisa untuk menghentikan peluru yang telah ditembakan
dengan cara memotongnya, sayang peluru itu bergulir terlalu cepat... hingga
melubangi sofa itu dan menembus dada kiri Sigit...
“Oh
tidak. Sigit... Sigit!! Bertahanlah!!” seru Alex yang mendapati Sigit dengan
tubuh yang berlumuran darah.
“Tidak
apa-apa big bro... ini semua salahku... uhuk!!” gumpalan darah kental mulai
keluar dari mulutnya.
“Its
ok buddy, you’ll be fine... please, dont talk. Hang on. Everything will be fine
i promise...”
“Tidak.
Big bro. Kupikir ini sudah seharusnya... aku hanyalah seorang yatim piatu
pembuat onar... pencari masalah... seperti yang big bro katakan... aku pantas
menerima ini... uhukk! Aku mengamati big bro sejak kita masih semester satu...
aku... dulu aku sangat membenci big bro... big bro bisa mendapatkan semuanya
dan aku merasa iri... aku minta maaf... akulah yang membuat big bro tidak
memiliki teman di kampus... akulah yang menyebarkan isu tentang kesombongan dan
keangkuhan big bro pada wartawan-wartawan itu... maafkan ak... uhuukk!!”
“A...
apa yang kau katakan? Aku tidak peduli! Kaulah temanku! Come on buddy... dont
do this! Jika kau merasa bersalah padaku, bertahanlah... aku bisa memukulimu
nanti jika kau pulih...! ayolah Sigit!! Just wake up!!”
“Uhukk!!
Maafkan aku big bro... seandainya saja, aku bisa berteman denganmu sejak
awal...”
“Sigit?
Sigit?! Hang on buddy!! Sigit! Sigit!! SSIIGGGIIITT!!!!”
Tatapan
Sigit berubah kosong. Perlahan Alex menutup mata itu dengan lengannya dan menatap
Davis tajam. Alex telah kehilangan Sigit. Sementara Hardi mengintip jumlah
pelurunya yang tersisa di magasin... masing-masing pistol hanya menyisakan satu
peluru. Hardi tampak mulai kebingungan...
“Dont
look at me like that. Seperti yang kukatakan sebelumnya, he should be dead
anyway. Ayolah... dia bilang dia hanya seorang yatim piatu pembuat masalah...
tak akan ada yang merasa sedih untuknya... dan sekarang mungkin ini saatnya aku
membunuh Mr. Hardi too. He’s your butler right?” ujar Davis lagi.
“He’s
not just my butler, he’s my partner...” ujar Alex. Hardi yang mendengar
kata-kata tuannya tak tahu lagi harus berbuat apa.
“Whatever.
Boys!! Kill him!! Oh ya, bunuh para pelayan dan staf keamanan yang juga
bersamanya” seru Davis. Dan para agen itu pun bergerak menuju dapur. Gigi Alex bergemeretak. Ia tak mampu lagi
menahan amarah. Hardi berusaha untuk berpikir cepat mencari jalan keluar... ia
genggam kedua pistolnya dengan penuh kesiapan.
Mahasystem
Chapter Seven
“Friend And
Partner”
End.