Mahasystem
Chapter
8: A Man Who Could Hear Everything
Satu
bulan sebelumnya. Di lokasi berbeda, tepatnya di New York, Amerika Serikat. Markas
besar FBI. Seseorang diruangan gelap tampak tengah mengamati sebuah cermin dua
arah, cermin yang biasa digunakan untuk melihat proses interogasi pada seorang
kriminal dan semacamnya. Lalu tak berapa lama seseorang muncul dan menyapa
petugas itu.
“How’s
it going?”
“You
see, just another day in paradise. So whats up Nick? Kau terlihat berantakan...
kupikir, kau tidak perlu muncul sepagi ini. Everything is under control man...
tak perlu memikirkan kasus ini terlalu dalam...”
“Actually
iam not. Istriku, Kate. I mean... aku lupa bahwa kemarin adalah hari jadi
pernikahan kami dan... yah, dia menunggu lama di tempat yang sudah kita
sepakati sebelumnya... tempat yang cukup mahal i guess. And then we got this
criminal and you know the rest...”
“Haha.
Kekejamanmu pada istrimu tidak bisa dimaafkan Nick, apakah aku harus menyuruh
Mike untuk menginterogasimu juga?”
“Aku
akan lebih memilih untuk melahap burrito dan menikmati segelas kopi. Now thats
what i need... so, apa yang kau dapatkan hari ini?”
“Lets
see... Jimmy Harrison, orang yang tengah duduk dan diinterogasi oleh Mike dan
Nicholas disana rupanya memiliki isu yang menarik. Sejauh ini kita hanya tahu
bahwa dia adalah salah satu orang yang mengetahui keberadaan David Moses...
setelah dia membocorkan rahasia pada situs Wikileaks bahwa David tengah menjadi
aktivis lingkungan di Indonesia... kali ini dia meminta kita untuk
melindunginya.”
“Melindunginya?
Aku melihatnya sebagai tersangka disini. Maksudku dia adalah saksi kunci yang
mungkin bisa menghubungkan kita pada Moses, lagipula mengapa dia meminta
perlindungan? Perlindungan dari apa? Dia berada di tangan kita sekarang, jika
Moses dan kawanannya datang kemari, itu adalah bunuh diri bagi mereka”
“Itu
dia Nick... rupanya orang ini menyimpan rahasia yang jauh lebih besar dari sekedar
yang dibocorkan Moses mengenai satelit The Eye. Dan dia tidak meminta
perlindungan kita dari Moses, dia meminta kita melindunginya dari CIA...”
“What?
But wh-why? Mengapa dia harus takut pada CIA?”
“Saat
ini satelit The Eye yang dikendalikan oleh NSA tengah diarahkan pada
kordinat-kordinat tertentu di Indonesia, bukan hanya untuk mencari keberadaan
David Moses, namun juga sebuah perburuan. Ada kabar bahwa CIA tengah
mengumpulkan dan menculik beberapa orang di beberapa negara untuk dijadikan
agen, mereka adalah para peretas, sekumpulan penjahat, dokter, ahli kimia dan
bagian ini mungkin kau tak akan menyukainya, CIA dikabarkan tengah menguji coba
sebuah proyek rahasia untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki kemampuan
supranatural... bagaimana? Is that sounds normal for you? Setidaknya itu yang
dikatakan Jimmy, aku tidak tahu apakah dia berkata jujur atau menjadi gila
karena sudah 7 jam berada di ruangan itu bersama Mike dan Nicholas”
“Ini
memang gila. Negara ini. I mean, Amerika adalah negara maju dan di negeri ini
orang-orang yang mengetahui kebenaran kita tangkap. Dan jika itu benar,
seandainya CIA benar-benar mengumpulkan para penyihir yang bisa melakukan voo
doo dan semacamnya, aku tidak akan kaget. Namun jika mereka harus menangkap
para peretas, seperti Brain misalnya, maka CIA benar-benar keterlaluan. Para
peretas atau cyber criminal adalah target kita sebagai polisi federal...
berbeda dengan CIA yang menyusupkan agen diluar negeri dengan dalih menjaga
perdamaian, mereka hanya menghasut negara-negara itu untuk berperang kemudian
menyusun rencana kudeta demi kepentingan Amerika... sedangkan kita disini hanya
menangkap para peretas-peretas iseng, menangkap bandar narkoba, sesekali orang
kulit hitam mungkin, para pemerkosa, gengster, pelaku prostitusi, pornografi
dibawah umur, koruptor, pembajak karya cipta. Man, kita hanya menangkap para
penjahat.”
“Jika
kau berpikir bahwa CIA menangkap orang-orang yang telah kita jadikan target,
sebaliknya kita pun telah menangkap seseorang yang menjadi target CIA. Yah,
Jimmy. CIA juga tengah mengincarnya...”
“Tapi...
tapi apa? Apa yang menjadikan dia begitu spesial?”
“Jimmy
Harrison. 37 tahun. Dibesarkan di kawasan kulit hitam sekitar Bronx. Sebelum
kebocoran informasi yang diberitakan Wikileaks olehnya, tak ada yang
mengenalnya, ia memang sempat ditahan karena kasus penipuan dan kepemilikan
obat-obatan terlarang, namun selebihnya dia hanya masyarakat sipil biasa saja.
Bercerai dengan istrinya di tahun 2010, memiliki dua anak, menghabiskan
hari-harinya di Las Vegas untuk berjudi dan dia selalu menang. Kau ingin tahu
mengapa CIA mengincarnya? Itu karena konon dia bisa mendengar isi pikiran semua
orang... itulah mengapa dia selalu menang judi dan mengetahui banyak sekali
rahasia”
“Thats
a bullshit.”
“Im
just saying. Saat istrimu marah-marah padaku di telpon, saat itu aku tengah
bersama Jimmy dan kupikir dia orang yang menarik. Dia menghiburku seperti
seorang mentalist. Dia benar-benar tahu apa yang kupikirkan dan ide-ide
cemerlang yang ada di kepalaku... kupikir kau pun akan cocok dengannya...”
“Jika
dia memanglah sebaik itu, lalu mengapa Mike tampak ingin sekali memukulnya?”
Dan
dari balik cermin, kedua petugas itu pun melihat sosok pria bertubuh besar,
seorang petugas, sedikit gemuk dengan kumis tebal menempel di wajahnya. Pria
itu tampak sangat marah, ia tampak marah pada seseorang berkulit hitam dengan
kemeja bercorak bunga matahari yang tersenyum melihatnya di kursi interogasi,
sementara pria gempal tadi berusaha ingin memukulnya, rekannya yang juga berada
di ruangan itu tak ingin melepaskan lengannya dan tetap menahan tubuh besar
itu.
“Oh
tidak. Kita harus masuk sekarang. Bantu aku Nick. Kita harus hentikan Mike
sebelum ia membuat tahanan kita patah tulang...”
Kemudian
kedua petugas FBI yang berada disisi lain cermin itu pun memasuki ruang
interogasi dan mencoba untuk menenangkan rekannya yang bernama Mike. Mike
tampak begitu emosi namun setelah beberapa saat, perlahan ia pun mulai tenang.
Mike berusaha untuk mengatur nafasnya namun saat ia melirik tahanannya yang
kembali tersenyum, ia tidak bisa menahan amarahnya lagi.
“You
are fuckin bastard!!” seru Mike seraya berusaha kembali memukul pria dengan
kemeja bercorak bunga matahari itu, namun sekali lagi ketiga rekannya berhasil
menahannya.
“Stop
it Mike. You wont do that, trust me. He cant go anywhere ok? Sisakan
kemarahanmu itu untuk nanti. Kita masih punya banyak waktu disini... easy,
easy, calm down. Just like that. Good. Nicholas, bisakah kau membawa Mike
keluar sebentar? We’ll take it from here now. Biar aku dan Carter yang akan
mengawasinya, kalian beristirahatlah...”
“Aku
mengerti Nick. Kalau begitu aku dan Mike akan berjalan-jalan sebentar... kalian
yakin bisa mengatasinya?”
“Dont
worry, we can handle this...” ujar seorang pria yang disapa Nick. Dan begitulah
akhirnya para investigator itu pun meninggalkan ruangan, menyisakan Nick dan
rekannya Carter yang sebelumnya berada disisi lain cermin dan dihadapan mereka
kini terduduk sang tahanan, Jimmy Harrison. Nick menatap Jimmy dengan dalam,
mengambil kursi, memutarnya lalu menginjak kursi tersebut dan ia pun duduk
diatas sandaran punggung kursi itu, membuat posisi duduknya lebih tinggi dari
Jimmy namun Jimmy tampak tak peduli.
“So
Jimbo. Jujur saja, aku tak pernah melihat rekanku Mike semarah itu sebelumnya.
Tampangnya mungkin garang tapi sebenarnya dia lebih lembut dariku, jadi
beritahu aku bagaimana kau melakukannya... dengan begitu aku bisa berlaku
lembut padamu”
“Tidak
ada. Hanya saja agen Mike tidak mau mempercayai kata-kataku dan karena itu aku terpaksa
membeberkan semua rahasia kotornya agar dia percaya... itu saja”
“Haha.
Kau pikir aku akan peduli pada intuisi dan cerita tentang halusinasi
pendengaranmu? Seseorang dengan penyakit schizofrenia bisa melakukannya. Dan
mereka tampak seperti orang gila di mataku. Tapi baiklah, sebelumnya aku minta
maaf karena belum memperkenalkan diri. Namaku adalah Nick Ryder dan rekanku
yang disana itu namanya...”
“Tak
perlu kau perkenalkan, aku sudah mengenalnya. Mr. Cavanaugh. Carter Cavanaugh.
Yeah, aku dan agen Carter sebenarnya telah bertemu sebelumnya dan kita
bercerita banyak disini. Termasuk bagaimana istrimu marah-marah kemarin karena
kau terlalu sibuk mencari barang bukti yang bisa membuatku berada disini. Itu
kejam Nick, seharusnya kau bisa menunjukan kepedulian pada istrimu di hari jadi
pernikahan kalian...”
Nick
menoleh pada rekannya Carter, Carter hanya mengalihkan pandangannya seraya
berdehem. Lalu Nick menatap Jimmy lagi.
“Yah,
tampaknya rekanku tidak bisa menjaga mulutnya dan aku tidak membutuhkan nasehat
rumah tangga dari seseorang yang sudah bercerai... lagipula pencarianku
membuahkan hasil. Kau akan ditahan lebih lama karena melindungi seorang
buronan...”
“Benarkah?
Setahuku aku memberikan kalian petunjuk tentang keberadaan David Moses di
Indonesia. Aku tidak pernah bertemu dengannya tapi aku tahu dia orang yang
baik... dia seorang pecinta lingkungan. Dia juga seorang penyuara kebenaran...
mengapa kalian ingin menangkapnya?”
“Well.
Mengenai Moses, aku tidak begitu peduli. Biar CIA dan NSA saja yang
mengurusnya... tapi kami FBI telah mengorek data NSA tentangmu dan kami
menemukan bahwa kau terkait dengan seorang peretas yang memiliki julukan Brain.
Dan aku lebih tertarik untuk mendengarnya langsung darimu...”
Mendengar
itu, Jimmy terdiam... sementara Carter tampak terbelalak. Ia tampak terkejut
dengan apa yang dikatakan Nick. Carter lalu menghampiri Jimmy dan mencengkeram
kerah kemejanya.
“Jadi
kau mengenal Brain? Setelah apa yang kita bicarakan kemarin, aku pikir kau bisa
kupercaya. Katakan padaku dimana dia sekarang?! Katakan padaku atau kau
akan...” Carter tak bisa melanjutkan kata-katanya. Sementara Jimmy masih
terdiam. Carter menoleh ke arah Nick yang menyuruhnya menyingkir dan ia pun perlahan
melepaskan kerah kemeja Jimmy.
“So...
Jimmy, katakanlah...” ujar Nick. Jimmy tampak berusaha untuk tetap tenang.
“Look...
guys, sejujurnya aku tidak ingin semuanya menjadi seperti ini... aku memiliki
dua orang putri diluar sana dan aku harus bertemu mereka... mereka
membutuhkanku sekarang. Sejauh ini aku berusaha untuk bersikap kooperatif pada
kalian dengan harapan aku bisa secepatnya keluar dari sini. Aku telah
memberitahukan semua yang kuketahui pada kalian tentang Moses, tentang rencana
CIA dan NSA dengan satelit The Eye. Aku akan mengatakan semuanya pada kalian...
aku bisa menjadi mata dan telinga kalian diluar sana. So please... just let me
out of here man...”
“Brain
adalah buronan kami Jimmy... dan jika kau tidak mau membicarakan ini sekarang
maka kupastikan kau tidak bisa bertemu putrimu karena aku akan membiarkanmu
menghabiskan waktu luangmu bersama temanku Mike...”
“Aku...
aku tidak bisa. Brain adalah satu-satunya peretas di dunia ini yang mampu
mengakses sistem jaringan The Eye. Hanya dia yang bisa mencegah satelit kita
melakukan kerusakan, dengan kata lain, Brain bisa mencegah kita berbuat
jahat...”
“Sebaliknya
Jimmy, sebaliknya. The Eye-lah yang dirancang untuk mencegah siapapun untuk
berbuat jahat. The Eye bisa melihat segalanya, kita bisa menggunakan itu untuk
memburu para penjahat di muka bumi. Tapi Brain... dengan melindungi Brain kau
telah membiarkan orang sipil memiliki kemampuan untuk menguasai kendali sebuah
satelit canggih dengan muatan senjata nuklir... bukankah itu jauh lebih
berbahaya? Pikirkanlah Jimmy. Bukankah jika benda itu jatuh ke tangan yang
salah dia bisa melakukan segalanya? Dia bisa meminta tebusan ke negara manapun,
dengan jaminan dia tidak akan melenyapkan negara itu menggunakan satelit The Eye?”
“Tapi
dia tidak melakukannya bukan? Kalian telah menilai rendah moral seorang Brain...
sebaliknya kini Amerika-lah yang bisa menekan negara manapun dengan menggunakan
The Eye... kalian harus tahu bahwa pemerintahan ini tidak dikuasai oleh
seseorang dari pentagon atau gedung putih... bosmu, FBI, CIA, NSA, Secret
Service mereka tidak bekerja untuk negeri ini. Mereka bekerja untuk satu
kelompok, kelompok itulah yang akan menyalahgunakan The Eye dan berlindung
dibalik nama negara Amerika meski kekuasaannya telah melebihi wilayah seluruh
Eropa”
“Apa
maksudmu? Seseorang yang jabatannya lebih tinggi dari presiden?”
“Baiklah
agen Nick, agen Carter... anggaplah aku percaya pada kalian berdua untuk
menyimpan rahasia ini dan aku harap kalian pun mau percaya padaku. Itu benar,
aku bisa membaca pikiran semua orang... dan dengan kemampuanku kini aku
mengetahui banyak rahasia yang terlalu besar bahkan untuk diriku sendiri.
Pertanyaannya jika aku memang memiliki kemampuan seperti itu, mengapa CIA
tampak begitu gusar saat kalian menangkapku? Mengapa CIA tampak begitu percaya
jika aku begitu berbahaya bahkan sebelum mereka tahu bahwa aku mengenal Brain?
Itu karena didalam CIA sendiri terdapat orang-orang yang memiliki kemampuan
khusus sepertiku... orang-orang yang dengan pasti merasakan keberadaanku dan
percayalah bahwa mereka jauh lebih berbahaya...”
“Are
you fuckin kidding me? Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan hal-hal fantasi
seperti ini... mengapa kau selalu mengarang ini semua? Apa yang kau inginkan?”
“Aku
tidak mengarang. Aku mendengar suara keresahanmu dari tadi... bagaimanapun itu
pasti berat, saat istrimu menuntut bercerai darimu... dan ini bukan pertama
kalinya kau lebih mementingkan pekerjaan... anakmu, Jonathan dan juga Darenn
mereka juga membencimu karena kau tidak pernah ada untuk mereka... apa aku
harus mengungkapkan warna celana dalammu juga karena tadi kau sempat memikirkan
itu?”
Nick
terdiam. Matanya tak berkedip. Ia tak tahu bagaimana cara Jimmy mengetahui apa
yang dia pikirkan, lalu ia menoleh pada Carter. Carter yang merasa dituduh
karena tidak menjaga mulutnya selama ia bersama Jimmy kemarin, segera
mengangkat bahu.
“Apa?
Aku tidak katakan apapun soal itu padanya, aku bahkan tidak pernah tahu bahwa
Kate memintamu untuk bercerai... i mean, really? Damn....” seru Carter. Nick
pun segera mengalihkan pandangannya kembali pada Jimmy.
“Itu
tidak hebat Jimbo. Didalam dunia kami pun, kami diajari untuk membaca mikroekspresi
dan para ahli hipnotis pun melakukannya, aku tidak terpesona dengan
kemampuanmu, analisa saja aku sesukamu tapi aku membutuhkan hal yang jauh lebih
kongkrit...”
“Merah...”
“Apa?”
“Warna
celana dalam yang kau resahkan dari tadi. Itu merah... kau memiliki sedikit
sentimentil dengan celana dalam ini karena istrimu pernah mengatakan bahwa celana
dalam itu membuatmu tampak seperti Superman dan aku tidak perlu menjelaskan
kapan istrimu mengatakan itu yang jelas kau resah karena kau takut tidak ada
lagi yang mau mencuci celana dalam itu dan istrimu tidak akan memanggilmu
Superman lagi di ranjang... ah maaf aku mengatakannya. Itu tidak sengaja.”
Nick
semakin bingung dengan apa yang diutarakan Jimmy. Sementara Carter pun
membiarkan mulutnya menganga karena terkejut. Dan ia pun menoleh pada rekannya
Nick...
“Huwhat?
Really? You are Superman? On bed? Celana dalam warna merah? Oh itu pasti akan
jadi gosip yang bagus. Oh i love it. Mike dan Nicholas pasti akan senang
mendengar ini...” ujar Carter dengan mata berbinar... sementara Nick melotot ke
arahnya.
“Carter!
Stop! This is not funny! Ok? Apa salahnya jika aku menggunakan celana dalam
warna merah! Superman adalah simbol Amerika... dia pria yang perkasa” seru
Nick.
“Oh
benarkah? Jadi itu benar? Aku akan mencatat ini dalam laporan investigasi...
ahahahah”
“Oh
come on man...”
“Pfft...
ahahahah” Carter melanjutkan tawanya seraya mengambil catatan saku. Nick
beranjak dari kursi dan mulai berdiri, berjalan pelan memutari Jimmy kemudian
berhenti didepannya seraya meletakkan lengannya di meja interogasi.
“Huft.
Baiklah Jimbo... sekarang aku mengerti bagaimana kau bisa membuat Mike begitu
marah... jadi anggap saja kita berdua
percaya ceritamu. Lanjutkan apa yang ingin kau sampaikan...”
“Aku
mengerti... kalian berdua adalah agen yang menaati kode etik dan aturan, kalian
berbeda dengan yang lainnya. Kalian menempuh jalur yang konstan dan
membosankan... but enough with that. Di kepalaku tersimpan informasi tentang
siapa saja orang-orang korup yang berada di agensi... ini adalah informasi yang
mahal tapi aku bisa memberikan ini secara cuma-cuma pada kalian dengan syarat
kalian harus membebaskanku dari sini. Aku akui aku bukan penjaga rahasia yang
handal tapi menyimpan rahasia jutaan orang membuatku muak. Apa kalian siap
mendengarnya?”
“Apa
lagi yang kau tunggu?”
“Baiklah.
Saat ini sebagai negeri adidaya, negeri ini berperan besar dalam menentukan
nasib dunia menuju perubahan. Tapi itu hanyalah topeng. Pemerintahan kita pada
dasarnya telah tunduk sejak lama pada pemerintahan bayangan yang juga menguasai
separuh bumi. Mereka menguasai perekonomian, atau tepatnya merekalah yang
menciptakan sistem perekonomian, merekalah yang mengatur agar mata uang dollar
dijadikan acuan bagi mata uang dunia. Merekalah yang memonopoli kemana saja
uang-uang itu mengalir. Mereka mengendalikan The Fed. Mereka yang berada
dibalik keuangan IMF. Dengan kekuasaannya mereka bisa mempengaruhi perpolitikan
di seluruh dunia, semenjak benua ini ditemukan dan diklaim, nenek moyang
Amerika telah melakukan banyak kejahatan. Mereka berperang, mereka merencanakan
banyak hal... termasuk mendirikan negeri adidaya yang akan selalu melindungi
orang tuanya, merencanakan terorisme, mengurangi populasi, memecah belah
negeri, dengan mengendalikan sistem perekonomian, itu sama saja dengan
menguasai dunia. Mereka disebut Zion. Dan kita disini hanyalah bagian kecil dari
sistem yang mereka dirikan. Misi Zion hanya satu, yaitu mendirikan pemerintahan
tunggal di dunia... dan satelit The Eye mampu mewujudkan hal itu. Kalian tentu
tahu bahwa satelit itu dibekali nuklir yang mampu memusnahkan bangsa manapun
hanya dengan satu kali menekan tombol. Dengan satelit itu... Amerika bisa
melindungi tuannya dan menekan bangsa manapun...”
“Tapi
itu akan membuat perpecahan... kau pikir dengan terbongkarnya keberadaan
satelit itu ke publik itu tidak membuat negeri ini berada dalam tekanan? Kau
pun berada disini karena kami mendapat perintah untuk menangkap orang-orang
yang bertanggung jawab atas rahasia yang dibocorkan David Moses...” ujar Carter
yang mulai tertarik dengan topik.
“Pergolakan
yang muncul ini tidak akan berpengaruh apa-apa. Bahkan Rusia, China, Korut dan
juga liga Arab tak bisa melakukan apa-apa selain mengecam. PBB? Kita
menguasainya. Apa yang dilakukan presiden kita hanya melakukan konferensi dan
mengatakan bahwa ini terjadi diluar sepengetahuannya dan berjanji akan melakukan
upaya apapun untuk menutup atau menyingkirkan satelit The Eye, bukankah itu
lucu? Sebelumnya, ia sendiri yang telah membantah keberadaan dari benda itu dan
sekarang dia berusaha untuk membohongi publik. Sementara negara-negara yang
lain tahu Satelit The Eye tidak dapat dihancurkan karena muatan nuklir yang
dibawanya terlalu berbahaya bahkan jika harus diledakan diluar angkasa. Itu
seperti meletakan rumah di mulut singa... namun keberadaan Brain sebagai
peretas yang mampu menembus sistem firewall yang ada pada The Eye menjadikan
konflik ini semakin rumit... kita membutuhkan Brain untuk menghentikan ini
semua, kalian mengerti maksudku?”
Nick
terdiam. Carter melonggarkan dasinya. Kedua agen telah kehilangan kata-kata
mereka saat mendengar ucapan Jimmy.
“Lalu
mengapa CIA ingin menangkapmu? Apa hubunganmu dengan ini?” seru Nick
melanjutkan interogasi.
“Sederhana.
CIA bekerja untuk Zion. Seperti yang kukatakan sebelumnya, orang-orang
berkemampuan khusus... terkadang mereka dianggap terlalu berbahaya... tentu saja
itu akan berbeda jika aku bergabung dengan mereka, sayangnya aku menolak. Aku
lebih suka jika kalian menerima tawaranku untuk menjadikanku seorang
informan...”
Carter
segera menarik lengan jas Nick, membawanya ke sudut ruang dan mulai berbisik.
“Apa
yang harus kita lakukan Nick? Melepaskannya?” sanggah Carter.
“Kau
gila? Kau masih percaya omong kosong itu? Setidaknya kita harus melaporkan ini
pada kepala deputi, lagipula aku tidak bisa percaya pada orang ini begitu saja”
jawab Nick.
“Aku
hanya tertarik dengan tawarannya untuk menjadikan dirinya sebagai informan, dia
bisa memberikan kita informasi apapun...”
“Cavanaugh.
Kita disini untuk melaksanakan tugas. Bukan untuk mendengar cerita omong kosong
seperti ini...” jawab Nick tegas.
“Guys,
perlu kalian ketahui. Kepala deputi kalian memihak pada Zion. Semua orang yang
kalian kenal di pemerintahan memihak pada Zion, orang yang lurus seperti kalian
akan dijadikan kambing hitam untuk menutupi kesalahan penjahat sesungguhnya...
saat ini CIA tengah membentuk badan agensi baru bernama NOISE... mereka adalah
sekumpulan penjahat, peretas, ahli kimia, mantan polisi dan orang-orang
bermasalah yang direkrut untuk dijadikan pembasmi bagi orang-orang sepertiku.
Dan sebaiknya kalian melepasku sekarang, karena dari apa yang kudengar, mereka
tengah menuju kemari... aku mohon kalian tidak menyerahkanku pada mereka dan
sebagai balasannya aku bisa menjadi informan kalian kapanpun kalian
butuhkan...”
“NOISE?
Apa itu Noise? Aku tak pernah mendengarnya...”
“Bahkan
presiden pun tidak. Mereka adalah orang-orang yang dipilih untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang terlalu kotor bagi CIA... mereka lebih layak disebut
penjahat bersetelan...”
Tak
berapa lama seorang agen lain membuka pintu dan menghampiri Nick.
“Im
sorry sir, but ada seseorang yang datang mencari anda...”
“Mencariku?
Siapa?”
“Kalau
tidak salah dia menyebut namanya Douglas Pierce. He’s from CIA...”
Mendengar
hal itu, Jimmy secara tiba-tiba menarik kerah Nick dan berbisik. “Lepaskan aku
sekarang Nick. Aku yakin dia agen NOISE... mereka datang untuk mengambilku dari
kalian... kau tentu tidak mau membiarkan buronan sepertiku ini jatuh ke pihak
lain bukan? Lagipula aku akan berguna bagi kalian... tolong jangan serahkan aku
pada mereka... lepaskan aku sekarang dan aku akan memberikan kalian informasi
apapun yang kalian mau...” seru Jimmy. Namun Nick berpendapat lain dan segera
menghempaskan lengan Jimmy dari kerahnya.
“Aku
tidak bisa melakukan itu Jimbo. Aku minta maaf. Tapi kau tenang saja, aku
memang tidak berencana untuk membiarkan siapapun membawamu pergi dari sini...”
lalu Nick menoleh pada agen yang masuk tadi dan juga Carter. “Hey kau... dan
juga Carter tolong bawa orang ini ke ruang tahanan, pastikan dia dijaga dengan
ketat. Oh ya, Carter setelah kau selesai dengan Jimmy segera cari semua berkas
tentang Douglas Pierce... serahkan padaku, aku ingin mengetahui semuanya...”
“Kau
yakin dengan keputusanmu ini Nick?” sanggah Carter. Nick menjawab itu dengan
tatapan tajam dan segera Carter pun memasang borgol di pergelangan Jimmy “Ok
buddy... dont blame me... but i’ll make sure that everything is fine...” bisik
Carter.
“Kau
telah melakukan kesalahan besar Nick... bukan aku yang seharusnya kau
tangkap...” seru Jimmy.
“Yeah
yeah. Whatever...”
Nick
pun keluar dari ruang interogasi itu dan berjalan menyusuri lorong kantor,
memperbaiki posisi dasinya. Dan diujung langkahnya ia pun bertemu dengan
seseorang yang tak dikenalnya. Orang itu berambut pirang, baik rambut maupun
alisnya, bentuk kepalanya persegi. Mengenakan setelan lengkap. Dibelakangnya,
beberapa orang berpakaian serupa mengenakan kacamata hitam. Jumlahnya sekitar
lima belas orang.
“Douglas
Pierce... i supposed?” ujar Nick.
“And
you must be agent Nick Ryder. Sorry maksudku... komisaris. Selamat atas
penangkapan kemarin... itu luar biasa... CIA merasa sangat berterima kasih
kepadamu...” jawab Douglas. Ia menawarkan jabat tangan pada Nick. Namun Nick
tidak meresponnya. Nick hanya menolehkan pandangannya ke belakang.
“Aku
meragukan itu. Mr. Douglas... kata terima kasih hanya bisa didapat jika aku
telah memberikan kalian sesuatu...” jawab Nick.
Douglas
merubah roman wajahnya. Ia menarik lengan dan juga senyumannya, dan tatapannya
pun ikut berubah.
“Dimana
kalian menahannya?” Douglas bertanya.
“Jangan
khawatirkan soal Jimmy. Orang-orangku telah membawanya ke ruang tahanan khusus
FBI dan dia dijaga dengan sangat ketat. Kau tentu tidak datang kemari untuk
meragukan keamanan disini bukan?” jawab Nick. Douglas pun kembali tersenyum...
namun dalam senyumannya tersirat sebuah ejekan.
“Well,
honestly... unhappily for you Mr. Ryder... sayangnya kau tidak mengerti siapa
yang sedang kau tahan di ruangan itu. Dia orang yang berbahaya... tapi tidak
apa-apa, aku akan membiarkanmu mengetahuinya sendiri...”
“Aku
lebih tahu tentang tahananku dibanding kalian... i mean, who are you people?”
“Ah...
mungkin kau bersikap seperti ini karena terpengaruh oleh ocehan anak itu...
orang yang mengaku-ngaku bisa membaca pikiran orang lain. Did you believe it?
Ya kau mungkin mendengar kabar bahwa CIA telah membentuk subdivisi dan... here
we are... we are NOISE. Anommaly intelligence incident secret service...
kedatangan kami disini bukan untuk mengambil tahanan itu darimu... melainkan
untuk memberikan kalian bantuan yang tepat untuk mengatasi orang itu”
“Bantuan?
Aku tidak membutuhkannya... FBI bisa menanganinya sendiri... disamping itu aku
tidak pernah mendengar CIA memiliki sub-divisi seperti kalian...”
“Well,
bahkan presiden pun tidak. Otoritas kami jauh berada diatas kekuasaan presiden
untuk diketahui... untuk lebih lengkapnya bisakah kita keluar sebentar? Ada
sesuatu yang ingin kami tunjukkan...”
Tak
berapa lama Nick dan rombongan agen itu pun pergi keluar gedung... dan
dihadapan mereka tampak sebuah truk kontainer yang mengangkut sebuah peti
kemas. Dan para agen itu pun membuka pintu peti kemas tersebut. Didalamnya
terdapat beberapa dus berisi lingkaran-lingkaran besi serupa gelang dengan
ketebalan sekitar 1cm dan lubang diameter seukuran kepala manusia.
“Untuk
apa benda-benda itu?”
“Benda
itu bernama Mind Rejecter... lingkaran-lingkaran besi itu mengandung pengacau
sinyal elektromagnetik. Itu dipasangkan dikepalamu, dengan begitu tahananmu itu
tidak akan bisa lagi membaca pikiranmu. Yeah tampilannya memang sedikit norak.
We dont have much time to improve the design but its work”
“You
joking me right?”
“Its
up to you. Use it or leave it. Setidaknya benda ini bisa menjaga rahasiamu
tetap aman...”
“Kalian
hanya membawa beberapa dus benda-benda itu. Mengapa harus membawanya
menggunakan peti kemas?”
“Aku
hanya melihat efisiensinya saja Mr. Ryder, karena peti kemas yang kau lihat
bukanlah sekedar peti kemas... peti kemas ini pun memiliki kegunaannya
tersendiri.”
Nick
Ryder yang mulai penasaran dengan maksud dari kata-kata Douglas mencoba
mengintip isi dari peti kemas tersebut.
“Kau
gila... jadi ini maksudmu dengan bantuan?”
“Itu
benar. Peti kemas itu hanya tampilan luarnya saja. Tampilan sebenarnya dari
kotak itu adalah penjara khusus yang kami rancang untuk orang-orang khusus
pula, peti itu terbuat dari baja ringan anti karat, anti peluru, tahan terhadap
suhu ekstrim, dilapisi komponen elektromagnetik. Penjara ini fleksibel dan
mudah dipindahkan so...”
“So
what? Dengan segala hormat Mr. Douglas, aku bukan orang yang berwenang untuk
mengijinkan kalian untuk...” belum selesai dengan kata-katanya, Carter muncul
dan menghampiri Nick seraya membawa sebuah map. Map itu bertuliskan
‘Classified’ yang menandakan itu adalah berkas rahasia. Dalam berkas itu tampak
semua data tentang Douglas Pierce.
“Hey,
aku memiliki catatanmu disini...” seru Nick pada Douglas seraya menunjukan
sampul berkas tersebut. Douglas hanya tersenyum, sementara Nick mulai membaca.
“Douglas
Pierce... lahir di Minessota, golongan darah B dan blahblahblah... hm,
sebentar, sebelum direkrut CIA kau seorang tentara, sempat terlibat perang di
Afghanistan selama 3 tahun, 2 tahun di Irak, terlibat dalam penangkapan Saddam
Hussein, spesialisasi; bidang interogasi dan pencarian petunjuk. Catatan merah;
Memiliki riwayat traumatis, terobsesi pada bahaya dan pemicu adrenaline, tidak
menyukai otoritas, kecenderungan melawan protokol dan memperlakukan lawan
dengan sadisme. Hei... hei... disini bahkan ditulis bahwa kau pernah membunuh 3
orang saksi penting dan 2 tersangka dalam proses interogasi... bisa kau
jelaskan itu?”
“Well,
itu semua hanya masa lalu. Namun noda itu akan selalu mengikuti meski aku telah
berubah, itu tidak ada hubungannya dengan kepentinganku disini...”
“Tentu
ada hubungannya. Bagaimana bisa aku mempercayakan tahanan dengan sejuta
informasi padamu? Setidaknya tunjukkan padaku surat perintah dari atasanmu...
dari CIA, Noise or from whatever fucking is...”
“Mengenai
itu kau tidak perlu khawatir. Aku memang tidak membawa surat semacam itu
bersamaku... tapi aku yakin kau akan menerimanya...” jawab Douglas dengan
tatapan dingin. Lalu tiba-tiba ponsel Carter berbunyi, Carter mengangkatnya dan
setelah berbicara sebentar, ia menyerahkan ponsel itu pada Nick. “Hey Nick...
atasan ingin berbicara denganmu...” Nick pun mengambil ponsel itu.
“This
is Nick Ryder” jawab Nick “Sir? What? Yes i know that but... forgive me sir
i... i just doing my job... i just cant allow this man to... i mean, what do
you expecting me to do? I really dunno about this guy and that secret agency...
yes... yes... the package is here...” Nick lalu menoleh pada truk kontainer
yang dibawa Douglas dan kawanannya. “Understood... understood... yeah. Ok
then... roger that” Nick pun menutup panggilan. Wajah Nick tampak merah menahan
amarah menatap Douglas.
“Well,
tampaknya surat perintah itu harus ditunjukan secara lisan, dari atasanmu sendiri.
Aku minta maaf jika tadi itu terasa kasar buatmu tapi kami bekerja secara
rahasia, bentuk fisik layaknya surat perintah sulit untuk kami buat dan setiap
jalur komunikasi kalian akan diamankan terlebih dulu oleh NSA... jadi bisakah
kita memulai prosedur penahanan Jimmy?”
“Dengan
segala hormat Mr. Douglas, aku menghargai semua bantuan ini, i really, really,
appreciate that... but. Seperti yang kukatakan sebelumnya... i know about this
Jimmy. Dia tidak seberbahaya yang kau pikirkan, selama ini dia kooperatif pada
kami, tanpa cara-cara yang represif pun Jimmy telah memberikan informasi
tentang keberadaan David Moses di Indonesia... jadi kupikir semua bantuanmu ini
berlebihan... yah kecuali gelang kepala Magneto itu, kupikir kami tidak
membutuhkan sisanya... maksudku penjaranya...”
“Gelang
kepala itu disebut Mind rejecter... dan dengan segala hormat pula Mr. Ryder...
informasi tentang Moses yang berada di Indonesia merupakan kebohongan dari
pihak Genesis dan kau pun tahu bahwa Jimmy mengenal Brain... dan aku yakin kau
tidak bisa membuat mulutnya terbuka mengenai itu... namun mengenai apakah Jimmy
itu berbahaya atau tidak, aku yakin kau akan segera mengetahuinya, karena saat
kita mengobrol disini Jimmy pasti sudah tidak berada di tempatnya...”
“Apa
maksudmu? Genesis? Yang kudengar dari Jimmy kau disini untuk melenyapkannya,
jadi bagaimana mungkin aku bisa...” belum sempat menyelesaikan kata-katanya,
tiba-tiba terdengar kegaduhan dari dalam gedung... beberapa petugas FBI berlari
keluar menghampiri Nick.
“Sir!
We got a situation right here”
“Apa?
Ada masalah apa?”
“Tahanan
khusus kita kabur pak... 20 anggota terbaik kita yang menjaganya telah
dilumpuhkan dan beberapa fasilitas didalam mengalami rusak berat!”
“Apa?
Bagaimana bisa?! Carter!!” Nick menoleh pada Carter. “Hubungi Mike dan
Nicholas! Suruh mereka untuk melapor dan segera mencari Jimmy!” seru Nick.
Carter pun kemudian mengambil radio komunikasi di mobilnya “Hey Nico, Mike,
anybody, do you hear me?” Mike dan Nicholas yang sedang bersantai memakan burrito
di mobilnya segera menjawab panggilan “Copy that Carter... whats up?” jawab Mike.
“Where the hell are you guys?” tanya Carter lagi. Nicholas mengambil radio dari
tangan Mike dan menjawab “Hey kau tahu kan Nick Ryder menyuruh kita untuk
berjalan-jalan agar Mike tidak membunuh seseorang hari ini...” jawab Nicholas
seraya tersenyum santai. “Kami berada sekitar 2 km dari markas, di seberang
jalan tempat kita biasa membeli burrito ayam kesukaan Nick... hey aku juga
sudah membelikan beberapa untuk kalian...” sambung Nicholas “Bagus! You know
what? Tahanan kita Jimmy Harrison telah melarikan diri, jika kalian menemukan
sesuatu segera laporkan padaku!!” Mendengar hal itu, Mike dan Nicholas saling
memandang terheran-heran. Mike mengambil kembali radionya “Roger that. I’ll
find dat fucking nigga!! Maybe aku hanya akan mematahkan kakinya kali ini”
segera mobil yang dikendarai Mike dan Nicholas itu pun melaju kencang dan
meninggalkan tempat itu. Sementara Nick dan agen lainnya berlari menuju tempat
Jimmy ditahan dan berusaha mengerti apa yang terjadi. Sekitar 20 orang terkapar
tak berdaya dengan pakaian berlumuran darah, bekas-bekas tembakan disana-sini
dan sebuah lubang berdiameter 150 cm tampak menganga dari bawah tempat Jimmy
ditahan.
“Apa
yang terjadi disini?” ujar Nick penuh dengan kebingungan.
“Biar
kutebak. Hm, aku melihat begitu banyak bekas tembakan tapi aku sama sekali
tidak melihat selongsong peluru. Bentuk luka yang ditimbulkan oleh proyektil
berupa sayatan, lubang yang menganga di lantai terbentuk karena sesuatu berdaya
ledak rendah namun melihat kerapihan lingkarannya aku ragu bahwa itu diledakan
menggunakan bom. Pasti ada alat bantu yang bisa membuatnya seperti ini...”
jawab Douglas.
“Apa
maksudmu? Jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan katakanlah!”
“Bagaimana
bila kau mulai mencari sisa proyektil pada bekas tembakan di dinding... aku
yakin kau akan menemukan sesuatu...”
Nick
pun segera memperhatikan lubang kecil di tembok dengan retakan di sekitarnya.
Ia gunakan ballpoint-nya untuk mencari proyektil yang menyebabkan tembok itu
berlubang. Namun yang ia temukan bukanlah peluru.
“Pecahan
kancing? Bagaimana mungkin bisa ada kancing pakaian disini?”
“Hm...
rupanya ia menggunakan kancing ya? Seharusnya jumlah kancing tidak lebih dari 7
atau 8 buah, ditambah 2 buah kancingnya meleset dari sasaran jadi masih ada
belasan agen lagi yang harus ia lumpuhkan, hm... agen yang satu itu kehilangan
dasinya... ditambah beberapa luka sayatan ini... hm jadi begitu... pertama ia
merusak kunci sel dengan tenaga dalam, memuaikan besinya dengan energi panas
lalu menembaki beberapa agen dengan melempar kancing kemejanya, menarik dasi
salah satu agen, menendangnya hingga dasinya terlepas lalu dengan tenaga dalam
pula ia mengeraskan tekstur kain dan mengubah dasi itu menjadi senjata tajam...
cukup hebat... ia melakukan semuanya dalam kecepatan tinggi sampai-sampai tak
ada seorang agen pun yang sempat mengambil pistolnya, luar biasanya tak ada
satu pun yang menjadi korban jiwa, setidaknya untuk saat ini. Mereka semua
hanya terluka, tapi lubang ini... apa yang dia lakukan untuk membuat lubang
ini?” Douglas bergumam menatapi lubang di lantai. Dan kata-katanya membuat Nick
tak mampu lagi berkata-kata... semua yang dikatakan Douglas tampak seperti
kebohongan yang tak masuk akal...
“Apa
kau sadar kebodohan apa yang sedang kau ucapkan?” Nick bertanya, Douglas hanya
menarik bibirnya ke bawah seolah berkata bahwa tidak masalah jika Nick tidak
percaya. Namun salah satu agen yang terkapar mulai bangkit. Dan segera Nick
berusaha untuk menanyainya.
“Hey,
kau! Apa kau baik-baik saja? Bisa kau jelaskan padaku apa yang sebenarnya
terjadi?”
“Ah...
pak... iya... maafkan saya pak, tapi saya tidak begitu yakin... yang saya ingat
hanyalah tiba-tiba sel tahanan itu terbuka, ia melarikan diri dengan cepat,
maksudku benar-benar cepat... dan tiba-tiba saja tubuh saya terasa lemas, lalu
ada sebuah ledakan dan saya tidak ingat dengan sisanya” jawab sang agen. Lalu
tak lama agen itu pun merogoh pakaiannya seolah memeriksa namun ia sadar telah
kehilangan sesuatu... “Aneh... kenapa ponselku tiba-tiba menghilang?”
“Kau
bilang ponselmu menghilang? Kau yakin?” Douglas bertanya penasaran.
“Ya...
aku yakin aku telah menaruhnya di saku dalam jasku... tapi...”
“Jadi
begitu... dia menggunakan ponsel untuk meledakan lantai... dengan radiasi yang
cukup sebuah ponsel pun bisa digunakan sebagai peledak... dan dengan aliran
tenaga dalam yang halus, ia bisa mengatur seberapa besar pengaruh ledakannya...
inilah yang membuat lubang ini begitu rapi dan hanya cukup untuk dimasuki satu
orang...”
“Kau...
kau ini bicara apa?”
“Apakah
menurutmu ini sulit dipahami? Seperti yang kukatakan, Jimmy adalah orang yang
berbahaya... dia berbahaya karena selain dia mampu membaca pikiran dia juga
mampu mengubah benda apapun yang dipegangnya sebagai senjata... sebelum kau
menangkap orang ini NOISE sudah lama mengetahui tentang kemampuannya dan 3 agen
kami telah terbunuh olehnya... aku tidak bisa mengatakan hal itu kepadamu namun
kini kau telah mengetahui seberapa berbahayanya orang ini... jika kau tidak
percaya kau bisa memeriksa kamera pengawas dan kancing-kancing pakaian yang ia
sebarkan untuk melukai anak buahmu... lagipula, jika kau tahu bahwa dia orang
yang bisa membaca pikiran, mengapa harus terkejut dengan hal semacam ini?”
Nick
Ryder kehilangan kata-katanya. Mungkin Douglas ada benarnya. Tak lama Carter
muncul dan menghampiri Nick. “Aku sudah menghubungi direktur dan kepala
deputi... saat ini mereka masih berada di markas pusat, Washington Dc. Pejabat
yang tersisa disini hanya kau, dan beberapa staf bagian penyelidikan... apakah
kita harus menutup beberapa ruas jalan dan melakukan pemeriksaan?” ujar Carter.
“Tidak.
Tidak perlu. Aku tidak menginginkan timbulnya pertanyaan, cukup lakukan patroli
dalam radius 2- 8 km... dan panggil ambulans untuk merawat agen kita yang
terluka, apa kau sudah menghubungi Nicholas dan Mike?”
“Nico
dan Mike sudah aku hubungi... mereka sedang melakukan patroli sekarang...”
“Kalau
begitu, tunggu apalagi? Segera laksanakan perintahku... untuk semua agen
lapangan, move now! Go go go! Carter, kau tetap disini bersamaku”
Dan
segera para agen pun bergegas, mereka yang terluka segera dipindahkan dan
dibawa ke rumah sakit sementara sisanya mengendarai mobil mereka dan mulai
menyalakan sirine, yang masih terdiam di gedung hanyalah beberapa staf
administrasi beserta Nick, Douglas dan juga Carter...
“Kenapa
kita masih berada disini?” Carter bertanya.
“Aku
dan Douglas akan mencoba masuk ke lubang ini untuk mengejarnya... apa kau mau
ikut?”
“Euh
kalau tidak salah bagian bawah tanah lantai ini masih terhubung ke saluran
pembuangan air bukan?” Carter tampak segan dengan ajakan Nick.
“Dengan
pendengaran itu, dia pasti bisa mendengar suara air di bawahnya. Kalau begitu
biar aku dan orang-orangku yang turun, kau dan Nick lebih baik bergabung dengan
yang lain dan melakukan pengejaran... aku yakin aku bisa menangkapnya...”
sanggah Douglas.
“Kenapa
aku harus mengikuti kata-katamu? Kita lakukan ini bersama!” jawab Nick.
“Tidak.
Jangan salah paham. Kami NOISE memiliki julukan sebagai orang yang bersedia
melakukan hal yang terlalu kotor bagi CIA... dan kali ini, mungkin kami bisa
membuat setelan komisaris FBI tetap bersih dengan tidak membuatnya masuk ke
saluran pembuangan. Lagipula Jimmy lolos dari kalian karena takut dengan
kedatanganku. Jadi biar aku melakukan hal yang seharusnya...”
“Kita
ikuti saja kemauannya Nick, lagipula aku belum sempat makan siang...” jawab
Carter.
“Baiklah
kalau begitu. Tapi berjanjilah, kau akan kembalikan Jimmy hidup-hidup pada
kami...”
“Tentu.
Dengan syarat kau mau menampungnya dalam penjara khusus yang telah kusiapkan
sebelumnya...”
“Aku
akan pertimbangkan hal itu. Baiklah, lakukan apa yang kau inginkan...”
“Kita
bertemu lagi di permukaan...” ujar Douglas. Dan segera ia dan para agen NOISE memasuki
lubang itu. Nick pun segera berlari menyusuri lorong.
“Hei
Nick! I think you have to look at this!” seru Carter dari sebuah ruangan.
“Apa?”
Nick menoleh.
“Ini
rekaman kamera pengawas tempat Jimmy ditahan...”
Carter
dan Nick memperhatikan rekaman video itu dan mereka berdua hanya bisa
tercengang. Tampak dalam rekaman bagaimana Jimmy melumpuhkan para agen dengan
begitu cepat.
“Jadi
semua yang dikatakan Douglas itu benar?”
“Yang
membuatku heran adalah, jika sejak awal dia bisa lolos dari sini, mengapa dia
bisa membiarkan dirinya ditangkap olehmu saat itu....?”
“Aku...
aku tidak tahu... mungkin dia sengaja tertangkap untuk memberikan informasi
palsu...” jawab Nick. Dan segera ia mengambil radionya.
“Perhatian
semua unit. Target kita Jimmy Harrison, berkulit hitam, tinggi sekitar 180 cm
terakhir ia terlihat mengenakan kemeja lengan pendek dengan corak bunga
matahari. Orang ini berbahaya. Kuulangi orang ini berbahaya! Jika salah satu
dari kalian menemukannya awasi dan segera panggil bantuan! We’ll catch him back
whatever it takes!!”
Sedikit
jauh dari situ. Sekitar lebih dari satu kilometer. Di sebuah gang yang becek
dan kumuh diantara apartemen-apartemen tua. Sebuah tutup besi berbentuk
lingkaran yang biasa digunakan untuk menutup gorong-gorong perlahan mulai
terbuka. Seseorang muncul dari lubang, dan dia tidak lain adalah... Jimmy
Harrison. Perlahan ia berjalan. Namun kemudian ia terhenti.
“Terlalu
lambat untuk seorang soulrunner eh? Sejujurnya aku berharap banyak...”
tiba-tiba saja Douglas dan para agen Noise sudah muncul dihadapannya.
“Lumayan.
Hanya saja aku tidak mengerti bagaimana Zion bisa menggunakan orang-orang bodoh
seperti kalian...” jawab Jimmy.
“Sejujurnya
aku pun berharap kau bisa membaca pikiranku sekarang... sayangnya, guess what?
Selama kami menggunakan alat ini, kau tidak akan bisa membaca pikiran kami”
“Apa
kau yang mendesain benda itu? Bentuknya sedikit norak... meski begitu, aku
sudah tahu bahwa kau adalah seorang soulrunner...”
“Kau
tahu Jimmy? Sejujurnya aku tak peduli jika kau membaca pikiranku. Seharusnya
kau ramah padaku... lagipula codename kita memiliki bunyi rima yang sama...
seperti pada puisi...” lalu Douglas melepas mindrejecter di kepalanya.
“I
can smell fear in the air... dont tell me it was you...” ujar Jimmy.
“Hah!
Kau benar... rupanya isu soal membaca pikiran itu benar adanya ya...” tak lama
dari dahi Douglas dan Jimmy muncul sebuah tulisan... huruf demi huruf muncul
layaknya bara api yang terbakar... bedanya pada dahi Jimmy kata itu terbaca ‘Ear’
dan pada dahi Douglas itu terbaca... ‘Fear’ “Itu benar... aku adalah
ketakutanmu Jimmy...” seru Douglas, dan dari kedua tangannya tiba-tiba muncul
segumpal asap hitam yang sangat pekat. Para agen melangkah mundur. Sementara
Jimmy mengambil sebuah potongan pipa besi dari tembok apartemen.
“Ahaa...
kupikir kau telah kehabisan kancingmu... bukan begitu?”
“Jika
aku bisa melumpuhkan orang hanya dengan kancing pakaian, menurutmu apa yang
bisa kulakukan padamu dengan benda ini?” seru Jimmy. Douglas hanya tersenyum.
“Well,
let us find out...” dan seketika saja setelah Douglas menyelesaikan
kata-katanya, asap hitam dari lengan Douglas menyebar dengan begitu cepat,
menghalangi seluruh pandangan Jimmy layaknya sebuah kabut. Jimmy mulai merasa
goyah. Ia lalu berlari seraya siap mengayunkan pipa besinya pada gumpalan asap
dihadapannya. Namun asap hitam itu kemudian menyelimutinya... lalu seolah
menelan tubuhnya, asap itu menutupi seluruh tubuh Jimmy. Tak lama asap itu pun
memudar... kembali masuk kedalam kedua lengan Douglas, meninggalkan tubuh Jimmy
yang tampak tengah bertekuk lutut dengan tatapan kosong. Jimmy terlihat tak
berdaya... lalu suara sirine mulai terdengar, mobil-mobil hitam milik para agen
FBI mulai berdatangan. Tak terkecuali dengan Nick dan Carter.
“Kau
mendapatkannya?” seru Nick.
“Penuhi
janjimu Nick... saranku lucuti seluruh pakaiannya sebelum kau menaruhnya dalam
penjara khususku...” jawab Douglas. Nick lalu mendekati tubuh Jimmy yang tampak
tidak memiliki kesadaran meski matanya terbuka. “Apa yang kau lakukan?” seru
Nick. “Sebut saja aku memperkenalkannya pada rasa takut, itu akan membuatnya
berhalusinasi dan tidak sadar untuk beberapa waktu, mengenai bagaimana caraku
melakukannya kau tak perlu tahu...” jawab Douglas.
“Hey
Carter, just like that guy told me, segera lucuti pakaian orang ini dan
masukkan dia kedalam sel khusus...” seru Nick kepada Carter. “Baiklah... aku
akan meminta beberapa orang untuk membantuku memindahkannya” jawab Carter
“Ah
maaf kami datang terlambat...” ujar Nicholas dan Mike yang baru saja muncul.
“So, orang ini sudah tertangkap lagi ya? Sayang sekali aku kehilangan
kesempatan untuk menghajarnya...” ujar Mike. “Hey Nick, kami membawakanmu
Burrito ayam dan satu gelas kopi doubleshot... kupikir kau akan menyukainya...”
seru Nicholas. “Yeah. Aku membutuhkannya sekarang...” jawab Nick.
Dan
begitulah... Jimmy Harrison, sang pembaca pikiran itu pun kembali tertangkap.
Sementara itu Douglas Pierce hanya mendongakkan wajahnya ke langit. “Pak, apa
ada masalah?” tanya seorang anak buahnya. “Tidak. Aku hanya tidak suka
diawasi...” jawab Douglas. “Diawasi? Oleh siapa? Pak? Pak?”
Tampaknya
Douglas tidak salah mengatakan demikian. Karena jauh dari atas tempat ia
berpijak, jauh lebih tinggi dari apartemen itu, lebih tinggi dari gedung-gedung
pencakar langit, lebih tinggi dari awan, melebihi lapisan atmosfir, sebuah
kamera super canggih tengah melihat apa yang terjadi. Kamera itu terdapat pada
sebuah satelit bergambar satu buah mata dengan satu garis melengkung dan satu
garis lurus berada pada bagian bawah kelopak mata itu. Dibawah mata itu
tertulis The Eye... dan apa yang dilihat oleh satelit itu terlihat pula pada
sebuah monitor yang tengah dilihat oleh seseorang didalam sebuah ruangan. Orang
itu menggunakan masker gas di wajahnya, sementara bagian atas kepalanya
tertutup oleh hood jaketnya yang berwarna hijau. Dan seluruh ruangannya
dipenuhi oleh monitor yang berjajar tak beraturan mengelililingi sosok itu.
Entah berapa jumlahnya, namun orang itu hanya memiliki satu kursi dan satu meja
pengendali saja. Lalu ia menyalakan microphone dan mulai menekan beberapa
tombol seraya berkata...
“This
is Brain to the base... Brain to the base... Ear has fallen! I repeat, Ear has
fallen...!”
Mahasystem
Chapter Eight
“A Man Who Could
Hear Everything”
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar