Sabtu, 09 Juli 2016

Mahasystem chapter 8

Mahasystem
Chapter 8: A Man Who Could Hear Everything

Satu bulan sebelumnya. Di lokasi berbeda, tepatnya di New York, Amerika Serikat. Markas besar FBI. Seseorang diruangan gelap tampak tengah mengamati sebuah cermin dua arah, cermin yang biasa digunakan untuk melihat proses interogasi pada seorang kriminal dan semacamnya. Lalu tak berapa lama seseorang muncul dan menyapa petugas itu.
“How’s it going?”
“You see, just another day in paradise. So whats up Nick? Kau terlihat berantakan... kupikir, kau tidak perlu muncul sepagi ini. Everything is under control man... tak perlu memikirkan kasus ini terlalu dalam...”
“Actually iam not. Istriku, Kate. I mean... aku lupa bahwa kemarin adalah hari jadi pernikahan kami dan... yah, dia menunggu lama di tempat yang sudah kita sepakati sebelumnya... tempat yang cukup mahal i guess. And then we got this criminal and you know the rest...”
“Haha. Kekejamanmu pada istrimu tidak bisa dimaafkan Nick, apakah aku harus menyuruh Mike untuk menginterogasimu juga?”
“Aku akan lebih memilih untuk melahap burrito dan menikmati segelas kopi. Now thats what i need... so, apa yang kau dapatkan hari ini?”
“Lets see... Jimmy Harrison, orang yang tengah duduk dan diinterogasi oleh Mike dan Nicholas disana rupanya memiliki isu yang menarik. Sejauh ini kita hanya tahu bahwa dia adalah salah satu orang yang mengetahui keberadaan David Moses... setelah dia membocorkan rahasia pada situs Wikileaks bahwa David tengah menjadi aktivis lingkungan di Indonesia... kali ini dia meminta kita untuk melindunginya.”
“Melindunginya? Aku melihatnya sebagai tersangka disini. Maksudku dia adalah saksi kunci yang mungkin bisa menghubungkan kita pada Moses, lagipula mengapa dia meminta perlindungan? Perlindungan dari apa? Dia berada di tangan kita sekarang, jika Moses dan kawanannya datang kemari, itu adalah bunuh diri bagi mereka”
“Itu dia Nick... rupanya orang ini menyimpan rahasia yang jauh lebih besar dari sekedar yang dibocorkan Moses mengenai satelit The Eye. Dan dia tidak meminta perlindungan kita dari Moses, dia meminta kita melindunginya dari CIA...”
“What? But wh-why? Mengapa dia harus takut pada CIA?”
“Saat ini satelit The Eye yang dikendalikan oleh NSA tengah diarahkan pada kordinat-kordinat tertentu di Indonesia, bukan hanya untuk mencari keberadaan David Moses, namun juga sebuah perburuan. Ada kabar bahwa CIA tengah mengumpulkan dan menculik beberapa orang di beberapa negara untuk dijadikan agen, mereka adalah para peretas, sekumpulan penjahat, dokter, ahli kimia dan bagian ini mungkin kau tak akan menyukainya, CIA dikabarkan tengah menguji coba sebuah proyek rahasia untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural... bagaimana? Is that sounds normal for you? Setidaknya itu yang dikatakan Jimmy, aku tidak tahu apakah dia berkata jujur atau menjadi gila karena sudah 7 jam berada di ruangan itu bersama Mike dan Nicholas”
“Ini memang gila. Negara ini. I mean, Amerika adalah negara maju dan di negeri ini orang-orang yang mengetahui kebenaran kita tangkap. Dan jika itu benar, seandainya CIA benar-benar mengumpulkan para penyihir yang bisa melakukan voo doo dan semacamnya, aku tidak akan kaget. Namun jika mereka harus menangkap para peretas, seperti Brain misalnya, maka CIA benar-benar keterlaluan. Para peretas atau cyber criminal adalah target kita sebagai polisi federal... berbeda dengan CIA yang menyusupkan agen diluar negeri dengan dalih menjaga perdamaian, mereka hanya menghasut negara-negara itu untuk berperang kemudian menyusun rencana kudeta demi kepentingan Amerika... sedangkan kita disini hanya menangkap para peretas-peretas iseng, menangkap bandar narkoba, sesekali orang kulit hitam mungkin, para pemerkosa, gengster, pelaku prostitusi, pornografi dibawah umur, koruptor, pembajak karya cipta. Man, kita hanya menangkap para penjahat.”
“Jika kau berpikir bahwa CIA menangkap orang-orang yang telah kita jadikan target, sebaliknya kita pun telah menangkap seseorang yang menjadi target CIA. Yah, Jimmy. CIA juga tengah mengincarnya...”
“Tapi... tapi apa? Apa yang menjadikan dia begitu spesial?”
“Jimmy Harrison. 37 tahun. Dibesarkan di kawasan kulit hitam sekitar Bronx. Sebelum kebocoran informasi yang diberitakan Wikileaks olehnya, tak ada yang mengenalnya, ia memang sempat ditahan karena kasus penipuan dan kepemilikan obat-obatan terlarang, namun selebihnya dia hanya masyarakat sipil biasa saja. Bercerai dengan istrinya di tahun 2010, memiliki dua anak, menghabiskan hari-harinya di Las Vegas untuk berjudi dan dia selalu menang. Kau ingin tahu mengapa CIA mengincarnya? Itu karena konon dia bisa mendengar isi pikiran semua orang... itulah mengapa dia selalu menang judi dan mengetahui banyak sekali rahasia”
“Thats a bullshit.”
“Im just saying. Saat istrimu marah-marah padaku di telpon, saat itu aku tengah bersama Jimmy dan kupikir dia orang yang menarik. Dia menghiburku seperti seorang mentalist. Dia benar-benar tahu apa yang kupikirkan dan ide-ide cemerlang yang ada di kepalaku... kupikir kau pun akan cocok dengannya...”
“Jika dia memanglah sebaik itu, lalu mengapa Mike tampak ingin sekali memukulnya?”
Dan dari balik cermin, kedua petugas itu pun melihat sosok pria bertubuh besar, seorang petugas, sedikit gemuk dengan kumis tebal menempel di wajahnya. Pria itu tampak sangat marah, ia tampak marah pada seseorang berkulit hitam dengan kemeja bercorak bunga matahari yang tersenyum melihatnya di kursi interogasi, sementara pria gempal tadi berusaha ingin memukulnya, rekannya yang juga berada di ruangan itu tak ingin melepaskan lengannya dan tetap menahan tubuh besar itu.
“Oh tidak. Kita harus masuk sekarang. Bantu aku Nick. Kita harus hentikan Mike sebelum ia membuat tahanan kita patah tulang...”
Kemudian kedua petugas FBI yang berada disisi lain cermin itu pun memasuki ruang interogasi dan mencoba untuk menenangkan rekannya yang bernama Mike. Mike tampak begitu emosi namun setelah beberapa saat, perlahan ia pun mulai tenang. Mike berusaha untuk mengatur nafasnya namun saat ia melirik tahanannya yang kembali tersenyum, ia tidak bisa menahan amarahnya lagi.
“You are fuckin bastard!!” seru Mike seraya berusaha kembali memukul pria dengan kemeja bercorak bunga matahari itu, namun sekali lagi ketiga rekannya berhasil menahannya.
“Stop it Mike. You wont do that, trust me. He cant go anywhere ok? Sisakan kemarahanmu itu untuk nanti. Kita masih punya banyak waktu disini... easy, easy, calm down. Just like that. Good. Nicholas, bisakah kau membawa Mike keluar sebentar? We’ll take it from here now. Biar aku dan Carter yang akan mengawasinya, kalian beristirahatlah...”
“Aku mengerti Nick. Kalau begitu aku dan Mike akan berjalan-jalan sebentar... kalian yakin bisa mengatasinya?”
“Dont worry, we can handle this...” ujar seorang pria yang disapa Nick. Dan begitulah akhirnya para investigator itu pun meninggalkan ruangan, menyisakan Nick dan rekannya Carter yang sebelumnya berada disisi lain cermin dan dihadapan mereka kini terduduk sang tahanan, Jimmy Harrison. Nick menatap Jimmy dengan dalam, mengambil kursi, memutarnya lalu menginjak kursi tersebut dan ia pun duduk diatas sandaran punggung kursi itu, membuat posisi duduknya lebih tinggi dari Jimmy namun Jimmy tampak tak peduli.
“So Jimbo. Jujur saja, aku tak pernah melihat rekanku Mike semarah itu sebelumnya. Tampangnya mungkin garang tapi sebenarnya dia lebih lembut dariku, jadi beritahu aku bagaimana kau melakukannya... dengan begitu aku bisa berlaku lembut padamu”
“Tidak ada. Hanya saja agen Mike tidak mau mempercayai kata-kataku dan karena itu aku terpaksa membeberkan semua rahasia kotornya agar dia percaya... itu saja”
“Haha. Kau pikir aku akan peduli pada intuisi dan cerita tentang halusinasi pendengaranmu? Seseorang dengan penyakit schizofrenia bisa melakukannya. Dan mereka tampak seperti orang gila di mataku. Tapi baiklah, sebelumnya aku minta maaf karena belum memperkenalkan diri. Namaku adalah Nick Ryder dan rekanku yang disana itu namanya...”
“Tak perlu kau perkenalkan, aku sudah mengenalnya. Mr. Cavanaugh. Carter Cavanaugh. Yeah, aku dan agen Carter sebenarnya telah bertemu sebelumnya dan kita bercerita banyak disini. Termasuk bagaimana istrimu marah-marah kemarin karena kau terlalu sibuk mencari barang bukti yang bisa membuatku berada disini. Itu kejam Nick, seharusnya kau bisa menunjukan kepedulian pada istrimu di hari jadi pernikahan kalian...”
Nick menoleh pada rekannya Carter, Carter hanya mengalihkan pandangannya seraya berdehem. Lalu Nick menatap Jimmy lagi.
“Yah, tampaknya rekanku tidak bisa menjaga mulutnya dan aku tidak membutuhkan nasehat rumah tangga dari seseorang yang sudah bercerai... lagipula pencarianku membuahkan hasil. Kau akan ditahan lebih lama karena melindungi seorang buronan...”
“Benarkah? Setahuku aku memberikan kalian petunjuk tentang keberadaan David Moses di Indonesia. Aku tidak pernah bertemu dengannya tapi aku tahu dia orang yang baik... dia seorang pecinta lingkungan. Dia juga seorang penyuara kebenaran... mengapa kalian ingin menangkapnya?”
“Well. Mengenai Moses, aku tidak begitu peduli. Biar CIA dan NSA saja yang mengurusnya... tapi kami FBI telah mengorek data NSA tentangmu dan kami menemukan bahwa kau terkait dengan seorang peretas yang memiliki julukan Brain. Dan aku lebih tertarik untuk mendengarnya langsung darimu...”
Mendengar itu, Jimmy terdiam... sementara Carter tampak terbelalak. Ia tampak terkejut dengan apa yang dikatakan Nick. Carter lalu menghampiri Jimmy dan mencengkeram kerah kemejanya.
“Jadi kau mengenal Brain? Setelah apa yang kita bicarakan kemarin, aku pikir kau bisa kupercaya. Katakan padaku dimana dia sekarang?! Katakan padaku atau kau akan...” Carter tak bisa melanjutkan kata-katanya. Sementara Jimmy masih terdiam. Carter menoleh ke arah Nick yang menyuruhnya menyingkir dan ia pun perlahan melepaskan kerah kemeja Jimmy.
“So... Jimmy, katakanlah...” ujar Nick. Jimmy tampak berusaha untuk tetap tenang.
“Look... guys, sejujurnya aku tidak ingin semuanya menjadi seperti ini... aku memiliki dua orang putri diluar sana dan aku harus bertemu mereka... mereka membutuhkanku sekarang. Sejauh ini aku berusaha untuk bersikap kooperatif pada kalian dengan harapan aku bisa secepatnya keluar dari sini. Aku telah memberitahukan semua yang kuketahui pada kalian tentang Moses, tentang rencana CIA dan NSA dengan satelit The Eye. Aku akan mengatakan semuanya pada kalian... aku bisa menjadi mata dan telinga kalian diluar sana. So please... just let me out of here man...”
“Brain adalah buronan kami Jimmy... dan jika kau tidak mau membicarakan ini sekarang maka kupastikan kau tidak bisa bertemu putrimu karena aku akan membiarkanmu menghabiskan waktu luangmu bersama temanku Mike...”
“Aku... aku tidak bisa. Brain adalah satu-satunya peretas di dunia ini yang mampu mengakses sistem jaringan The Eye. Hanya dia yang bisa mencegah satelit kita melakukan kerusakan, dengan kata lain, Brain bisa mencegah kita berbuat jahat...”
“Sebaliknya Jimmy, sebaliknya. The Eye-lah yang dirancang untuk mencegah siapapun untuk berbuat jahat. The Eye bisa melihat segalanya, kita bisa menggunakan itu untuk memburu para penjahat di muka bumi. Tapi Brain... dengan melindungi Brain kau telah membiarkan orang sipil memiliki kemampuan untuk menguasai kendali sebuah satelit canggih dengan muatan senjata nuklir... bukankah itu jauh lebih berbahaya? Pikirkanlah Jimmy. Bukankah jika benda itu jatuh ke tangan yang salah dia bisa melakukan segalanya? Dia bisa meminta tebusan ke negara manapun, dengan jaminan dia tidak akan melenyapkan negara itu menggunakan satelit The Eye?”
“Tapi dia tidak melakukannya bukan? Kalian telah menilai rendah moral seorang Brain... sebaliknya kini Amerika-lah yang bisa menekan negara manapun dengan menggunakan The Eye... kalian harus tahu bahwa pemerintahan ini tidak dikuasai oleh seseorang dari pentagon atau gedung putih... bosmu, FBI, CIA, NSA, Secret Service mereka tidak bekerja untuk negeri ini. Mereka bekerja untuk satu kelompok, kelompok itulah yang akan menyalahgunakan The Eye dan berlindung dibalik nama negara Amerika meski kekuasaannya telah melebihi wilayah seluruh Eropa”
“Apa maksudmu? Seseorang yang jabatannya lebih tinggi dari presiden?”
“Baiklah agen Nick, agen Carter... anggaplah aku percaya pada kalian berdua untuk menyimpan rahasia ini dan aku harap kalian pun mau percaya padaku. Itu benar, aku bisa membaca pikiran semua orang... dan dengan kemampuanku kini aku mengetahui banyak rahasia yang terlalu besar bahkan untuk diriku sendiri. Pertanyaannya jika aku memang memiliki kemampuan seperti itu, mengapa CIA tampak begitu gusar saat kalian menangkapku? Mengapa CIA tampak begitu percaya jika aku begitu berbahaya bahkan sebelum mereka tahu bahwa aku mengenal Brain? Itu karena didalam CIA sendiri terdapat orang-orang yang memiliki kemampuan khusus sepertiku... orang-orang yang dengan pasti merasakan keberadaanku dan percayalah bahwa mereka jauh lebih berbahaya...”
“Are you fuckin kidding me? Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan hal-hal fantasi seperti ini... mengapa kau selalu mengarang ini semua? Apa yang kau inginkan?”
“Aku tidak mengarang. Aku mendengar suara keresahanmu dari tadi... bagaimanapun itu pasti berat, saat istrimu menuntut bercerai darimu... dan ini bukan pertama kalinya kau lebih mementingkan pekerjaan... anakmu, Jonathan dan juga Darenn mereka juga membencimu karena kau tidak pernah ada untuk mereka... apa aku harus mengungkapkan warna celana dalammu juga karena tadi kau sempat memikirkan itu?”
Nick terdiam. Matanya tak berkedip. Ia tak tahu bagaimana cara Jimmy mengetahui apa yang dia pikirkan, lalu ia menoleh pada Carter. Carter yang merasa dituduh karena tidak menjaga mulutnya selama ia bersama Jimmy kemarin, segera mengangkat bahu.
“Apa? Aku tidak katakan apapun soal itu padanya, aku bahkan tidak pernah tahu bahwa Kate memintamu untuk bercerai... i mean, really? Damn....” seru Carter. Nick pun segera mengalihkan pandangannya kembali pada Jimmy.
“Itu tidak hebat Jimbo. Didalam dunia kami pun, kami diajari untuk membaca mikroekspresi dan para ahli hipnotis pun melakukannya, aku tidak terpesona dengan kemampuanmu, analisa saja aku sesukamu tapi aku membutuhkan hal yang jauh lebih kongkrit...”
“Merah...”
“Apa?”
“Warna celana dalam yang kau resahkan dari tadi. Itu merah... kau memiliki sedikit sentimentil dengan celana dalam ini karena istrimu pernah mengatakan bahwa celana dalam itu membuatmu tampak seperti Superman dan aku tidak perlu menjelaskan kapan istrimu mengatakan itu yang jelas kau resah karena kau takut tidak ada lagi yang mau mencuci celana dalam itu dan istrimu tidak akan memanggilmu Superman lagi di ranjang... ah maaf aku mengatakannya. Itu tidak sengaja.”
Nick semakin bingung dengan apa yang diutarakan Jimmy. Sementara Carter pun membiarkan mulutnya menganga karena terkejut. Dan ia pun menoleh pada rekannya Nick...
“Huwhat? Really? You are Superman? On bed? Celana dalam warna merah? Oh itu pasti akan jadi gosip yang bagus. Oh i love it. Mike dan Nicholas pasti akan senang mendengar ini...” ujar Carter dengan mata berbinar... sementara Nick melotot ke arahnya.
“Carter! Stop! This is not funny! Ok? Apa salahnya jika aku menggunakan celana dalam warna merah! Superman adalah simbol Amerika... dia pria yang perkasa” seru Nick.
“Oh benarkah? Jadi itu benar? Aku akan mencatat ini dalam laporan investigasi... ahahahah”
“Oh come on man...”
“Pfft... ahahahah” Carter melanjutkan tawanya seraya mengambil catatan saku. Nick beranjak dari kursi dan mulai berdiri, berjalan pelan memutari Jimmy kemudian berhenti didepannya seraya meletakkan lengannya di meja interogasi.
“Huft. Baiklah Jimbo... sekarang aku mengerti bagaimana kau bisa membuat Mike begitu marah...  jadi anggap saja kita berdua percaya ceritamu. Lanjutkan apa yang ingin kau sampaikan...”
“Aku mengerti... kalian berdua adalah agen yang menaati kode etik dan aturan, kalian berbeda dengan yang lainnya. Kalian menempuh jalur yang konstan dan membosankan... but enough with that. Di kepalaku tersimpan informasi tentang siapa saja orang-orang korup yang berada di agensi... ini adalah informasi yang mahal tapi aku bisa memberikan ini secara cuma-cuma pada kalian dengan syarat kalian harus membebaskanku dari sini. Aku akui aku bukan penjaga rahasia yang handal tapi menyimpan rahasia jutaan orang membuatku muak. Apa kalian siap mendengarnya?”
“Apa lagi yang kau tunggu?”
“Baiklah. Saat ini sebagai negeri adidaya, negeri ini berperan besar dalam menentukan nasib dunia menuju perubahan. Tapi itu hanyalah topeng. Pemerintahan kita pada dasarnya telah tunduk sejak lama pada pemerintahan bayangan yang juga menguasai separuh bumi. Mereka menguasai perekonomian, atau tepatnya merekalah yang menciptakan sistem perekonomian, merekalah yang mengatur agar mata uang dollar dijadikan acuan bagi mata uang dunia. Merekalah yang memonopoli kemana saja uang-uang itu mengalir. Mereka mengendalikan The Fed. Mereka yang berada dibalik keuangan IMF. Dengan kekuasaannya mereka bisa mempengaruhi perpolitikan di seluruh dunia, semenjak benua ini ditemukan dan diklaim, nenek moyang Amerika telah melakukan banyak kejahatan. Mereka berperang, mereka merencanakan banyak hal... termasuk mendirikan negeri adidaya yang akan selalu melindungi orang tuanya, merencanakan terorisme, mengurangi populasi, memecah belah negeri, dengan mengendalikan sistem perekonomian, itu sama saja dengan menguasai dunia. Mereka disebut Zion. Dan kita disini hanyalah bagian kecil dari sistem yang mereka dirikan. Misi Zion hanya satu, yaitu mendirikan pemerintahan tunggal di dunia... dan satelit The Eye mampu mewujudkan hal itu. Kalian tentu tahu bahwa satelit itu dibekali nuklir yang mampu memusnahkan bangsa manapun hanya dengan satu kali menekan tombol. Dengan satelit itu... Amerika bisa melindungi tuannya dan menekan bangsa manapun...”
“Tapi itu akan membuat perpecahan... kau pikir dengan terbongkarnya keberadaan satelit itu ke publik itu tidak membuat negeri ini berada dalam tekanan? Kau pun berada disini karena kami mendapat perintah untuk menangkap orang-orang yang bertanggung jawab atas rahasia yang dibocorkan David Moses...” ujar Carter yang mulai tertarik dengan topik.
“Pergolakan yang muncul ini tidak akan berpengaruh apa-apa. Bahkan Rusia, China, Korut dan juga liga Arab tak bisa melakukan apa-apa selain mengecam. PBB? Kita menguasainya. Apa yang dilakukan presiden kita hanya melakukan konferensi dan mengatakan bahwa ini terjadi diluar sepengetahuannya dan berjanji akan melakukan upaya apapun untuk menutup atau menyingkirkan satelit The Eye, bukankah itu lucu? Sebelumnya, ia sendiri yang telah membantah keberadaan dari benda itu dan sekarang dia berusaha untuk membohongi publik. Sementara negara-negara yang lain tahu Satelit The Eye tidak dapat dihancurkan karena muatan nuklir yang dibawanya terlalu berbahaya bahkan jika harus diledakan diluar angkasa. Itu seperti meletakan rumah di mulut singa... namun keberadaan Brain sebagai peretas yang mampu menembus sistem firewall yang ada pada The Eye menjadikan konflik ini semakin rumit... kita membutuhkan Brain untuk menghentikan ini semua, kalian mengerti maksudku?”
Nick terdiam. Carter melonggarkan dasinya. Kedua agen telah kehilangan kata-kata mereka saat mendengar ucapan Jimmy.
“Lalu mengapa CIA ingin menangkapmu? Apa hubunganmu dengan ini?” seru Nick melanjutkan interogasi.
“Sederhana. CIA bekerja untuk Zion. Seperti yang kukatakan sebelumnya, orang-orang berkemampuan khusus... terkadang mereka dianggap terlalu berbahaya... tentu saja itu akan berbeda jika aku bergabung dengan mereka, sayangnya aku menolak. Aku lebih suka jika kalian menerima tawaranku untuk menjadikanku seorang informan...”
Carter segera menarik lengan jas Nick, membawanya ke sudut ruang dan mulai berbisik.
“Apa yang harus kita lakukan Nick? Melepaskannya?” sanggah Carter.
“Kau gila? Kau masih percaya omong kosong itu? Setidaknya kita harus melaporkan ini pada kepala deputi, lagipula aku tidak bisa percaya pada orang ini begitu saja” jawab Nick.
“Aku hanya tertarik dengan tawarannya untuk menjadikan dirinya sebagai informan, dia bisa memberikan kita informasi apapun...”
“Cavanaugh. Kita disini untuk melaksanakan tugas. Bukan untuk mendengar cerita omong kosong seperti ini...” jawab Nick tegas.
“Guys, perlu kalian ketahui. Kepala deputi kalian memihak pada Zion. Semua orang yang kalian kenal di pemerintahan memihak pada Zion, orang yang lurus seperti kalian akan dijadikan kambing hitam untuk menutupi kesalahan penjahat sesungguhnya... saat ini CIA tengah membentuk badan agensi baru bernama NOISE... mereka adalah sekumpulan penjahat, peretas, ahli kimia, mantan polisi dan orang-orang bermasalah yang direkrut untuk dijadikan pembasmi bagi orang-orang sepertiku. Dan sebaiknya kalian melepasku sekarang, karena dari apa yang kudengar, mereka tengah menuju kemari... aku mohon kalian tidak menyerahkanku pada mereka dan sebagai balasannya aku bisa menjadi informan kalian kapanpun kalian butuhkan...”
“NOISE? Apa itu Noise? Aku tak pernah mendengarnya...”
“Bahkan presiden pun tidak. Mereka adalah orang-orang yang dipilih untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang terlalu kotor bagi CIA... mereka lebih layak disebut penjahat bersetelan...”
Tak berapa lama seorang agen lain membuka pintu dan menghampiri Nick.
“Im sorry sir, but ada seseorang yang datang mencari anda...”
“Mencariku? Siapa?”
“Kalau tidak salah dia menyebut namanya Douglas Pierce. He’s from CIA...”
Mendengar hal itu, Jimmy secara tiba-tiba menarik kerah Nick dan berbisik. “Lepaskan aku sekarang Nick. Aku yakin dia agen NOISE... mereka datang untuk mengambilku dari kalian... kau tentu tidak mau membiarkan buronan sepertiku ini jatuh ke pihak lain bukan? Lagipula aku akan berguna bagi kalian... tolong jangan serahkan aku pada mereka... lepaskan aku sekarang dan aku akan memberikan kalian informasi apapun yang kalian mau...” seru Jimmy. Namun Nick berpendapat lain dan segera menghempaskan lengan Jimmy dari kerahnya.
“Aku tidak bisa melakukan itu Jimbo. Aku minta maaf. Tapi kau tenang saja, aku memang tidak berencana untuk membiarkan siapapun membawamu pergi dari sini...” lalu Nick menoleh pada agen yang masuk tadi dan juga Carter. “Hey kau... dan juga Carter tolong bawa orang ini ke ruang tahanan, pastikan dia dijaga dengan ketat. Oh ya, Carter setelah kau selesai dengan Jimmy segera cari semua berkas tentang Douglas Pierce... serahkan padaku, aku ingin mengetahui semuanya...”
“Kau yakin dengan keputusanmu ini Nick?” sanggah Carter. Nick menjawab itu dengan tatapan tajam dan segera Carter pun memasang borgol di pergelangan Jimmy “Ok buddy... dont blame me... but i’ll make sure that everything is fine...” bisik Carter.
“Kau telah melakukan kesalahan besar Nick... bukan aku yang seharusnya kau tangkap...” seru Jimmy.
“Yeah yeah. Whatever...”
Nick pun keluar dari ruang interogasi itu dan berjalan menyusuri lorong kantor, memperbaiki posisi dasinya. Dan diujung langkahnya ia pun bertemu dengan seseorang yang tak dikenalnya. Orang itu berambut pirang, baik rambut maupun alisnya, bentuk kepalanya persegi. Mengenakan setelan lengkap. Dibelakangnya, beberapa orang berpakaian serupa mengenakan kacamata hitam. Jumlahnya sekitar lima belas orang.
“Douglas Pierce... i supposed?” ujar Nick.
“And you must be agent Nick Ryder. Sorry maksudku... komisaris. Selamat atas penangkapan kemarin... itu luar biasa... CIA merasa sangat berterima kasih kepadamu...” jawab Douglas. Ia menawarkan jabat tangan pada Nick. Namun Nick tidak meresponnya. Nick hanya menolehkan pandangannya ke belakang.
“Aku meragukan itu. Mr. Douglas... kata terima kasih hanya bisa didapat jika aku telah memberikan kalian sesuatu...” jawab Nick.
Douglas merubah roman wajahnya. Ia menarik lengan dan juga senyumannya, dan tatapannya pun ikut berubah.
“Dimana kalian menahannya?” Douglas bertanya.
“Jangan khawatirkan soal Jimmy. Orang-orangku telah membawanya ke ruang tahanan khusus FBI dan dia dijaga dengan sangat ketat. Kau tentu tidak datang kemari untuk meragukan keamanan disini bukan?” jawab Nick. Douglas pun kembali tersenyum... namun dalam senyumannya tersirat sebuah ejekan.
“Well, honestly... unhappily for you Mr. Ryder... sayangnya kau tidak mengerti siapa yang sedang kau tahan di ruangan itu. Dia orang yang berbahaya... tapi tidak apa-apa, aku akan membiarkanmu mengetahuinya sendiri...”
“Aku lebih tahu tentang tahananku dibanding kalian... i mean, who are you people?”
“Ah... mungkin kau bersikap seperti ini karena terpengaruh oleh ocehan anak itu... orang yang mengaku-ngaku bisa membaca pikiran orang lain. Did you believe it? Ya kau mungkin mendengar kabar bahwa CIA telah membentuk subdivisi dan... here we are... we are NOISE. Anommaly intelligence incident secret service... kedatangan kami disini bukan untuk mengambil tahanan itu darimu... melainkan untuk memberikan kalian bantuan yang tepat untuk mengatasi orang itu”
“Bantuan? Aku tidak membutuhkannya... FBI bisa menanganinya sendiri... disamping itu aku tidak pernah mendengar CIA memiliki sub-divisi seperti kalian...”
“Well, bahkan presiden pun tidak. Otoritas kami jauh berada diatas kekuasaan presiden untuk diketahui... untuk lebih lengkapnya bisakah kita keluar sebentar? Ada sesuatu yang ingin kami tunjukkan...”
Tak berapa lama Nick dan rombongan agen itu pun pergi keluar gedung... dan dihadapan mereka tampak sebuah truk kontainer yang mengangkut sebuah peti kemas. Dan para agen itu pun membuka pintu peti kemas tersebut. Didalamnya terdapat beberapa dus berisi lingkaran-lingkaran besi serupa gelang dengan ketebalan sekitar 1cm dan lubang diameter seukuran kepala manusia.
“Untuk apa benda-benda itu?”
“Benda itu bernama Mind Rejecter... lingkaran-lingkaran besi itu mengandung pengacau sinyal elektromagnetik. Itu dipasangkan dikepalamu, dengan begitu tahananmu itu tidak akan bisa lagi membaca pikiranmu. Yeah tampilannya memang sedikit norak. We dont have much time to improve the design but its work”
“You joking me right?”
“Its up to you. Use it or leave it. Setidaknya benda ini bisa menjaga rahasiamu tetap aman...”
“Kalian hanya membawa beberapa dus benda-benda itu. Mengapa harus membawanya menggunakan peti kemas?”
“Aku hanya melihat efisiensinya saja Mr. Ryder, karena peti kemas yang kau lihat bukanlah sekedar peti kemas... peti kemas ini pun memiliki kegunaannya tersendiri.”
Nick Ryder yang mulai penasaran dengan maksud dari kata-kata Douglas mencoba mengintip isi dari peti kemas tersebut.
“Kau gila... jadi ini maksudmu dengan bantuan?”
“Itu benar. Peti kemas itu hanya tampilan luarnya saja. Tampilan sebenarnya dari kotak itu adalah penjara khusus yang kami rancang untuk orang-orang khusus pula, peti itu terbuat dari baja ringan anti karat, anti peluru, tahan terhadap suhu ekstrim, dilapisi komponen elektromagnetik. Penjara ini fleksibel dan mudah dipindahkan so...”
“So what? Dengan segala hormat Mr. Douglas, aku bukan orang yang berwenang untuk mengijinkan kalian untuk...” belum selesai dengan kata-katanya, Carter muncul dan menghampiri Nick seraya membawa sebuah map. Map itu bertuliskan ‘Classified’ yang menandakan itu adalah berkas rahasia. Dalam berkas itu tampak semua data tentang Douglas Pierce.
“Hey, aku memiliki catatanmu disini...” seru Nick pada Douglas seraya menunjukan sampul berkas tersebut. Douglas hanya tersenyum, sementara Nick mulai membaca.
“Douglas Pierce... lahir di Minessota, golongan darah B dan blahblahblah... hm, sebentar, sebelum direkrut CIA kau seorang tentara, sempat terlibat perang di Afghanistan selama 3 tahun, 2 tahun di Irak, terlibat dalam penangkapan Saddam Hussein, spesialisasi; bidang interogasi dan pencarian petunjuk. Catatan merah; Memiliki riwayat traumatis, terobsesi pada bahaya dan pemicu adrenaline, tidak menyukai otoritas, kecenderungan melawan protokol dan memperlakukan lawan dengan sadisme. Hei... hei... disini bahkan ditulis bahwa kau pernah membunuh 3 orang saksi penting dan 2 tersangka dalam proses interogasi... bisa kau jelaskan itu?”
“Well, itu semua hanya masa lalu. Namun noda itu akan selalu mengikuti meski aku telah berubah, itu tidak ada hubungannya dengan kepentinganku disini...”
“Tentu ada hubungannya. Bagaimana bisa aku mempercayakan tahanan dengan sejuta informasi padamu? Setidaknya tunjukkan padaku surat perintah dari atasanmu... dari CIA, Noise or from whatever fucking is...”
“Mengenai itu kau tidak perlu khawatir. Aku memang tidak membawa surat semacam itu bersamaku... tapi aku yakin kau akan menerimanya...” jawab Douglas dengan tatapan dingin. Lalu tiba-tiba ponsel Carter berbunyi, Carter mengangkatnya dan setelah berbicara sebentar, ia menyerahkan ponsel itu pada Nick. “Hey Nick... atasan ingin berbicara denganmu...” Nick pun mengambil ponsel itu.
“This is Nick Ryder” jawab Nick “Sir? What? Yes i know that but... forgive me sir i... i just doing my job... i just cant allow this man to... i mean, what do you expecting me to do? I really dunno about this guy and that secret agency... yes... yes... the package is here...” Nick lalu menoleh pada truk kontainer yang dibawa Douglas dan kawanannya. “Understood... understood... yeah. Ok then... roger that” Nick pun menutup panggilan. Wajah Nick tampak merah menahan amarah menatap Douglas.
“Well, tampaknya surat perintah itu harus ditunjukan secara lisan, dari atasanmu sendiri. Aku minta maaf jika tadi itu terasa kasar buatmu tapi kami bekerja secara rahasia, bentuk fisik layaknya surat perintah sulit untuk kami buat dan setiap jalur komunikasi kalian akan diamankan terlebih dulu oleh NSA... jadi bisakah kita memulai prosedur penahanan Jimmy?”
“Dengan segala hormat Mr. Douglas, aku menghargai semua bantuan ini, i really, really, appreciate that... but. Seperti yang kukatakan sebelumnya... i know about this Jimmy. Dia tidak seberbahaya yang kau pikirkan, selama ini dia kooperatif pada kami, tanpa cara-cara yang represif pun Jimmy telah memberikan informasi tentang keberadaan David Moses di Indonesia... jadi kupikir semua bantuanmu ini berlebihan... yah kecuali gelang kepala Magneto itu, kupikir kami tidak membutuhkan sisanya... maksudku penjaranya...”
“Gelang kepala itu disebut Mind rejecter... dan dengan segala hormat pula Mr. Ryder... informasi tentang Moses yang berada di Indonesia merupakan kebohongan dari pihak Genesis dan kau pun tahu bahwa Jimmy mengenal Brain... dan aku yakin kau tidak bisa membuat mulutnya terbuka mengenai itu... namun mengenai apakah Jimmy itu berbahaya atau tidak, aku yakin kau akan segera mengetahuinya, karena saat kita mengobrol disini Jimmy pasti sudah tidak berada di tempatnya...”
“Apa maksudmu? Genesis? Yang kudengar dari Jimmy kau disini untuk melenyapkannya, jadi bagaimana mungkin aku bisa...” belum sempat menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari dalam gedung... beberapa petugas FBI berlari keluar menghampiri Nick.
“Sir! We got a situation right here”
“Apa? Ada masalah apa?”
“Tahanan khusus kita kabur pak... 20 anggota terbaik kita yang menjaganya telah dilumpuhkan dan beberapa fasilitas didalam mengalami rusak berat!”
“Apa? Bagaimana bisa?! Carter!!” Nick menoleh pada Carter. “Hubungi Mike dan Nicholas! Suruh mereka untuk melapor dan segera mencari Jimmy!” seru Nick. Carter pun kemudian mengambil radio komunikasi di mobilnya “Hey Nico, Mike, anybody, do you hear me?” Mike dan Nicholas yang sedang bersantai memakan burrito di mobilnya segera menjawab panggilan “Copy that Carter... whats up?” jawab Mike. “Where the hell are you guys?” tanya Carter lagi. Nicholas mengambil radio dari tangan Mike dan menjawab “Hey kau tahu kan Nick Ryder menyuruh kita untuk berjalan-jalan agar Mike tidak membunuh seseorang hari ini...” jawab Nicholas seraya tersenyum santai. “Kami berada sekitar 2 km dari markas, di seberang jalan tempat kita biasa membeli burrito ayam kesukaan Nick... hey aku juga sudah membelikan beberapa untuk kalian...” sambung Nicholas “Bagus! You know what? Tahanan kita Jimmy Harrison telah melarikan diri, jika kalian menemukan sesuatu segera laporkan padaku!!” Mendengar hal itu, Mike dan Nicholas saling memandang terheran-heran. Mike mengambil kembali radionya “Roger that. I’ll find dat fucking nigga!! Maybe aku hanya akan mematahkan kakinya kali ini” segera mobil yang dikendarai Mike dan Nicholas itu pun melaju kencang dan meninggalkan tempat itu. Sementara Nick dan agen lainnya berlari menuju tempat Jimmy ditahan dan berusaha mengerti apa yang terjadi. Sekitar 20 orang terkapar tak berdaya dengan pakaian berlumuran darah, bekas-bekas tembakan disana-sini dan sebuah lubang berdiameter 150 cm tampak menganga dari bawah tempat Jimmy ditahan.
“Apa yang terjadi disini?” ujar Nick penuh dengan kebingungan.
“Biar kutebak. Hm, aku melihat begitu banyak bekas tembakan tapi aku sama sekali tidak melihat selongsong peluru. Bentuk luka yang ditimbulkan oleh proyektil berupa sayatan, lubang yang menganga di lantai terbentuk karena sesuatu berdaya ledak rendah namun melihat kerapihan lingkarannya aku ragu bahwa itu diledakan menggunakan bom. Pasti ada alat bantu yang bisa membuatnya seperti ini...” jawab Douglas.
“Apa maksudmu? Jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan katakanlah!”
“Bagaimana bila kau mulai mencari sisa proyektil pada bekas tembakan di dinding... aku yakin kau akan menemukan sesuatu...”
Nick pun segera memperhatikan lubang kecil di tembok dengan retakan di sekitarnya. Ia gunakan ballpoint-nya untuk mencari proyektil yang menyebabkan tembok itu berlubang. Namun yang ia temukan bukanlah peluru.
“Pecahan kancing? Bagaimana mungkin bisa ada kancing pakaian disini?”
“Hm... rupanya ia menggunakan kancing ya? Seharusnya jumlah kancing tidak lebih dari 7 atau 8 buah, ditambah 2 buah kancingnya meleset dari sasaran jadi masih ada belasan agen lagi yang harus ia lumpuhkan, hm... agen yang satu itu kehilangan dasinya... ditambah beberapa luka sayatan ini... hm jadi begitu... pertama ia merusak kunci sel dengan tenaga dalam, memuaikan besinya dengan energi panas lalu menembaki beberapa agen dengan melempar kancing kemejanya, menarik dasi salah satu agen, menendangnya hingga dasinya terlepas lalu dengan tenaga dalam pula ia mengeraskan tekstur kain dan mengubah dasi itu menjadi senjata tajam... cukup hebat... ia melakukan semuanya dalam kecepatan tinggi sampai-sampai tak ada seorang agen pun yang sempat mengambil pistolnya, luar biasanya tak ada satu pun yang menjadi korban jiwa, setidaknya untuk saat ini. Mereka semua hanya terluka, tapi lubang ini... apa yang dia lakukan untuk membuat lubang ini?” Douglas bergumam menatapi lubang di lantai. Dan kata-katanya membuat Nick tak mampu lagi berkata-kata... semua yang dikatakan Douglas tampak seperti kebohongan yang tak masuk akal...
“Apa kau sadar kebodohan apa yang sedang kau ucapkan?” Nick bertanya, Douglas hanya menarik bibirnya ke bawah seolah berkata bahwa tidak masalah jika Nick tidak percaya. Namun salah satu agen yang terkapar mulai bangkit. Dan segera Nick berusaha untuk menanyainya.
“Hey, kau! Apa kau baik-baik saja? Bisa kau jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?”
“Ah... pak... iya... maafkan saya pak, tapi saya tidak begitu yakin... yang saya ingat hanyalah tiba-tiba sel tahanan itu terbuka, ia melarikan diri dengan cepat, maksudku benar-benar cepat... dan tiba-tiba saja tubuh saya terasa lemas, lalu ada sebuah ledakan dan saya tidak ingat dengan sisanya” jawab sang agen. Lalu tak lama agen itu pun merogoh pakaiannya seolah memeriksa namun ia sadar telah kehilangan sesuatu... “Aneh... kenapa ponselku tiba-tiba menghilang?”
“Kau bilang ponselmu menghilang? Kau yakin?” Douglas bertanya penasaran.
“Ya... aku yakin aku telah menaruhnya di saku dalam jasku... tapi...”
“Jadi begitu... dia menggunakan ponsel untuk meledakan lantai... dengan radiasi yang cukup sebuah ponsel pun bisa digunakan sebagai peledak... dan dengan aliran tenaga dalam yang halus, ia bisa mengatur seberapa besar pengaruh ledakannya... inilah yang membuat lubang ini begitu rapi dan hanya cukup untuk dimasuki satu orang...”
“Kau... kau ini bicara apa?”
“Apakah menurutmu ini sulit dipahami? Seperti yang kukatakan, Jimmy adalah orang yang berbahaya... dia berbahaya karena selain dia mampu membaca pikiran dia juga mampu mengubah benda apapun yang dipegangnya sebagai senjata... sebelum kau menangkap orang ini NOISE sudah lama mengetahui tentang kemampuannya dan 3 agen kami telah terbunuh olehnya... aku tidak bisa mengatakan hal itu kepadamu namun kini kau telah mengetahui seberapa berbahayanya orang ini... jika kau tidak percaya kau bisa memeriksa kamera pengawas dan kancing-kancing pakaian yang ia sebarkan untuk melukai anak buahmu... lagipula, jika kau tahu bahwa dia orang yang bisa membaca pikiran, mengapa harus terkejut dengan hal semacam ini?”
Nick Ryder kehilangan kata-katanya. Mungkin Douglas ada benarnya. Tak lama Carter muncul dan menghampiri Nick. “Aku sudah menghubungi direktur dan kepala deputi... saat ini mereka masih berada di markas pusat, Washington Dc. Pejabat yang tersisa disini hanya kau, dan beberapa staf bagian penyelidikan... apakah kita harus menutup beberapa ruas jalan dan melakukan pemeriksaan?” ujar Carter.
“Tidak. Tidak perlu. Aku tidak menginginkan timbulnya pertanyaan, cukup lakukan patroli dalam radius 2- 8 km... dan panggil ambulans untuk merawat agen kita yang terluka, apa kau sudah menghubungi Nicholas dan Mike?”
“Nico dan Mike sudah aku hubungi... mereka sedang melakukan patroli sekarang...”
“Kalau begitu, tunggu apalagi? Segera laksanakan perintahku... untuk semua agen lapangan, move now! Go go go! Carter, kau tetap disini bersamaku”
Dan segera para agen pun bergegas, mereka yang terluka segera dipindahkan dan dibawa ke rumah sakit sementara sisanya mengendarai mobil mereka dan mulai menyalakan sirine, yang masih terdiam di gedung hanyalah beberapa staf administrasi beserta Nick, Douglas dan juga Carter...
“Kenapa kita masih berada disini?” Carter bertanya.
“Aku dan Douglas akan mencoba masuk ke lubang ini untuk mengejarnya... apa kau mau ikut?”
“Euh kalau tidak salah bagian bawah tanah lantai ini masih terhubung ke saluran pembuangan air bukan?” Carter tampak segan dengan ajakan Nick.
“Dengan pendengaran itu, dia pasti bisa mendengar suara air di bawahnya. Kalau begitu biar aku dan orang-orangku yang turun, kau dan Nick lebih baik bergabung dengan yang lain dan melakukan pengejaran... aku yakin aku bisa menangkapnya...” sanggah Douglas.
“Kenapa aku harus mengikuti kata-katamu? Kita lakukan ini bersama!” jawab Nick.
“Tidak. Jangan salah paham. Kami NOISE memiliki julukan sebagai orang yang bersedia melakukan hal yang terlalu kotor bagi CIA... dan kali ini, mungkin kami bisa membuat setelan komisaris FBI tetap bersih dengan tidak membuatnya masuk ke saluran pembuangan. Lagipula Jimmy lolos dari kalian karena takut dengan kedatanganku. Jadi biar aku melakukan hal yang seharusnya...”
“Kita ikuti saja kemauannya Nick, lagipula aku belum sempat makan siang...” jawab Carter.
“Baiklah kalau begitu. Tapi berjanjilah, kau akan kembalikan Jimmy hidup-hidup pada kami...”
“Tentu. Dengan syarat kau mau menampungnya dalam penjara khusus yang telah kusiapkan sebelumnya...”
“Aku akan pertimbangkan hal itu. Baiklah, lakukan apa yang kau inginkan...”
“Kita bertemu lagi di permukaan...” ujar Douglas. Dan segera ia dan para agen NOISE memasuki lubang itu. Nick pun segera berlari menyusuri lorong.
“Hei Nick! I think you have to look at this!” seru Carter dari sebuah ruangan.
“Apa?” Nick menoleh.
“Ini rekaman kamera pengawas tempat Jimmy ditahan...”
Carter dan Nick memperhatikan rekaman video itu dan mereka berdua hanya bisa tercengang. Tampak dalam rekaman bagaimana Jimmy melumpuhkan para agen dengan begitu cepat.
“Jadi semua yang dikatakan Douglas itu benar?”
“Yang membuatku heran adalah, jika sejak awal dia bisa lolos dari sini, mengapa dia bisa membiarkan dirinya ditangkap olehmu saat itu....?”
“Aku... aku tidak tahu... mungkin dia sengaja tertangkap untuk memberikan informasi palsu...” jawab Nick. Dan segera ia mengambil radionya.
“Perhatian semua unit. Target kita Jimmy Harrison, berkulit hitam, tinggi sekitar 180 cm terakhir ia terlihat mengenakan kemeja lengan pendek dengan corak bunga matahari. Orang ini berbahaya. Kuulangi orang ini berbahaya! Jika salah satu dari kalian menemukannya awasi dan segera panggil bantuan! We’ll catch him back whatever it takes!!”
Sedikit jauh dari situ. Sekitar lebih dari satu kilometer. Di sebuah gang yang becek dan kumuh diantara apartemen-apartemen tua. Sebuah tutup besi berbentuk lingkaran yang biasa digunakan untuk menutup gorong-gorong perlahan mulai terbuka. Seseorang muncul dari lubang, dan dia tidak lain adalah... Jimmy Harrison. Perlahan ia berjalan. Namun kemudian ia terhenti.
“Terlalu lambat untuk seorang soulrunner eh? Sejujurnya aku berharap banyak...” tiba-tiba saja Douglas dan para agen Noise sudah muncul dihadapannya.
“Lumayan. Hanya saja aku tidak mengerti bagaimana Zion bisa menggunakan orang-orang bodoh seperti kalian...” jawab Jimmy.
“Sejujurnya aku pun berharap kau bisa membaca pikiranku sekarang... sayangnya, guess what? Selama kami menggunakan alat ini, kau tidak akan bisa membaca pikiran kami”
“Apa kau yang mendesain benda itu? Bentuknya sedikit norak... meski begitu, aku sudah tahu bahwa kau adalah seorang soulrunner...”
“Kau tahu Jimmy? Sejujurnya aku tak peduli jika kau membaca pikiranku. Seharusnya kau ramah padaku... lagipula codename kita memiliki bunyi rima yang sama... seperti pada puisi...” lalu Douglas melepas mindrejecter di kepalanya.
“I can smell fear in the air... dont tell me it was you...” ujar Jimmy.
“Hah! Kau benar... rupanya isu soal membaca pikiran itu benar adanya ya...” tak lama dari dahi Douglas dan Jimmy muncul sebuah tulisan... huruf demi huruf muncul layaknya bara api yang terbakar... bedanya pada dahi Jimmy kata itu terbaca ‘Ear’ dan pada dahi Douglas itu terbaca... ‘Fear’ “Itu benar... aku adalah ketakutanmu Jimmy...” seru Douglas, dan dari kedua tangannya tiba-tiba muncul segumpal asap hitam yang sangat pekat. Para agen melangkah mundur. Sementara Jimmy mengambil sebuah potongan pipa besi dari tembok apartemen.
“Ahaa... kupikir kau telah kehabisan kancingmu... bukan begitu?”
“Jika aku bisa melumpuhkan orang hanya dengan kancing pakaian, menurutmu apa yang bisa kulakukan padamu dengan benda ini?” seru Jimmy. Douglas hanya tersenyum.
“Well, let us find out...” dan seketika saja setelah Douglas menyelesaikan kata-katanya, asap hitam dari lengan Douglas menyebar dengan begitu cepat, menghalangi seluruh pandangan Jimmy layaknya sebuah kabut. Jimmy mulai merasa goyah. Ia lalu berlari seraya siap mengayunkan pipa besinya pada gumpalan asap dihadapannya. Namun asap hitam itu kemudian menyelimutinya... lalu seolah menelan tubuhnya, asap itu menutupi seluruh tubuh Jimmy. Tak lama asap itu pun memudar... kembali masuk kedalam kedua lengan Douglas, meninggalkan tubuh Jimmy yang tampak tengah bertekuk lutut dengan tatapan kosong. Jimmy terlihat tak berdaya... lalu suara sirine mulai terdengar, mobil-mobil hitam milik para agen FBI mulai berdatangan. Tak terkecuali dengan Nick dan Carter.
“Kau mendapatkannya?” seru Nick.
“Penuhi janjimu Nick... saranku lucuti seluruh pakaiannya sebelum kau menaruhnya dalam penjara khususku...” jawab Douglas. Nick lalu mendekati tubuh Jimmy yang tampak tidak memiliki kesadaran meski matanya terbuka. “Apa yang kau lakukan?” seru Nick. “Sebut saja aku memperkenalkannya pada rasa takut, itu akan membuatnya berhalusinasi dan tidak sadar untuk beberapa waktu, mengenai bagaimana caraku melakukannya kau tak perlu tahu...” jawab Douglas.
“Hey Carter, just like that guy told me, segera lucuti pakaian orang ini dan masukkan dia kedalam sel khusus...” seru Nick kepada Carter. “Baiklah... aku akan meminta beberapa orang untuk membantuku memindahkannya” jawab Carter
“Ah maaf kami datang terlambat...” ujar Nicholas dan Mike yang baru saja muncul. “So, orang ini sudah tertangkap lagi ya? Sayang sekali aku kehilangan kesempatan untuk menghajarnya...” ujar Mike. “Hey Nick, kami membawakanmu Burrito ayam dan satu gelas kopi doubleshot... kupikir kau akan menyukainya...” seru Nicholas. “Yeah. Aku membutuhkannya sekarang...” jawab Nick.
Dan begitulah... Jimmy Harrison, sang pembaca pikiran itu pun kembali tertangkap. Sementara itu Douglas Pierce hanya mendongakkan wajahnya ke langit. “Pak, apa ada masalah?” tanya seorang anak buahnya. “Tidak. Aku hanya tidak suka diawasi...” jawab Douglas. “Diawasi? Oleh siapa? Pak? Pak?”
Tampaknya Douglas tidak salah mengatakan demikian. Karena jauh dari atas tempat ia berpijak, jauh lebih tinggi dari apartemen itu, lebih tinggi dari gedung-gedung pencakar langit, lebih tinggi dari awan, melebihi lapisan atmosfir, sebuah kamera super canggih tengah melihat apa yang terjadi. Kamera itu terdapat pada sebuah satelit bergambar satu buah mata dengan satu garis melengkung dan satu garis lurus berada pada bagian bawah kelopak mata itu. Dibawah mata itu tertulis The Eye... dan apa yang dilihat oleh satelit itu terlihat pula pada sebuah monitor yang tengah dilihat oleh seseorang didalam sebuah ruangan. Orang itu menggunakan masker gas di wajahnya, sementara bagian atas kepalanya tertutup oleh hood jaketnya yang berwarna hijau. Dan seluruh ruangannya dipenuhi oleh monitor yang berjajar tak beraturan mengelililingi sosok itu. Entah berapa jumlahnya, namun orang itu hanya memiliki satu kursi dan satu meja pengendali saja. Lalu ia menyalakan microphone dan mulai menekan beberapa tombol seraya berkata...
“This is Brain to the base... Brain to the base... Ear has fallen! I repeat, Ear has fallen...!”

Mahasystem Chapter Eight
“A Man Who Could Hear Everything”
End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar